Thursday, October 30, 2014

Runaway Baby

Hi guys!! I wanna share this fun video from Korean skater guys. I just found it when I wanted to search some modern dance choreography for my sister, Lintang. I thought 'Runaway Baby' from Bruno Mars was good song to dance. Then, I found this video, aha! This is a new kind of inline skate. Artistic, simple, feel good and downright fun to watch, eh and one thing, really...this video makes me and Lintang want to try it with our skates! :D

Check this video out!





Regards,

-BR-


Wednesday, October 29, 2014

One Text Received...



Ting Tong... 
*one text received*
*read*
From: Emo Fadzil
+628180----003
"Ning, pin BB-mu berapa? Hari ini aku lamaran."

GLEK!*MELONGO*
*ngetik sambil mangap*
To: Emo Fadzil
+628180----003
"HAH?! SERIUS?!! Edan kowe Ma! Nggak ngabarin dari kemarin!"

Ting Tong...
*one text received*
*read*
From: Emo Fadzil
+628180----003  
"Baru dikabari kemarin Ning. Masih nanti sore kok."

*TAMBAH MELONGO*
*ngetik sambil nahan nyesek lahir batin*
To: Emo Fadzil
+628180----003
"Nanti? Sore tuh SEKARANG INI kaliii... Edan lo nggak kabar-kabar dari semalem! Trus, gw diundang ke sana?"

Ting Tong...
*one text received*
*read*
From: Emo Fadzil
+628180----003
"Nggak usah kalo sibuk, cuman ngabarin aja kok :)"

*NANAR*
*ngetik sambil mejemin mata*
To: Emo Fadzil
+628180----003
"Okay deh, say! Selamat yah! Semoga nanti acaranya lancar! Besok-besok cerita loh ke gw! Awas kalo nggak main ke sini!"

Ting Tong...
*one text received*
*read*
From: Emo Fadzil
+628180----003
"Iya, Ning. Makasih doanya :)"

Ema sms gw beginian siang-siang menjelang sore begini??? Siapa yang nggak syok setengah nyesek lahir batin coba? Ghost!! Satu orang terdekat lagi yang nikung gw, hahaha! FYI aja nih, bulan Agustus lalu gw makan berempat sama Benny, Fuad dan Ema. Di situ malah sumber utama yang curhat ngegalau tentang bulan November tuh gw. Lah, dia aja waktu itu minta saran ke gw gimana caranya biar cepet-cepet dilamar. Dia yang udah pengen banget nikah, tapi belum ada calon (nah sekarang dia beneran dilamar). I am curious about that guy. Semoga aja bukan makhluk alay jadi-jadian yang kenalan di facebook. Asli, gw agak khawatir sama temen gw yang satu ini. Berhubung dia sedikit rada kacau juga sih anaknya. Semoga aja dia bener-bener ketemu calon suami yang bisa ngebimbing dunia akherat. Amiinn.

Ah! Ini kabar bahagia! Gw harus ngehubungin anak-anak The Kampret yang lain:

*ngetik layar hape sambil penuh nafsu*
To: Bendot, Bas, Afu
"Gilaaakk! Ema lamaran hari ini, Jon!!"

Ting Tong
*one text received*
*read*
From: Bendot
+628572----112
"Lah, BUSYET!"

*ngetik sambil ngakak miris*
To: Bendot
+628572----112
"Kamvret, malah dia yang ngeduluin gw! Hahaha"

Ting Tong
*one text received*
*read*
From: Bendot
+628572----112
"Syukuri apa yang ada... Hidup adalah anugerah..."

*ngetik sambil usap ingus*
To: Bendot
+628572----112
"Kita boleh ngakak, tapi dalam hati mewek, hahaha"

Ting Tong
*one text received*
*read*
From: Bendot
+628572----112
"Faaaakkk!!!"

*ngetik sambil senyum puas*
To: Bendot
+628572----112
"Ntar malem ke sana boleh nggak ya?"

Ting Tong
*one text received*
*read*
From: Bendot
+628572----112
"Mau ngapain lu? Sama siapa lu? Siap lahir batin lu? Dijamin nggak mupeng lu? Nggak ngerasa nyesel lu?"
*baca teks sambil misuh dalam hati: Sialan lo Ndot!

