Wednesday, December 23, 2015

Gelar, Pentingkah?

Pagi ini, di tengah hiruk pikuk media sosial yang masih membahas mengenai fallout-crown dari moment puncak Miss Universe kemarin, perayaan hari ibu, serta libur natal yang akan datang, saya lebih tertarik ketika salah seorang teman menulis di media sosialnya mengenai 'title' alias gelar. Gelar pendidikan tepatnya. Dia menuliskan pemikirannya mengenai gelar pendidikan yang dianggapnya tidak penting. Gelar, menurutnya, sekarang ini hanya dipakai untuk media menyombongkan diri. Gelar hanya dipakai untuk sebuah tujuan lain demi mengejar jabatan strategis dalam karier. Gelar hanya dipakai untuk membanggakan diri di depan calon mertua. Gelar hanya dipakai untuk memposisikan diri lebih cerdas dari orang lain dan sebagainya. Masih menurut teman saya itu, bahwa pendidikan tinggi itu tidak penting. Bahwa orang bisa memperoleh kesejahteraan hidup tanpa perlu gelar yang melekat. Menurutnya pula, masih banyak orang yang tidak bergelar namun lebih sukses dibanding orang bergelar, banyak orang yang tidak bergelar dan tidak mengenyam pendidikan tinggi tetapi lebih cerdas dari mereka yang mengenyam pendidikan tinggi.

 
Terlepas dari apa tujuan manusia mencari gelar pendidikan, sayangnya, saya merasa tidak sepakat dengan pemikiran bahwa dunia pendidikan tinggi itu bukan suatu esensi. Bagi saya pemikiran seperti itu terlalu skeptis untuk diterapkan di hari ini. Suka ataupun tidak suka, pada realitasnya dalam masyarakat dunia, gelar memiliki prestise tersendiri bagi empunya. Jelas. Kita harus melihat perjuangan seseorang dalam meraih gelar yang tentu tidak mudah. Apabila mereka dengan bangga memakai gelarnya, itu adalah pilihan mereka, sebab itu adalah bentuk penghormatan atas usaha mereka sendiri. Pun, semakin lama, banyak perusahaan pencari tenaga kerja yang menjadikan strata akademis sebagai syarat diterima/tidaknya kualifikasi tenaga kerja yang mereka inginkan. Itu artinya bahwa, semakin banyak pula animo masyarakat untuk bisa berjuang hingga bangku pendidikan tinggi. Persaingan di dunia kerja semakin bervariatif dengan hadirnya para penyandang gelar tadi, tentu ini akan merangsang daya kreatifitas dan produktivitas dari tenaga kerja.

Meski begitu, saya setuju apabila ilmu dan ketrerampilan itu tidak hanya bisa kita peroleh dari bangku pendidikan tinggi saja. Saya juga sepakat bahwa masih banyak orang tanpa gelar yang mampu hidup sejahtera dan membuktikan kesuksesan mereka. Banyak pula mereka yang lebih cerdas meski tidak mengenyam bangku pendidikan tinggi. Sepakat. Namun, tetap akan berbeda hasilnya apabila seseorang yang cerdas yang diasah oleh diskusi-diskusi dengan berbagai macam opini dan mahzab, dibandingkan dengan mereka yang hanya diasah dari buku-buku tanpa pernah mencoba untuk melihat opini dari sudut pandang lain/mahzab lain. 
Group discussions.
Saya akan lebih senang berdiskusi bersama orang-orang yang memiliki pengetahuan jauh di atas saya, agar saya tahu bagaimana mereka dapat mencapai pengetahuan-pengetahuan seperti ini. Agar memancing saya untuk lebih banyak mencari ilmu. Ilmu bukan hanya sebatas gelar. Ilmu adalah nilai-nilai kebaikan, keteguhan, kehidupan dan kemanusiaan selama proses engkau meraihnya. Bukan suatu hal yang layak untuk disombongkan atau dibanggakan. Memang banyak orang yang mengejar gelar demi kenaikan jabatan strategis dalam karier mereka. Biarkan saja, karena memang bukan 'nilai-nilai itu tadi' yang mereka kejar. Semua akan kembali kepada manusianya masing-masing. Memang, selama di bangku kuliah saya banyak menemui rekan-rekan saya yang hanya setor muka dengan TA (titip absen) lewat temannya, meminjam catatan temannya dikala mau ujian, melakukan pendekatan personal ke dosen, bahkan yang lebih parah ya membayar orang untuk membuatkan penelitiannya. Lalu mereka lulus dengan cumlaude GPA, diterima di perusahaan bergengsi dan jabatan yang strategis. Banyak. Anda mau cari yang model bagaimana untuk dijadikan alasan skeptis?

Anyway, everything is based on its process. JAUH LEBIH BANYAK LAGI orang-orang yang memang benar-benar berjuang untuk mendapatkan nilai-nilai esensi dari proses perjuangan mereka untuk mendapatkan gelar tadi. Jadi jangan berskeptis bahwa gelar sekarang ini hanya sekadar abal-abal, ada yang memperolehnya tanpa pengorbanan berarti. Sekadar membayar orang untuk membuatkan tesis atau skripsi, bahkan tiba-tiba ada yang sudah mendapat gelar tanpa melalui proses yang namanya kuliah/ujian kelulusan. Masih banyak kok, mereka-mereka yang benar-benar berjuang melakukan penelitian di berbagai bidang masing-masing, dengan usaha mereka yang cukup melelahkan, dengan kegigihan mereka meski harus menghadapi kesulitan finansial, kesulitan dari faktor dosen, kesulitan dari faktor di tempat penelitian, kesulitan dari faktor pendukung yang lain. Coba Anda lihat kita punya banyak ilmuwan yang benar-benar berdedikasi di berbagai penelitian. Itu gunanya nilai-nilai dalam proses pendidikan tinggi. Nilai-nilai yang akan selalu mereka bawa hingga menapaki kehidupan sesungguhnya, kembali kepada jiwa mereka. Menjadi penerang bagi diri mereka sendiri.

Education is a light of yourlife.

Ada satu pesan saya yang saya tujukan untuk semua pembaca di sini, "If you are looking for title just for a pride, then what will you find is NO MORE than just a greeting. But, if you are looking for values as long as you get the title, then you will continue to keep it within your attitude 'til you die. It's optional."

Memang kita tidak bisa memberi arahan bagi seseorang untuk mencari suatu pembenaran atas motivasi mereka mencari gelar, tetapi, justru orang yang berilmu tahu dan sangat paham bahwa mereka tidak akan pernah merasa bahwa mereka adalah orang-orang berilmu. Hanya orang pandir yang merasa dirinya cakap ilmu. So, jangan terlalu skeptis memandang segala sesuatu, semua tergantung dari keluwesan seseorang dalam menjalaninya.




