Doh, pernah nggak sih kalian tiba-tiba merasa berhenti pada pertanyaan seperti ini? Mungkin untuk teman-teman yang sudah berkeluarga, pertanyaan seperti ini sudah terlewati. Tidak perlu saling menghakimi, seseorang melewati fase-fase dalam hidupnya yang tentu berbeda dengan orang lain. Saya sering bertemu dengan orang yang melontarkan pertanyaan seputar pernikahan kepada saya, mulai dari yang sekadar iseng bertanya, sarkasme, bahkan sampai yang begitu menusuk perasaan. Bagi Anda yang masih melajang ketika usia Anda sudah matang untuk menikah, mungkin akan familiar dengan pertanyaan berikut:
STANDARD QUESTION: "Kapan nikah?"RHETORICAL QUESTION: "Kamu masih aja betah melajang ya?"SARCASM QUESTION: "Kapan nih? Orang lain anaknya udah mau masuk TK, kamu masih gitu-gitu aja."EVIL QUESTION: "Apa nggak ada yang mau sama kamu? Atau kamu yang kebanyakan pilih-pilih? Eh, orang itu nggak ada yang sempurna. Makanya kalau main yang jauh, dandan yang cantik/ganteng, biar cepet ketemu jodoh. Nggak gitu-gitu aja. Nggak malu kamu sama teman-temanmu yang sudah punya dua anak?"
Yah, jawaban untuk masing-masing pertanyaan itu sih beda-beda. Ada yang bisa dijawab dengan senyuman, ada yang dijawab dengan kalimat "doain aja", ada yang bisa dijawab dengan kalimat balasan lebih sarkas, ada yang (rasanya) ingin dijawab dengan sebuah tonjokan di wajah. LOL
Buat kalian yang masih single dan sering bertemu dengan pertanyaan ini, tenang aja, kalian bukan satu-satunya orang yang merasa 'annoying'. Mungkin jika satu-dua penanya akan sedikit ditoleransi, tetapi jika kemanapun kalian melangkah tiba-tiba ada pertanyaan seperti ini kan lama-lama jadi jengah juga. Bahkan yang paling parah jika yang diajukan bukan pertanyaan, melainkan penghakiman. Menyakitkan sekali, tentu. Apalagi jika dilontarkan di depan umum, dimana banyak orang yang kemudian memperhatikan reaksi Anda atas pertanyaan tersebut.
Well, saya sudah mengalami hal-hal semacam ini. Mau dibilang kebal, nyatanya ya tidak kebal juga. Masih terasa sakit juga sih kalau ada yang melontarkan evil question seputar pernikahan (apalagi jika di depan umum). Entah kenapa budaya yang ada pada orang-orang di negeri kita, mereka lebih senang jika melihat orang lain berada pada posisi 'uncomfortable', sehingga merasa bisa dijadikan bahan bully-an/ejekan (dari yang sekadar ringan hingga serius). Contohnya, menanyakan kepada pasangan menikah yang belum diberi keturunan: "Kapan hamil?" atau "Kapan punya baby?". Such a stupid question! Kehadiran keturunan itu anugerah dari Tuhan. Banyak pasangan yang berusaha ingin mempunyai keturunan tetapi masih belum diberi amanah sama Tuhan. Mikir nggak gimana perasaan mereka jika kalian menanyakan pertanyaan tersebut? Kalian bikin orang sedih, jelas. Kalau kalian sudah berkeluarga, bersyukurnya apabila diberi anugerah keturunan lebih cepat dari yang lain. Namun, pahami pula perasaan orang-orang yang belum seberuntung kalian.
So does with marriage.
Jangan menghakimi seseorang yang belum menikah. Doa kalian itu jauh lebih mereka butuhkan ketimbang pertanyaan yang berkecenderungan menghakimi. Kalau ada yang berdalih "Menghakimi bagaimana? Itukan pertanyaan standar, wajar dong bertanya!" Iya sih bertanya itu wajar. Mungkin juga kalian bertanya karena perhatian, tapi alangkah baiknya kalian juga memperhatikan perasaan orang yang akan kalian beri pertanyaan itu. Mengapa harus menjatuhkan seseorang untuk membuat Anda tinggi?
And, buat kalian para kaum single yang masih berjuang untuk menuju hubungan yang halal dan sah di mata hukum dan agama, here's for you:
Salam.