Okay, rasanya, mau terbang ke angkasa trus escape sebentar ke tempat yang ada saljunya. Ngadeeeemmmm.... Benar-benar lengkap hari ini kisah The Kampret untuk ditulis... (-_______-)"

*ngetik dilayar hape sambil mikir keras*
To: Ema Fadzil
+628180----003
"Dear Ema sayang, semoga lamaran hari ini lancar yaa... I wish all best for you, congratulations! :)"
*senyum penuh makna sambil ngelihatin teks buat Ema"


Congratulations Ma, see that... Jodoh itu tidak bisa dipercepat ataupun ditangguhkan datangnya, kan? Seperti yang gw bilang dulu. Lo nggak perlu risau dan nge-galau, kalau emang pria itu jodoh lo, alam akan berkonspirasi untuk kalian berdua. You know, I am happy for you :)



Regards,


-BeningRahardjo-


Monday, October 27, 2014

QuoteOfTheDay: 27.10.2014

"Bahkan hanya mendengar kabarmu saja, membuatku jatuh terjerembab untuk ke-sekian kalinya... Aku hanya bayi yang belajar merangkak dalam rengkuhanmu. Tolong, jangan kau buat aku terjatuh lagi kali ini."


Epitaf Sunyi



Untukmu,
Manusia yang terengkuh dalam waktu...

Aku hanya mampu menjilid malam dalam lembar-lembar sunyi
Dan mengeja bayang-bayang bias dalam bait-bait stanza
Aku hanya pengumpat malam yang berjelaga
Pengagum surya yang keterlaluan teriknya
Di sudut sana, dalam sebuah rumah tua
Kau tahu bahwa epitaf itu akan selalu ada
Bahkan meski kau nodai dengan bunga-bunga liar serta dedaunan kering
Dia tak akan terkoyak
Hanya sejurus berdebar dalam batas sendu

Kau tahu...
Kekalutan dan ketakutan ini bukan lagi barang baru
Namun kini,
Semua ruang kosong itu terlalu pahit dalam sekap
Kau bilang kau ingin menjamu malam berpesta pora
Sedang aku hanya seorang diri yang terajah mantra dalam kesumat
Aku hanya serupa sejarah yang terlalu muda
Yang terpatri sudah dalam mimpi-mimpi pahit
Dan tak ada anggunnya untuk dikenang atau bahkan diamini.


-pengagum dalam epitaf sunyi-


Kabinet Kerja Bapak Jokowi - JK (2014-2019)

Kemarin (Minggu, 26 Oktober 2014) tepat pukul 17.00 WIB, kita telah menyaksikan bersama Bapak Jokowi sudah mengumumkan nama-nama calon menteri yang sedianya akan dilantik siang hari ini (27 Oktober 2014). Sesaat pengumuman, saya sempat tertinggal beberapa menit menyaksikan siaran langsung di televisi. Namun, saat sesi foto Bapak Presiden Jokowi dengan calon-calon menteri, saya berteriak girang kepada Ibu yang ada di sebelah saya.

"Ibu! Itu kan Profesor Pratikno!! Kok, kok...Pak Pratikno ada di sebelah Pak Jokowi....?"

Ibu saya hanya menjawab pelan "Hla memang, Pak Pratikno terpilih jadi Mensesneg Kabinet Kerja Jokowi"

Waw! Bangga sekali ada warga Fisipol UGM yang terpilih sebagai menteri dalam Kabinet Kerja Jokowi ini. Ketika di tahun-tahun saya kuliah dulu, Prof Pratikno adalah dekan saya di Fisipol, kemudian tahun 2012 beliau dipercaya untuk menjabat sebagai Rektor. Sebagai mantan warga UGM saya juga merasakan perubahan-perubahan positif dari Rektor sebelumnya ke Rektor baru. Jadi ketika saya melihat beliau berdiri sebagai calon menteri baru di sebelah Bapak Presiden, saya merasa beliau layak terpilih karena kredibilitas dan pengabdiannya yang tinggi untuk kemajuan bangsa Indonesia. Ya, Bapak Presiden Jokowi menamai kabinet yang dibentuknya dengan nama sederhana namun sarat makna, yakni "Kabinet Kerja". Kata "kerja" di sini bukan hanya sebuah kata benda yang berarti pasif, namun kata kerja yang berarti aktif. Semoga dengan nama sederhana yang sarat makna ini, para calon menteri yang terpilih oleh Bapak Jokowi benar-benar mampu bekerja secara nyata seperti visi Bapak Presiden, "Kerja, kerja dan kerja!". Semoga nama-nama baru yang terpilih sebagai calon menteri dalam kabinet ini juga betul-betul bisa membantu Sang Presiden membawa perubahan baru bagi bangsa Indonesia.