-bening- 


 

Tuesday, December 22, 2015

((Surat Terbuka untuk Ibuku)) Selamat Hari Ibu. Happy Mothers Day 22th December Indonesia




Untukmu, Ibu, wanita yang masih senantiasa ayu meski di usia senjamu...


Terima kasih sudah menjadi ibu untukku. Terima kasih telah melahirkan aku untuk melihat indahnya dunia ini. Terima kasih untuk semua asupan makanan yang membuatku bertahan dalam perutmu hingga hari ini. Terima kasih atas perjuanganmu untuk kehidupan kita berdua dan atas rasa sakit yang luar biasa ketika melahirkanku. Terima kasih karena telah memberiku pakaian terhangat agar aku tidak membiru kedinginan di kala udara dingin menusuk tulangku. Terima kasih untuk semua lelahmu saat menjagaku ketika aku sakit di waktu bayi. Terima kasih untuk waktu-waktu tidurmu yang berkurang lantaran harus mengganti popok dan memberiku ASI di malam hari ketika aku menangis. Terima kasih telah mengajarkan aku untuk berdiri, berjalan dan berlari. Terima kasih telah memberikanku kebahagiaan kecil saat hari ulang tahunku.

Terima kasih untuk semua budi pekerti yang kau tanamkan sejak aku kecil. Terima kasih karena telah memberikanku kesempatan untuk mengecap pendidikan yang baik. Terima kasih karena telah memberikanku pendidikan agama yang cukup untuk bekalku. Terima kasih atas amarahmu yang senantiasa mengingatkanku bahwa engkau hanyalah seorang wanita biasa yang punya batas lelah dengan ulahku yang mungkin banyak mengecewakanmu. Terima kasih atas doa-doa yang selalu engkau untai untuk kesuksesan, kebahagiaan dan kesehatanku. Terima kasih untuk sikap diammu yang sangat luar biasa tangguh dalam menghadapi segala cobaan dan kepahitan hidup, meski aku sungguh tidak ingin melihatmu terdiam dan memendamnya seorang diri. Terima kasih untuk mengajarkanku tentang menjadi seorang wanita yang tangguh pula. Terima kasih untuk setiap pertengkaran kita, semoga Allah SWT selalu menyadarkan aku bahwa engkau sungguh tidak pantas untuk menerima kata-kata kurang hormatku. Engkau bahkan tidak pernah meninggalkanku, meski aku sering menggoreskan perih di hatimu. Terima kasih atas segala nilai-nilai kebaikan dan kehidupan yang engkau tularkan kepadaku. Terima kasih untuk waktu-waktu kita di masa lalu yang sempat terbuang. Terima kasih untuk semua kebahagiaan yang engkau hadirkan di kehidupanku hanya dengan melihatmu senantiasa sehat dan tersenyum, meski hidup tak selalu mudah. Terima kasih atas semua kasih sayangmu meski aku belum bisa membahagiakanmu. Mohon doa restumu, agar aku segera bersama dengan pria yang tepat untuk bersama menjagamu nanti, seperti aku ingin menjagamu dan keluarga kita. Pria yang senantiasa menghormatimu, seperti rasa hormatku padamu. Pria yang mencintai keluarga kita dan memang layak untuk itu.

Terima kasih untuk semua yang tidak mungkin ternilai dengan ucapan ini. Aku tahu bahwa tidak perlu menunggu perayaan hari ini untuk mengucapkan rasa terima kasih dan berdoa untuk kesehatan, keselamatan, kebahagiaan serta ketentraman bagimu. Tapi, setidaknya biarkan aku untuk memberikan HAK-mu atas hari ini. Meski, engkau sungguh ber-HAK menerima lebih dari sekadar doa dan ucapan terima kasih dariku ini. 


Terima kasih Ibu. Terima kasih untuk segala hal yang sudah engkau berikan dalam hidupku. Aku ingin seluruh dunia tahu bahwa aku sayang Ibu. Sayaaaang sekali sama Ibu.


Happy Mothers Day. Selamat Hari Ibu ya, Bu.

I LOVE YOU, IBU.



-Bening Rahardjo-

Saturday, December 19, 2015

Dies Natalis 66 Tahun UGM, Bersinergi!




"...Bagi kami almamater, kuberjanji setia...
Kupenuhi dharma bakti, untuk Ibu Pertiwi...
Di dalam persatuanmu, jiwa seluruh bangsaku...
Kujunjung kebudayaanmu, kejayaan Nusantara..."


Meski jalan tak selalu sama, setiap orang punya caranya masing-masing untuk berbakti dan memenuhi dharma baktinya. Selamat atas Dies Natalis Universitas Gadjah Mada ke-66, kampus biru, kampus kebanggaan Indonesia, kampus tertua yang dibangun bangsa untuk pendidikan tinggi negeri, kampus yang berkaitan erat dengan Keraton Yogyakarta, kampus kecintaan kami... Congratulations for all of us! Vivat Academia, Vivant Professores! Sesuai dengan tagline campaign tahun ini, UGM Bersinergi!



Friday, December 18, 2015

Forgive, Let Go and Live!


"Everyone suffers at least one bad betrayal in their lifetime. It’s what unites us. The trick is not to let it destroy your trust in others when that happens. Don’t let them take that from you.” ― Sherrilyn Kenyon, Invincible 
Akhir-akhir ini dunia maya sedang ramai dengan video seorang artis sebut saja W yang meminta maaf pada artis lain M, entah kaitannya dengan masalah rumah tangga atau yang lain. Saya juga termasuk jadi korban as a viewer dari unggahan video itu. For real, saya sendiri juga bingung sebenarnya apa yang ingin dimintakan maaf oleh artis W kepada M ini. Berulangkali W mengatakan "Saya sungguh ikhlas ingin meminta maaf", tetapi tidak merasa dirinya bersalah sehingga dia memakai kalimat "Saya sudah nggak peduli sebenarnya saya benar atau salah. Intinya saya mau meminta maaf!" (So guys... what do you think the words of 'apologize' is USED FOR, eh?). Setelah video itu terunggah, masyarakat sibuk menjadi komentator. Ada yang berpendapat: "Mengapa meminta maaf harus melalui media, kenapa tidak datang langsung kepada yang bersangkutan?". Ada juga yang berpendapat nyinyir: "Maksudnya apa ya? Mencari sensasi?". Ada yang menyeru kepada yang lain: "Mengapa orang sudah meminta maaf tapi tidak diberi maaf, Tuhan saja Maha Pengampun!". Ada pula yang berpendapat alim: "Setiap manusia kan tidak terlepas dari kesalahan, apa susahnya memaafkan? Bayangkan kalau itu kamu yang meminta maaf" .

WEW...

Stop!

