Selamat pagi, untukmu di sana, yang telah menaruh biru dalam diamku.
Pagi ini wangimu masih di sekitar situ, masih belum hilang meski jejakmu sudah tak tersisa oleh butiran hujan dan angin malam.
Kau memilih pergi, dan meski sudah kuramalkan sebelumnya, tetap saja kau meninggalkan biru.
Mungkin kau tidak terlalu dalam memahami, atau karena kau telah cukup mengerti tentang masa-masa laluku. Lalu, mencampakkan.
Selamat pagi, untukmu yang telah menolak rinduku.
Semoga masih bertahan kau dengan hatimu yang bersih, meski kau telah menghitamkan rasaku.
Berjalanlah pada tujuanmu, mungkin kita cukup mengenal, tapi takut untuk menggilai.
Atau mungkin karena kau cukup memahami, bahwa tak cukup menjadi gila untuk mengerti tentang aku.
Tak mengapa.
Selamat pagi, untukmu yang telah membawa pergi senyumku.
Meski kau tahu, senyum adalah sunnah. Masih saja kau lupa untuk mengembalikannya kepadaku.
Kau pikir aku punya banyak untuk kuberikan pada semua orang?
Mungkin begitu, pikirmu.
Tapi tidak.
Selamat pagi, ini sudah menjelang waktu sholat Jumat.
Beribadahlah.
Karena Tuhan telah menunggu hamba-hambaNya yang bersujud dalam khusyu'.
Mungkin, bisakah kau selipkan namaku di dalam khusyu'-mu?
Atau tidak.
Ah, lebih baik jangan.
Karena kita tidak cukup gila, untuk saling mencumbui rasa.
Regards,
-as clear as you call my name-
Friday, April 4, 2014
Selamat Pagi Untukmu
Labels:
Life Story
,
Mood
,
Shared
,
Write Out
NBA & NBL Indonesia lovers | Javanese | Voice of youth INA | House of Eny | Draps Production House | OrNet Public Cafe | Laras Jowo Asri Gamelan Production | SAHABAT Cagar Budaya | Miss Wordsmith | Yogi | Florist | Turtle lovers | Freelance model | Advocacy concern women and children assaulted | Alumnus of Communication Department, Gadjah Mada University, Indonesia | Humanitarian | Love to keep unpretentious but look glamorous |