Saya lihat ada beberapa nama calon menteri dari almamater UGM. Kalau saya tidak salah lihat kemarin sore, selain Prof Pratikno sebagai Mensesneg, ada Dr.Ir Basuki Hadimuljono sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; ada Ibu Retno L P Marsudi lulusan HI Fisipol juga sebagai Menteri Luar Negeri; dan yang paling terlihat jelas ada Bapak Anies Baswedan, P.hD sebagai Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah. Selain itu, kabar gembira untuk adik-adik yang duduk di bangku sekolah menengah pastinya adalah nama calon menteri baru yang betul-betul sudah fasih malang-melintang sebagai aktivis dalam dunia pendidikan. Khususnya lagi, di dalam kabinet yang baru ini pendidikan dasar dan menengah juga telah terpisah dari pendidikan tinggi. Semoga ini bisa menjadi angin segar bagi dunia pendidikan Indonesia yang selama ini hanya diisi dengan uji coba (berganti-ganti) sistem pendidikan yang berimbas besar tentu saja kepada siswa. Saya ingat dalam ujian SMP dulu, saya sudah menemui sistem pendidikan baru. Belum ada dua tahun di SMA, saya juga menemui perubahan sistem pendidikan lagi. Pastinya, saya yakin ini juga dirasakan oleh adik-adik yang tengah duduk di bangku sekolah dasar dan menengah.

Berikut adalah daftar lengkap nama-nama lengkap dalam Kabinet Kerja Presiden Jokowi (2014-2019):



Selamat bekerja Kabinet Kerja, semoga amanah untuk membangun bangsa Indonesia seutuhnya!


Regards,


Bening Rahardjo


Thursday, October 23, 2014

The Monotony of Student Life



This is what really happen in Google when you go to search with keywords 'school makes me'. Wow! Look, what's Google tells us about school! We may ever complained about how hard it is to learn Math, Physics, Biology, Chemistry, Geometry, Geography, etc.,No? Then we feel like a failure when we have learned well, but still could not pass the test. I'm sure we all have similar experience. When you get a bad score and it feels like you are ashamed, want to cry. Especially if other friends (who even by cheating) can get good score more than us. I think the world stops spinning. Okay, perhaps this is become too much, but I'm sure we've all feel uncomfortable things about the school too.


I think, there are at least 10 reasons why students don't feel comfortable with their school:

1. 'Killer' teacher
It is often feared by most students due to teacher who is authoritarian. This may not realized by the teacher itself but instead realized by students who freak out when forgot to do homework that provided by the teacher. This is the most common reason why students don't attend school.

2. Super lots homework
The most often reason when you ask student like: "Why you don't like school anyway?". The answer will be like this: "Of course, can you imagine how we have lots of homework to do many times, even in our summer holiday?". How could this happen? It could happen because one teacher gives lots of homework to their students with no idea of how many homework also given by other teachers, so that students feel burdened. It could made students lost their spirit to study.


3. Minimum of school facilities
Well, it's also that I often hear. Sister of mine said, "Why there is no AC in my class, huh?". Ya, sometimes school facilities become an important grip so that students can rise their spirit to study, but in the other side it will add the cost of tuition too.

4. Bullying-everywhere
In accordance with school policy from unknown which sounds "Students with dominant group will intimidate minority group whereas the strong group will be the winner and the minor group will be the loser. It only can overcome by a revolution in that school (from the students itself)". That is one reason why many students hate school, especially students who are often bullied at school.

5. Boring-lesson 
The most hated subjects by students especially like: Physics, Mathematics (Algebra), Chemistry, Biology, History, even English, for not understood reasons. For students who already hated school, one minute seemed an hour. An hour seemed days. 

6. Do not understand the explanation that provided by teachers
Sometimes, students don't understand the explanation of a lesson given by teacher, but she/he doesn't want or doesn't dare to ask, so what happened later is boredom all long day in class.


7. Have no friend
If it becomes the reason too, maybe we can see details to personal of that student, whether he/she is less sociable, or other reasons that cause interaction is not developed between he/she and his/her social.

8. The dirty toilet 
I think the issue of cleanliness and convenience of toilet is also one reason why student don't like school, to be honest, when I was in high school, I often lazy to go to toilet with this reason. I think it is bit disgusting.

9. Too long school hour
I experienced it myself, especially when we are sitting at the end level of school, we will be offered by additional hours outside of school hours, which makes student very very stuck and tired (of course). Let us remember: It is not how long the hours of study that determine whether knowledge can/can not be absorbed by someone, but rather to 'QUALITY' of study itself. The more tired student, the more difficult his/her brain power to absorb knowledge.