Saya di sini bukan untuk mengajak Anda semua mempergunjingkan permasalahan drama artis. Saya hanya ingin mengambil satu analogi dari kasus itu dalam tulisan yang ingin saya posting ini. Topik yang ingin saya bahas adalah 'Semudah apa sih meminta maaf? Sesukar apa sih memberi maaf?'. Setiap dari individu manusia pasti menjalin hubungan dengan individu lain, bisa dalam bentuk keluarga, persahabatan, persaudaraan, pertemanan, tetangga, organisasi, guru dengan murid, bos dengan anak buah, pedagang dengan pembeli, rekanan bisnis, atau juga kekasih. Namun, tidak semua hubungan akan berjalan dengan mulus, hubungan bisa saja diwarnai dengan pertikaian, pertengkaran, perdebatan, kekecewaan, penghinaan, bahkan mungkin dalam konteks yang lebih tinggi adalah pengkhianatan.

Setiap bayi manusia lahir dengan hati yang sama, perjalanan kehidupan masing-masing yang nantinya membedakan sifat dan karakter satu dengan yang lain. Konstruksi karakter seseorang akan terbangun dari lingkungan keluarga, perwalian, orang-orang terdekat, lingkungan sosial, agama dan pendidikan. Perbedaan karakter, pemikiran dan sifat inilah yang sering menjadi penyebab gesekan dan konflik dalam suatu hubungan. Semua dari kita pasti tidak terlepas dari kesalahan, kita pasti pernah meminta maaf kepada orang lain. Sesekali, ada juga orang-orang yang berbuat salah kepada kita. Berlainan posisi, kali ini kita yang memberi maaf. Manusia bisa menjadi makhluk yang tidak dapat diprediksikan. Bisa jadi dalam satu menit yang lalu sedang tertawa-tawa bahagia dengan seseorang, bisa jadi dalam menit-menit berikutnya kita melakukan kesalahan. Entah disengaja maupun tidak disengaja. Kita perlu menghargai seseorang yang mau meminta maaf karena meminta maaf bukanlah suatu hal yang mudah, sampai ada sebuah peribahasa mengatakan orang yang meminta maaf adalah seorang pahlawan. 

Bicara tentang memaafkan, tentu saja ini juga bukan suatu hal yang mudah dilakukan. Memaafkan itu berarti mengikhlaskan luka atau kejadian. Masing-masing dari kita pasti pernah merasa terluka, siapapun yang membaca ini pasti pernah disakiti, mungkin pernah dihina, mungkin juga pernah dihianati oleh orang yang kita percaya. Bisa jadi kita akan merasakan hal yang paling menyakitkan dalam sebuah hubungan. Seburuk apapun relasi kita dengan seseorang, apabila kita dilukai pasti tetap akan terguncang perasaan kita. Sampai dalam kondisi tertentu, perasaan terluka ini juga dapat menyerang harga diri (self esteem) kita. Berbagai pertanyaan akan muncul setelah peristiwa pahit tersebut. Secara otomatis kita akan me-reload kejadian yang menyakiti kita. Sehingga akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu pikiran kita, misalnya: "Mengapa dia tega melakukan/mengatakan itu kepadaku?"; "Apakah aku memang pantas untuk disakiti?"; "Apa salahku?"; "Apa kekuranganku?"; dan lain-lain. Perasaan terguncang, kecewa, marah, rendah diri, terluka, juga semua emosi negatif yang mengikutinya itu pada akhirnya akan meruntuhkan kepercayaan kita kepada orang yang telah menyakiti kita. Banyak orang yang pada akhirnya memilih untuk tidak berhubungan lagi dengan orang yang sudah merusak kepercayaan. Ada pula yang takut pada hubungan baru karena rasa kepercayaan kepada orang lain sudah terluka.

Nah, situasi yang terkadang HARUS kita hadapi adalah apabila orang yang telah menyakiti tiba-tiba datang meminta maaf kepada kita. Reaksi? Tentu beragam. Pilihannya: membangun kepercayaan kembali dan melanjutkan hubungan; atau memilih untuk mengakhiri hubungan karena sudah tidak ada kepercayaan lagi. 

Sebenarnya, menurut saya, tindakan memaafkan adalah suatu langkah besar yang bertujuan kembali kepada diri sendiri, dan BUKAN kepada orang lain. Kita memberi maaf BUKAN untuk menyembuhkan orang yang telah melukai kita, melainkan untuk menyembuhkan harga diri kita yang telah diserang. Sebab pada dasarnya ketika kita memaafkan, itu artinya kita sedang menciptakan sebuah ruang damai untuk hati kita sendiri. Kita berhak untuk menangis ketika tersakiti, kita berhak melawan ketika tertindas. Kita berhak untuk membenci orang yang melukai, kita berhak untuk marah kepada penghinaan dan pengkhianatan. Namun, kita JAUH LEBIH BERHAK untuk merasakan damai. Kita tidak boleh membenci semua bunga, hanya karena pernah tertusuk satu duri. Kita tidak boleh membenci hitam, karena justru perbedaan warna-lah yang menciptakan hitam.

Terima segala bentuk emosi negatif Anda: rasa marah, sedih, kesal, kecewa, perih, muak, benci, dll. Sebab, semakin Anda menolaknya, maka akan semakin lama perasaan itu bersarang dalam jiwa Anda, semakin dalam, semakin mengendap dan pada akhirnya menjadi satu kata: dendam. Jangan! Kalau memang tidak bisa dihapuskan, setidaknya sedikit saja yang disimpan. Mengapa? Sebab sekali Anda merawat dendam, limbahnya akan begitu pekat dan tidak mudah hilang begitu saja. Apakah Anda rela mengotori hati dengan limbah pekat yang harus disandangnya bertahun-tahun? Saya sih tidak. Toh, tak ada gunanya juga memendam emosi negatif dalam diri sendiri.

Lalu, bagaimana bila lukanya begitu perih? Sangat amat perih dan hampir-hampir tidak termaafkan?
Dear pembaca, saya sangat memahami bagaimana luka itu akan terasa, sebab saya pribadi pernah mengalami hal-hal yang amat sangat perih, bukan hanya sekali dua kali. Kalau saya tidak pernah mengalami kejamnya dendam, tentu saya tidak akan bisa membaginya di sini. Rasa-rasanya tidak bisa termaafkan seumur hidup. Rasa-rasanya membuat saya membenci seisi dunia. Rasa-rasanya membuat saya muak dengan orang-orang baru. Rasa-rasanya saya tidak pernah lelap tertidur. Rasa-rasanya mimpi saya hanya tentang gambaran yang sama. Rasa-rasanya saya terus mencium bau menjijikkan dimana-mana. Rasa-rasanya saya bahkan sulit menangis. Rasa-rasanya bahkan saya ingin mati. Saya membawa dendam itu bertahun-tahun, hingga membuat saya jatuh dalam kondisi depresi. Saya PERNAH melalui masa-masa pahit itu. Tidak hanya sekali. Saya telah BERHASIL melewatinya.

