Tuesday, August 26, 2014

Merpati (Tak Ingkar Janji) ?


Sayang,
Berapa lama kau ingin bertahan dalam diam?
Seberapa banyak lagi clue yang kau butuhkan?
Katakan,
Selagi aku masih mampu untuk menghitungnya dari persediaanku.
Tapi kau pun harus tahu, Sayang,
Aku tidak mengabdi kepada diam.
Mungkin cintaku iya,
Tapi pelakunya tidak.

Kita orang pun tahu, tak ada yang ingin terkecoh dalam kesakralan.
Aku ingin cinta yang merdeka.
Cinta yang bisa aku petakan arahnya.
Cinta yang tidak membuatku lupa, bahwa kita ini bukanlah batu.
Seperti halnya kau, aku pun tidak luput dari kenaifan.
Tendensi menghindar dari kenyataan pahit.
Tolong, jangan.
Bukankah kau pun ingin merampungkan ini dengan anggun?

Sayang,
Mungkin aku lupa bahwa mencintaimu adalah hal yang keterlaluan bodohnya.
Terlalu bodoh jika meracuniku dengan keangkuhanmu.
Meski kau patahkan, ia akan tumbuh lagi.
Aku tak cukup meredamnya, tak bisa menyimpannya.
Karena kau tahu ini bukan monopoli sepihak.
Aku ingin bersamamu,
Mengembangkan lengkung janur yang berbinar sempurna.

Mungkin,
Akulah sang pencemburu, sang merpati yang terluka sayapnya.
Tapi aku masih tangguh,
Untuk sekedar menikmati harapan-harapan kecil bersamamu.
Mimpi yang terlalu klise untuk diucap dalam doa.
Mungkin juga,
Aku bersalah karena mengimani waktu.
Tapi ijinkan aku memilih mauku, tanpa kesia-siaan.
Hanya jika,
Kau yang menungguku di ujung jalan itu.



Regards,

-as clear as you call my name-