10. Less money to buy snack for lunch
The reason is very strange, but there is also a reasonable way. However, don't blame their parents for this reason.  

Guys, sometimes, person need another person as a driver or a mentor in life. For example: friend, girlfriend, or spouse. You can do the same by looking for a person/community that can help or motivate your learning and achievement. Hang out with people who love to learn, can make us loves to learn too. In addition, try to find person or community that has good habit in study. Ask for their experience so we can learn something useful from them. Learn something here is widely understood, both formal and informal. We can learn about variety of skills such as assembling a computer, learning to write, make films, sailed entrepreneurship, and others.

So, 




Regards,

Bening Rahardjo 


Tuesday, October 21, 2014

The Indonesian New President: Mr. Joko Widodo / Mr. Jokowi

Indonesian New President 2014-2019, Mr. Joko Widodo
Kemarin kita bangsa Indonesia telah menyaksikan bagaimana proses serah-terima jabatan Presiden Indonesia ke-7 yang berlangsung di gedung MPR. Ya, Ir. H. Joko Widodo telah dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia menggantikan Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Ada rasa haru melepas mantan presiden yang sudah memberikan kontribusi selama 10 tahun terakhir ini. Namun, euforia masyarakat atas presiden baru juga terasa sekali, terlihat dari bagaimana Presiden Joko Widodo dikirab dari gedung MPR menuju Istana Merdeka dengan diiringi lautan manusia di sana. Mereka semua bersuka cita menyambut Presiden ke-7 Republik Indonesia. Memang sosok presiden baru ini menarik banyak perhatian rakyat Indonesia dan dunia internasional karena beliau berasal bukan dari kalangan elite tertentu ataupun militer. Beliau hanyalah sosok biasa yang berprofesi awal sebagai seorang pengusaha furniture kecil yang kemudian berkembang dan meneruskan awal karir politiknya sebagai Walikota Surakarta. Sosok Bapak Joko Widodo jauh dari ekspos media sampai pada saat beliau kemudian dicalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun lalu. Mengenai profil Bapak Presiden Joko Widodo ini bisa kita telusuri salah satunya melalui wikipedia. Namun, hal-hal kecil yang jauh dari ekspos media akan selalu terkenang tidak hanya oleh orang-orang terdekatnya, tetapi juga masyarakat Solo--seperti saya pribadi.

The situation when the 7th President being paraded by a horse-drawn carriage through the crowd
Saya cukup bangga ketika melihat proses serah-terima jabatan Presiden Republik Indonesia kemarin, bukan karena saya adalah pendukung Bapak Joko Widodo kala masa kampanye presiden. Saya berbicara dalam politik netral di sini. Saya merasa bangga karena setidaknya, saya pribadi telah menjadi saksi dan mendokumentasikan perjalanan kesuksesan kepemimpinan seorang Bapak Joko Widodo semasa menjabat sebagai Walikota Surakarta dalam sebuah penelitian skripsi mendalam mengenai Kota Surakarta masa itu. Saya sudah menyaksikan sendiri dari kampung ke kampung yang dibenahi sedikit demi sedikit oleh Bapak Joko Widodo. Bagaimana transformasi kebijakan birokrat yang kaku dan berbelit-belit menjadi lebih lunak dan nyaman. Saya juga merasakan kemudahan dalam mengurus perijinan penelitian dan bahkan bagaimana kompleksitas instansi-instansi yang harus saya kunjungi dalam memperoleh data, itu menjadi jauh lebih mudah hanya dengan berbekal 'visitor card'. Beliau memang mengutamakan pelayanan masyarakat, ketimbang tetek-bengek alur birokrasi yang berbelit-belit dan non-efisiensi. Sungguh jauh sekali perbedaan yang dirasakan oleh masyarakat di masa pemerintahan Bapak Joko Widodo sebagai Walikota saat itu, hal ini bisa Anda buktikan sendiri dengan bertanya kepada mulai dari para pedagang di Pasar Klithikan Semanggi, tukang becak yang mangkal di sekitar Alun-Alun Utara Surakarta, pedagang di Pasar Legi maupun Pasar Gede, sopir taksi yang biasa beroperasi di sekitar Stasiun Solo Balapan, warga di Kelurahan Kestelan, warga di sekitar Kali Pepe di Kelurahan Sangkrah, warga di sekitar pemukiman Silir, hingga elite-elite dan seniman besar Surakarta. Siapa yang tidak mengenal Bapak Joko Widodo yang sangat familiar dengan nama Jokowi sejak dulu? Bahkan jauh sebelum nama Jokowi terendus media nasional, sosok itu sudah sangat melekat dengan masyarakat Solo. Saya ingat sekali, dulu ketika mengangkat judul penelitian ini, salah satu dosen penguji saya bahkan mengejek habis-habisan sosok Jokowi sebagai Walikota Surakarta. Namun, menurut saya itu adalah awal dari menanjaknya karir politik Bapak Jokowi. Terbukti dengan award internasional yang dia peroleh sebagai Walikota Terbaik ke-3 Dunia dari The City Mayors Foundation. Saya meneliti di lapangan secara langsung dan turut menyaksikan perubahan-perubahan signifikan pada setiap lapisan masyarakat Kota Surakarta saat itu. Itulah mengapa, saya sangat mengapresiasi penghargaan yang diberikan dunia internasional atas keberhasilan dia mempimpin sebagai Walikota Surakarta saat itu.