Saya telah memaafkan masa lalu ketika orang-orang menyakiti saya, mencederai harga diri saya, orang-orang yang bahkan dengan sengaja menghina dan memperlakukan saya secara tidak manusiawi. Saya memaafkan diri saya sendiri atas kenaifan dan kepolosan sehingga saya berulangkali membiarkan hal itu terjadi. Saya TELAH memaafkan. Meski, tidak pernah terucap permintaan maaf dari mereka. Saya mengikhlaskan segala hal yang begitu menyakitkan. TETAPI, bukan berarti saya bisa berhubungan dekat dengan mereka seperti dulu. Wajar. Manusiawi. Saya BERHAK untuk mendapat lingkungan baru yang lebih positif. Itulah yang kemudian saya lakukan. Tanpa perlu menaruh rasa dendam/benci kepada orang-orang di masa lalu, saya perlahan move on kepada lingkungan yang baru, yang saya anggap mau menerima saya secara lebih bermartabat dan dapat memotivasi saya untuk menjadi orang yang lebih baik. Ambil pelajaran baiknya, bahwa masa-masa perih itu menjadikan Anda sebagai orang yang jauh lebih tangguh. Saya tidak membenci orang-orang di masa lalu, saya tidak menghindarinya. Saya berlaku biasa, secukupnya, sewajarnya. Ketika bertemu dan perlu menyapa orang-orang yang telah menyakitimu, sapalah. Ketika mereka tidak membalas sapa, berdendanglah tentang lagu yang kau suka dan hiruplah aroma angin yang menyapu wajahmu. Ketika mereka meminta maaf darimu, terima dan cukuplah hatimu yang tahu bahwa engkau telah melepaskan. Saat hati kecilmu meragukan tulus/tidaknya permintaan maaf itu, serahkan kepada Tuhan-mu. Biarkan itu menjadi urusan NYA dengan hamba-Nya.

Lalu bagaimana jika mereka ingin kembali berhubungan baik dengan kita?
Sungguh, kamu adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberi akal budi untuk pandai mencerna tanpa mengulangi kesalahan yang sama satu kali lagi. Dear, just remember that you do have control over how you allow yourself to be treated. Kalau Anda memutuskan untuk bisa berhubungan dengan baik seperti semula dengan orang yang telah melukai Anda berulang kali, good for you. Anyway, may I ask you something? Are you angel with broken wings that only fly when loved? Apabila orang tersebut benar-benar sudah berniat secara tulus dan ikhlas merubah sikap buruknya kepada Anda, maka go for it. Jika Anda tidak yakin bahwa orang tersebut sudah benar-benar menyadari kesalahannya? Let me warn you in advance--to become an angel with a broken wings--are not logical from a human perspective. Really. Sesungguhnya dengan melepaskan segala yang terkait dengan orang tersebut adalah hal yang baik, bahwa Anda tidak berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri, tetapi Anda berusaha untuk menyelamatkannya. Mengapa? Jika Anda melepasnya, berarti Anda telah memberi kesempatan kepada orang lain untuk tetap menjaganya. Agar tidak mengulangi kesalahan serupa seperti yang telah dilakukannya kepada Anda. Itulah saatnya bagi Anda untuk mendoakan orang tersebut agar jauh lebih baik.

Kalau Anda merasa telah berkali-kali melukai seseorang kemudian Anda meminta maaf kepada orang tersebut, meski telah dimaafkan bukan berarti Anda bisa memaksa orang tersebut untuk segera kembali berhubungan baik seperti dulu, tertawa-tawa seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Tidak semudah itu. Sebab, dia BERHAK untuk menemukan kedamaian hati dengan caranya sendiri. Berpikirlah positif bahwa sesungguhnya dia telah berbesar hati memberi Anda kepercayaan kembali. Walaupun masih berupa keping-keping yang ingin disatukannya. Anda hanya perlu waktu untuk membuktikan kepadanya bahwa Anda benar-benar ingin berubah.

 



Jadi, hal positif yang selalu saya tanamkan pada diri saya sendiri sejak hari itu adalah: Bahwa hal-hal yang melukai saya saat ini dan ke depannya nanti, tidak jauh lebih sakit dari perasaan waktu itu. Saya bisa melaluinya. Saya bisa bangkit. Saya BERHAK untuk lepas dari benci. Saya BERHAK untuk lepas dari amarah. Saya BERHAK untuk tidak mendendam. SAYA SANGAT BERHAK UNTUK BAHAGIA.


So, guys, saya akan tutup tulisan ini dengan kalimat berikut:

Bagi kalian yang ingin meminta maaf: Hanya karena kamu selalu dimaafkan, bukan berarti kamu bisa terus menyakiti. Mampu memaafkan berarti mampu untuk mengikhlaskan, tetapi mengikhlaskan tidak selalu disertai dengan kata melupakan. Ada yang ikhlas memaafkan tapi tidak melupakan, ada yang memilih untuk melupakan tanpa bersedia memaafkan. Mungkin, karena sakitnya terlalu dalam. Jadi berhati-hatilah dengan sikap dan tutur katamu sendiri.




Bagi kalian yang tersakiti: Memberi maaf atau tidak memberi maaf itu pilihan. Anda tidak perlu memberi label benar kepada sesuatu yang memang salah. Luka, tangis, kekecewaan, penghinaan, pengkhianatan memang tidak selalu bisa disembuhkan oleh waktu. Amarah, dendam, kebencian, perlawanan itu hak Anda. Tapi ingat Anda juga jauh lebih berhak untuk hidup dalam damai dan bahagia. Anda berhak untuk dikelilingi dan bersama orang-orang yang mendukung dan mencintai Anda dengan energi positif. Jangan memilih menyimpan limbah bila Anda mampu memekarkan bunga, jangan menjadi api bila Anda mampu menjadi air sungai yang menyejukkan. Apabila Anda tidak ingin berhubungan dengan hal-hal yang berulangkali menyakiti Anda, cukup ikhlaskan semuanya, pergi dan carilah hal baru. Sebab Anda berungkali pun berhak untuk bahagia.




Salam sayang,

Bening Rahardjo


Saturday, December 12, 2015

Jangan Sepelekan Gejala Alzheimer!

Semalam, saya berkomunikasi dengan kedua sahabat saya, Fuad dan Benny. Semenjak musim hujan ini, kami jarang keluar bareng, selain kesibukan masing-masing juga dikarenakan hujan yang tidak bisa dipastikan turunnya. Kami tetap menjaga komunikasi melalui groupies internal di beberapa jejaring sosial. 
"Efek obat penenang ternyata bikin nge-fly" Status Fuad yang pertama muncul.
Secara spontan saya langsung menyambar.
"Lu stress? Nggak usah aneh-aneh deh. Pakai obat segala!"
"Bokap gue yang make."
"Bokap? Untuk?"
"Bokap gue sudah nggak kaya dulu lagi, Ning. Sudah banyak berubah."
"Separah itu harus pakai penenang?"
"Kalau gelisahnya muncul, kadang juga emosinya meledak-ledak."
"Ya penderita dimensia memang begitu."
"Penyakit tua lah." 
"Ajak ngobrol lah. Biar nggak ngerasa sepi. Bokap lu nggak butuh penenang tapi perhatian."
"Gimana mau ngobrol? Setiap hari sekarang dari pagi sampai malam bokap sendirian di rumah."
"Ya Elu jangan colud sampai malam mulu."
"Lembur neng...."
Waktu yang bersamaan, saya juga berkomunikasi dengan Benny.
"Fuad kenapa tuh?" Saya menyapa Benny bersamaan dengan status Fuad muncul.
"Depresi kali."
"Kenapa? Kok obat penenang segala?"
"Biasalah, jomblo. Masalah apa coba selain butuh pasangan."
"Akut."
"Kemarin pas gue dari rumah dia, dia sempat cerita soal bokapnya."
"Bokapnya kenapa lagi?"
"Nggak tahu, halusinasi atau apa, jadi dia sering ditelfon bokapnya untuk pulang cepat. Bokapnya ketakutan dan marah-marah."
"Bener kan dugaan gue. Apa tuh namanya, gue lupa?"
"Apa hayooo?"
"Malah kayak TTS."
"Barusan gue tanya dia, bokapnya kambuh lagi."
"Iya, gue juga udah dibales."
"Lebih tepatnya sih bokapnya butuh cucu, bukan obat."
"Rese!"
Well, singkat cerita guys, jadi bapaknya Fuad menang mengidap penyakit yang biasa menyerang orang-orang yang sudah usia senja, Alzheimer. Sejujurnya, saya sering mendengar tentang penyakit ini, tetapi kurang pengetahuan mengenai seluk-beluk penyakit Alzheimer. Saya mencoba mencari artikel-artikel melalui google yang membahas mengenai penyakit Alzheimer.

Source: www.cnn.com

Setelah membaca, saya baru menyadari bahwa penderita alzheimer mesti dimotivasi untuk terus melakukan aktivitas fisik. Misalnya, berolahraga ringan secara teratur setiap hari seperti senam, jogging atau jalan cepat. Memperbanyak aktivitas sosial di luar rumah juga bisa mengurangi risiko penurunan fungsi kognitif di usia tua. Kegiatan sosial dan berkumpul bersama orang banyak akan membuat perasaannya semakin menyenangkan. Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat sangatlah penting.

Pengidap alzheimer biasanya akan mengalami perubahan perilaku. Misalnya, bangun tengah malam, bepergian tanpa tahu tujuan, lupa dengan anggota keluarga serta identitas dirinya, lupa meletakkan kunci mobil, lupa dengan nominal uang, lupa nomor telepon, lupa nama makanan yang biasa dimakan, lupa harus mencampurkan gula/garam dalam minuman, disorientasi waktu, lupa jalan menuju kamar mandi di rumah sendiri, lupa cara-cara mengaduk air, bahkan dalam taraf yang lebih buruk bisa berakibat lupa pada panggilan biologis tubuh (misal: ketika terasa pipis harus pipis, lupa rasanya ketika harus BAB dan lain-lain). Perubahan perilaku ini bukanlah kehendak si pasien melainkan memang efek dari penyakitnya. 

Alzheimer merupakan satu penyakit yang berhubungan dengan menurunnya fungsi otak. Seseorang yang menderita alzheimer skema otaknya akan terlihat cenderung mengerut daripada mereka yang normal. Terkadang mereka seperti mendengar suara/bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan. Secara emosi dan mood mereka juga menjadi agresif, cepat marah dan kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain. Penyakit ini menyerang fungsi otak sehingga mengalami penurunan. Penderitanya akan kehilangan kemampuan intelektual dan sosialisasi yang cukup parah sampai sulit melakukan aktivitas sehari-hari.

Kalau kita membaca di wikipedia mengenai penyakit Alzheimer ini, ada beberapa tokoh dunia terkenal yang pernah mengidap penyakit Alzheimer semasa hidupnya. Contohnya, mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Wilson Reagan, tokoh filsuf abad ke-19 Ralph Waldo Emerson, pengarang dan politikus terkenal dari Inggris Sir Winston Leonard Spencer Churchill, penulis kenamaan dari Inggris Enid Mary Blyton dan bahkan sosok Ratu Juliana dari Belanda. Secara keseluruhan penyakit Alzheimer ini bisa merusak pembuluh darah dan apabila tidak terkendali dengan baik semuanya akan merusak pembuluh darah, termasuk di otak. Sementara itu, stres juga memengaruhi menurunnya fungsi otak. Depresi yang berkelanjutan pun dapat merusak fungsi daya ingat. 


Orang alzheimer masih bisa melakukan aktivitas normal dengan bantuan orang-orang sekitar. Mereka masih punya harapan untuk dapat hidup berkualitas. Tentu dibutuhkan kesabaran, ketelatenan dan kasih sayang yang besar dari orang-orang di sekitarnya. Pemakluman apabila mereka melakukan sesuatu di luar kontrol dirinya, bukan lantas kita menghujani dengan hujatan/ejekan/emosi. Menurut artikel-artikel terpecaya yang saya baca, obat penenang bisa diberikan kepada penderita Alzheimer tetapi harus dalam anjuran dokter dan dengan dosis yang tepat. Ilmu medis belum mengetahui bagaimana mencegah atau mengobati penyakit Alzheimer ini. Namun, penting untuk mendapatkan ahli yang mampu menolong penderita dan keluarganya untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat penyakit Alzheimer. Selain itu meditasi juga baik untuk membantu memperbaiki pola tidur dan mengurangi depresi akibat penyakit ini.


Semoga bermanfaat, salam sehat!

-Bening Rahardjo-


Friday, December 11, 2015

Membingkai Kabupaten Karanganyar Menjelang Satu Abad

source: www.karanganyarkab.go.id
Kabupaten Karanganyar adalah sebuah kabupaten yang berada dalam wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 800,20 Km2. Kabupaten ini terdiri atas 17 kecamatan yang masing-masing menyimpan potensi daerah yang mendukung kemajuan wilayah. Nama Karanganyar hampir tidak banyak dikenal oleh masyarakat yang tinggal di luar Pulau Jawa, memang. Namun, jika menyebut Gunung Lawu pastinya ingatan orang akan selalu melekat pada Kabupaten Karanganyar. Berbagai potensi alam dan peninggalan budaya dapat kita jumpai di lereng barat Gunung Lawu seperti: Grojogan Sewu Tawangmangu, Air Terjun Parang Ijo, Air Terjun Gumeng Jenawi, Air Terjun Jumog, Cumpleng, Sapta Tirta Pablengan, Telaga Madirda, Hutan Pringgodani, Hutan Sekipan, Hutan Gunung Bromo, Puncak Lawu, Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi Kethek, Pura Saraswati, Pura Pamecekan, Situs Dayu, Situs Palanggatan, Situs Watu Kandang, Situs Menggung dan masih banyak lagi potensi keindahan alam, buatan, maupun peninggalan budaya di kabupaten ini, baik yang sudah dikelola dengan baik maupun yang masih dalam tahap untuk dikelola.

Perkampungan di lembah Gunung Lawu, Tawangmangu, Karanganyar. Source: Deni Kurniawan

Kejuaraan urban downhill di Tlogo Dlingo, Gondosuli, Tawangmangu. Source: www.facebook.com/IndonesianDownhill
Tanggal 18 November adalah tanggal yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Karanganyar. Setiap pemerintah daerah yang baru berlomba-lomba untuk menyemarakkan bulan November agar dapat menjadi pengingat bagi masyarakat Kabupaten Karanganyar akan tanah kelahirannya. Bulan November tahun 2015 kemarin merupakan bulan momentum perayaan Hari Jadi Kabupaten Karanganyar ke-98. Angka 98 merupakan angka yang masih tergolong muda untuk ukuran kabupaten/kota. Ya, apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota yang usianya sudah di atas 100 atau bahkan 200 (misalnya Jakarta, Semarang, Palembang, Magelang, Medan, dll), tentu angka 98 masih merupakan angka yang terbilang muda. Meski terbilang angka yang muda, angka 98 adalah angka menuju pada usia satu Abad. Angka yang fantastis untuk usia manusia. Lantas apa saja pencapaian-pencapaian Kabupaten Karanganyar menjelang satu Abad usianya?

Menjelang satu abad usia Kabupaten Karanganyar, ada beberapa bingkai indikator pencapaian-pencapaian Kabupaten Karanganyar yang ingin saya tuangkan dalam tulisan saya di sini. Bertepatan dengan momentum Hari Jadi Kabupaten Karanganyar ke-97 dan ke-98 kemarin, saya pribadi sebagai bagian dari masyarakat melihat upaya baik dari pemerintah daerah dalam membenahi dan mengembangkan potensi yang ada di Kabupaten Karanganyar. Banyak terobosan dan ide-ide baru yang sebelumnya hanya menjadi wacana klasik bunga tidur masyarakat dan nampaknya sekarang sudah mulai diupayakan. Salah satu hal yang membuat saya semakin cinta dengan tanah kelahiran saya adalah mulai digaungkannya sejarah lokal Kabupaten Karanganyar. Ya, selama ini mungkin tidak banyak warga Karanganyar sendiri yang tahu bagaimana sejarah terbentuk dan tercetusnya nama 'Karanganyar'. Apalagi untuk mengenal sejarah-sejarah lokal perjuangan pemuda Karanganyar di masa penjajahan dulu. Masih banyak sejarah lokal yang tidak terekspos oleh pemerintah daerah setempat. Banyak pula potensi pariwisata, pertanian, perkebunan yang tidak tergarap dengan baik. Namun, dengan adanya visi dan misi baru yang dibawa oleh pemerintah daerah yang baru ini, sepertinya angin segar mulai berhembus. Setidaknya, kita harus menjadi bangsa yang menghargai dan menjunjung nilai-nilai lokal yang sudah ditanamkan oleh para pendahulu. Berkembang sesuai dengan kemajuan jaman adalah tuntutan. Ya, tetapi menjaga eksistensi lokal serta nilai-nilai budaya yang sudah ada juga akan selalu mengingatkan kita akan: "Siapa kita, dari mana asal-usul kita, akan kemana kita menuju?".

Karnaval HUT RI ke-70 melintasi Jalan utama Lawu. Source: Deded Asmarahady
 
Gowes pagi di Lawu. Source: Choonwei Tay


Nama Karanganyar tidak terlepas dari perjuangan Raden Mas Said atau yang biasa kita kenal sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa. Saya sangat bersemangat ketika mengetahui bahwa sejak tahun 2014 lalu, kisah perjuangan Raden Mas Said diangkat dalam sebuah tari kolosal. Bisa dikatakan dramatari lebih tepatnya. Alangkah indahnya jika tari perjuangan ini tidak hanya ditampilkan saat upacara hari jadi saja, atau hanya mengambil setting di alun-alun kota saja. Mengapa tidak digarap lebih serius untuk menjadi sebuah dramatari dalam sebuah panggung teatrikal terbuka secara khusus seperti Sendratari Ramayana di Candi Prambanan beberapa waktu sekali? Selain menarik jumlah wisatawan lokal maupun asing, saya rasa kita punya sejarah lokal yang sangat luar biasa untuk dikenang dan diceritakan kepada anak cucu kelak. Banyak nilai-nilai keteladanan yang bisa kita petik dari sejarah Raden Mas Said. Konsep 'manunggaling kawula gusti', sifat eling (ojo dumeh, hati yang mituhu), empan papan, amanah, keadilan, ketulusan, team work, prinsip-prinsip perdagangan dan ekonomi yang terintegrasi demi kesejahteraan rakyat, nilai kesusilaan, nilai keindahan, kecerdikan, kejujuran, serta nilai-nilai yang lain. Akan lebih baik apabila formulasi ajaran Tri Dharma yang digagas oleh Raden Mas Said mampu diterapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar:
  1. Rumongso handarbeni (merasa ikut memiliki);
  2. Wajib melu hangungkrebi/hanggondheli (kewajiban untuk membela dan mempertahankan);
  3. Mulat sariro hangroso wani (kesadaran dan keberanian untuk melakukan koreksi diri/otokritik).
Sebagai wilayah yang menyimpan banyak potensi dan dianugerahi kemerdekaan oleh Tuhan Yang Maha Esa, masing-masing dari kita mempunyai tanggung jawab untuk mewarisi jiwa semangat dan kepahlawanan dari leluhur. Kita memiliki tanggung jawab untuk mengelola sumber daya yang ada dengan penuh ambeg paramarta artinya tidak konsumtif, tidak merusak alam dan tatanan budaya sendiri. Kita memiliki tanggung jawab untuk membangun dan membenahi tatanan kehidupan bermasyarakat yang demokratis. Sekadar menjadi "Maju dan Sehat" saja tidak cukup, kita harus menjadi daerah yang sehat, cerdas, bermartabat, berperadaban, berkemajuan dan berkarakter. Apa artinya maju bila tak berautentik? Think global, act local. Mengapa kita tidak belajar dari mentalitas masyarakat Jepang? Meski mereka dituntut untuk menjadi negara maju, bukan berarti mereka meninggalkan budaya lokalnya begitu saja. Justru mereka bangga pada apa yang sudah diwariskan oleh nenek moyangnya, sebab nilai sejarah selalu mengandung pesan moral bagi kehidupan selanjutnya. Penetrasi kecepatan teknologi dan informasi dunia dapat mengubah perilaku sosio-kultural masyarakat lokal. Itu mengapa, saya pribadi sangat mengharapkan bagi pemerintah daerah yang sekarang dan selanjutnya untuk menanamkan nilai-nilai lokal kepada masyarakat Kabupaten Karanganyar dimulai sejak dini. Sekarang, banyak inovasi-inovasi di bidang teknologi dan informasi, semakin baik apabila dapat dimanfaatkan bagi siar/gaung kepada masyarakat.

Tengok saja Kabupaten Sukoharjo yang berbenah dengan wilayah satelitnya, Solo Baru. Investor berdatangan untuk beramai-ramai membangun 'kota baru' yang penuh dengan mall, kawasan pemukiman elite, hotel-hotel dan pusat perekonomian lainnya. Andaikata Kabupaten Karanganyar ingin menata sebuah kawasan seperti Solo Baru, hal ini tidak mustahil. Namun, perlu diingat pula bahwa Kabupaten Karanganyar tidak harus mendorong pertumbuhan masyarakat menjadi konsumtif, mengapa tidak kita berbenah menjadi kota produktif? Banyak hal yang bisa dibenahi terkait sumberdaya yang ada di Kabupaten Karanganyar, ambillah contoh bidang pariwisata. Selama ini masyarakat Karanganyar sendiri masih terlihat 'kurang bangga' dengan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Karanganyar, yang padahal, kita punya banyak potensi alam yang indah di kaki Gunung Lawu. Ini adalah salah satu berkah alamiah terkait dengan posisi geografis. Seharusnya, pemerintah bisa menggenjot potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Karanganyar. Misalnya, mengapa tidak kita kembangkan pariwisata kreatif di Kabupaten Karanganyar dengan menampilkan berbagai potensi budaya, tari-tarian, hasil kerajinan masyarakat dan lain-lain dalam sebuah event budaya? Bukan lantas menjiplak ide dari daerah lain lalu mengada-ada. Tapi sumberdaya-sumberdaya penting yang kita miliki bisa berpotensi besar apabila digarap dengan sungguh-sungguh.

Demikian halnya dengan bidang pertanian, hasil pertanian yang baik pun bisa membuat suatu daerah menjadi swasembada pangan bagi daerah-daerah di sekitarnya, tentu apabila diproyeksikan dengan baik. Satu hal yang membuat saya optimis adalah Kabupaten Karanganyar masih memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Beruntungnya kita tinggal di daerah yang subur, tanah yang baik untuk pertanian dan perkebunan, serta sumber mata air yang melimpah. Namun, seiring dengan pertumbuhan manusia yang semakin cepat, sudah banyak pula wilayah pertanian dan perkebunan yang kemudian beralih menjadi lahan perumahan. Penting bagi pemerintah daerah untuk mengatur tata ruang daerah dengan baik agar Kabupaten Karanganyar tidak kehilangan lahan potensial untuk pertanian dan perkebunan, dimulai dari sekarang tentunya. Ambil contoh tetangga terdekat, Kota Surakarta, semakin pesat pertumbuhan ekonomi penduduknya, semakin menipis pula lahan pertanian yang ada. Lahan pertanian menjadi barang yang amat mahal dijumpai karena tergerus oleh modernisasi kota yang tidak seimbang dan pertumbuhan penduduk. Apabila pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar mampu menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya di segala aspek (tidak hanya mengacu pada satu aspek saja), saya yakin bahwa visi yang ingin dicapai oleh pemimpin yang baru yakni "Maju dan Sehat" akan dapat terwujud. Jika petani kita sejahtera, ini bisa menjadi indikator penting kemajuan daerah. Satu hal lagi yang khas dari pertanian (mungkin lebih ke arah bidang agrofarmasi tepatnya) yakni tanaman obat Tawangmangu. Lihat, kita sudah punya balai penelitian dan pengembangan untuk tanaman obat dan industri farmasi. Mengapa tidak kita angkat Kabupaten Karanganyar dengan pengembangan tanaman obat dan ramuan tradisionalnya? Bukan karena latah mengikuti daerah tertentu, tetapi memang kita sudah punya lahan yang bisa dikembangkan.
Bupati Karanganyar, Bapak Juliyatmono sedang menilik persawahan. Source:  www.solopos.com

Jalur pedestrian di Jalan utama Lawu. Source: www.suaramerdeka.com
Membangun infrastruktur tentu membutuhkan anggaran yang besar dan perlu pengerjaan yang lumayan menyita waktu. Tetapi, penataan pembangunan infrastruktur yang baik bisa menjadi investasi jangka panjang bagi daerah. Penataan dan pembangunan kawasan Taman Pancasila dan alun-alun menjadi harapan optimis bagi wajah baru Kabupaten Karanganyar yang rapi, bersih dan sehat. Bicara mengenai kawasan alun-alun tiga/empat tahun yang lalu, saya mempunyai cerita tersendiri mengenai premanisme di sana, sebab pada waktu itu kawasan alun-alun masih sepi dan kurangnya penerangan lampu-lampu kota. Kawasan itu dulunya lebih terkenal sebagai tempat mangkal anak-anak muda yang condong dengan stereotype negatif. Namun kini, alun-alun sudah kembali pada fungsi semula sebagai public sphere bagi seluruh warga Karanganyar. Baik dari anak kecil hingga orang tua pun bisa menikmati kawasan ini sebagai ruang publik yang nyaman. Pembangunan plasa alun-alun dan sidewalk sepanjang Jalan utama Lawu menjadikan Kabupaten Karanganyar terlihat lebih rapi tertata. Tentu semua masyarakat juga bergembira dengan terwujudnya proyek fly over Palur yang bakal dibuka sebentar lagi. Semoga fly over bukan hanya sekadar wujud 'gagah-gagahan' dari pemerintah daerah, tetapi benar-benar dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Infrastruktur yang baik adalah faktor lain sebagai penunjang penting kemajuan ekonomi suatu daerah. Meski begitu, beberapa akses menuju daerah harus diperbaiki dan ditambah. Seperti jalan Ngargoyoso menuju Candi Cetho yang masih banyak jalan berlubang, jalan bergelombang di jalur lingkar selatan (Tegalgede-Papahan), jalan berlubang di sepanjang Gaum-Kaliboto dan mungkin di beberapa daerah lain yang masih harus diperhatikan aksesnya. Juga masalah kurangnya penerangan jalan masih menjadi pemicu angka kriminalitas di beberapa titik.

Uji coba fly over Palur. Source: @binamargajateng

Fly over Palur, Karanganyar dilihat dari atas. Source: www.sindonews.com

Pendidikan di Kabupaten Karanganyar berkembang dengan cukup baik, dilihat dari penghargaan/reward yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada siswa-siswa berprestasi di Kabupaten Karanganyar dengan menyokong bantuan pendidikan tinggi, pendidikan gratis juga meringankan beban ekonomi orangtua dari semua lapisan. Namun, yang perlu diingat bahwa pendidikan gratis bukan lantas menjadikan orangtua dan guru bisa berlaku seenaknya. Orangtua juga harus menyadari akan kebutuhan buku dan seragam bagi anak-anaknya, sedangkan guru juga harus menyadari bahwa pendidikan gratis bukan lantas menjadikan guru malas mengajar/berinovasi karena alasan tidak adanya alokasi dana untuk sekolah. Sekolah juga harus menyadari bahwa mereka harus tetap memberikan hak siswa untuk mendapat fasilitas yang baik, nyaman dan mendukung. Semangat para pemuda Karanganyar untuk belajar hingga pendidikan tinggi juga termotivasi dengan baik, bisa kita lihat dari naiknya angka pemuda-pemudi daerah yang diterima Perguruang Tinggi Negeri favorit dari tahun ke tahun. Berkembangnya ruang kreativitas bagi komunitas-komunitas baik seni, pecinta alam dan lingkungan, pecinta binatang, komunitas sosial, komunitas yang bergerak di bidang pendidikan dan lain sebagainya.

Kesehatan adalah masalah urgent bagi setiap manusia. Memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat adalah kewajiban bagi pemerintah daerah. Bersama peringatan Hari Jadi Kabupaten Karanganyar ke-98 kemarin, pemerintah daerah bekerjasama dengan BPJS untuk men-cover kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten Karanganyar. Pelayanan kesehatan di Kabupaten Karanganyar masih perlu peningkatan, keberadaan Puskesmas di daerah-daerah juga perlu dioptimalkan keberadaannya. Sebagai perpanjangan tangan pemerintah daerah, RSUD Karanganyar harus berbenah dalam persaingan pelayanan kesehatan dengan pihak swasta khususnya di wilayah Karanganyar sendiri. Kebersihan dan kenyamanan lingkungan rumah sakit adalah mutlak bagi syarat pelayanan kesehatan yang baik.

Lautan manusia di Konser Iwan Fals pada puncak Hari Jadi Karanganyar ke-98, source: akun instagram drummer Yose Kristian

Selebihnya, perayaan Hari Jadi Kabupaten Karanganyar oleh pemerintah daerah dua tahun belakangan ini adalah sebuah progres baik dan mendapat sambutan positif dari semua lapisan masyarakat. Hiburan, siapa yang tidak menyukai hiburan? Semua tentu terkadang merasa jenuh dengan aktivitas monoton berminggu-minggu dengan pekerjaannya masing-masing (bertani, berkebun, beternak, aktivitas di kantor, aktivitas pekerja sosial, aktivitas wirausaha, berdagang, dll), bentuk pertunjukan seperti mengundang artis ibukota tentu menjadi hiburan menarik bagi masyarakat. Hiburan yang bisa dinikmati oleh semua lapisan, tidak hanya diisi dengan pertunjukan musik yang hanya diikmati oleh pemimpin saja (Pemimpin berkaraoke berdendang ria, masyarakatnya hanya 'terpaksa' menonton sambil memble. Well....It's soooo old).

Parahnya kebakaran hutan Lawu 2015 kemarin yang sempat menewaskan 7 pendaki. Source: www.detik.com
Seperti konser Iwan Fals kemarin, menurut saya adalah pilihan bijak dari pemerintah daerah apabila ingin menunjukkan dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pesan-pesan sosial dan pesan-pesan cinta lingkungan. Sebab Om Iwan Fals adalah salah satu artis ibukota yang menjadi ikon duta lingkungan dan duta untuk masalah sosial. Kebanyakan lagu-lagu Iwan Fals dapat dinikmati dan diterima oleh tidak hanya pemuda tetapi juga orangtua. Kedatangan Iwan Fals ke bumi Karanganyar tentu membawa pesan positif bagi permasalah lingkungan dan permasalahan sosial di Kabupaten Karanganyar (Sebagai contoh: kebakaran hutan lawu dan penanganan dengan penghijauan kembali; pesan pemerintahan yang bersih dan jujur, pesan sosial mengenai pemuda yang membangun bangsa, dll). Menurut saya tidak ada yang sia-sia sepanjang itu dapat dinikmati oleh  semua lapisan. Bukan hanya menuruti kehendak pemimpin atau kehendak satu kelompok tertentu. Toh, apa yang sudah masyarakat berikan dalam bentuk pajak, restribusi dan lain-lain, kembali bermanfaat untuk masyarakat. Demikian pula dengan event-event lainnya yang tentu berkembang ke arah positif, tentu ini akan memicu semangat bagi warga Karanganyar untuk lebih produktif dan berkreasi.



Regards,

Bening Rahardjo



Ps: Anda bisa melihat beberapa pesona Kabupaten Karanganyar dalam akun instagram saya, atau juga bisa melihat update Kabupaten Karanganyar melalui akun facebook Karanganyar Tenteram (https://www.facebook.com/lawu.karanganyar) bisa dilihat di contact. Jangan lupa berkunjung ke Karanganyar ya! :)


Tuesday, December 8, 2015

My 'Click' Moment to The Women Issues


There are very few moments that could change the direction of our lives, orga­nizations, and even entire nations. Not many things could make someone realize something and resist to persist his/her opinion. Longer I know that click moment for gender inequality issues happens to individuals in another way and understanding. For me personally, some experiences change my way of vision for gender inequality. It has been reminding me of the days when I wondered if I were alone in thinking that something outside of me--in the culture-was wrong. It called 'click moment'.



My 'click' moment started when I learned about gender in my 2nd years at college, I took gender classes within cross-department. Verily, I interested in gender issues, while in my own department just few I could get, then I cut out cross-department to get more knowledge about gender. Lucky, the current policy allowed us to take classes across-department, with proviso still in the same faculty. I started learning about gender inequality, about issue of violence against women in various fields, about oppression to women by the indigenous communities in cultural, social and economic. I have known that gender was an attributes that a given society considers appropriate for men and women. Till I bought and read many books about feminism thought. I began to 'see' all occurrences that I often encountered, all the things that often done by people around me.


It dawned that as long as I live, I survived in gender inequality which came from family culture, ethnic culture, and stereotypes in my social environment. I ever in bullied by those women who calling themselves 'beautiful girls a.k.a superstars', for almost seven or eight years. I've been slapped for no reason in public. They insulted me, my appearance both physical and verbal. Then, I dwell in inequality for so long. Finally I got knowledge and strength from many classes I took. I got understanding that "I have the right to be treated in dignified and humane" not only by men but also by community (I mean, those women who treated me bad). I must strengthen myself with science and knowledge, it was also changing the way I tolerate the things that led to the humiliation of my dignity: "No one is allowed to humiliate another human being, unless he is not human". I had to enlighten and educate my social environment about bullying, violence, etc. So that there's nothing 'other-me', who should be silent when they get violent from people around. Shortly, I felt that I needed to strengthen and empower myself if I wanted to change people around me. It was important to know what I am good at, to develop a sense of self dignity. Know what I could offer the world.




Regards,

-BR-