Begitu mahirnya Bapak Joko Widodo saat itu mengemas potensi Kota Surakarta dalam rencana-rencana strategis yang baik, sehingga masalah-masalah utama seperti: pencemaran sungai; kepadatan penduduk; kemiskinan; tanah pertanian yang menyempit; dan sistem drainase yang buruk, mampu diminimalisir dengan baik. Di masa kepemimpinannya sebagai Walikota Surakarta, banyak kebijakan-kebijakan dan program-program baru yang begitu sukses dikenal dan berjalan baik di masyarakat hingga sekarang seperti: program BPKMS (Bantuan Pendidikan Masyarakat Surakarta) dan PKMS (Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta) yang didasarkan kepada cluster system; program PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) terpadu yang mencocokkan status ekonomi keluarga dengan bantuan perlindungan dari pemerintah agar lebih prioritas dan tepat sasaran; program PODES (Program Pendataan Wilayah Administrasi Desa) yang mengintegrasikan dan mengumpulkan data kualitas infrastruktur pendidikan dan kesehatan yang ada di tiap-tiap kampung. Semua program dan kebijakan yang dijalankan tidak terlepas dari indikator IPM Kota Surakarta sendiri.

Strategi komunikasi Bapak Joko Widodo memang tidak perlu diragukan lagi. Masih begitu teringat bagaimana beliau melakukan pendekatan-pendekatan kepada para pedangan kaki lima Banjarsari yang enggan direlokasi ke Pasar Klithikan Semanggi. Bahkan penolakan keras melalui demonstrasi maupun vandalisme tidak membuat Bapak Joko Widodo marah, beliau malah mengundang para tokoh pendemo dalam jamuan makan dan membahas dengan kepala dingin. Saya teringat dengan gugon tuhon masyarakat Jawa bahwa "Wong Jowo iku yeng dipangku, mati". Ternyata benar adanya. Cara-cara manusia yang memanusiakan manusia lain, akan selalu diterima, karena pada dasarnya orang-orang yang berteriak adalah orang-orang yang ingin didengar dan diperhatikan. Beliau juga mengerti sekali bagaimana melakukan pendekatan masalah-masalah penataan pemukiman liar di sekitar bantaran sungai karena beliau pun pernah mengalami penggusuran ketika rumahnya harus dijadikan terminal waktu beliau kecil. Kegiatan-kegiatan di bidang seni dan pariwisata selalu diberi ruang untuk berkreasi, dikemas sedemikian indahnya dalam event-event yang tidak hanya berskala nasional tetapi juga internasional. Memang bisa dibilang bahwa Bapak Joko Widodo sangat mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Surakarta. Beliau memberi ruang khusus untuk pagelaran-pagelaran seni di ruang publik, seperti di Taman Sekartaji dan Ngarsopuro. Penataan city walk dan area internet publik bisa dinikmati masyarakat. Penataan Taman Balekambang yang semula mangkrak dan tidak terawat, juga menjadi primadona kembali atas peran besar Sang Presiden ke-7 ini. Ini bukan hanya dukungan omong kosong semata, tetapi beliau juga melakukan sinkronisasi sumberdaya yang tersedia dengan mekanisme perijinan dan penataan pertumbuhan kota dalam Perda RTRW melalui skenario kebijakan pembangunan yang lebih responsif. Di samping itu, penambahan dan perbaikan pada moda transportasi juga sangat diperhatikan oleh beliau, agar wisatawan maupun tamu yang berkunjung ke Kota Surakarta merasa nyaman. Bahkan tidak jarang beliau melakukan personal selling kepada para stakeholders maupun tamu-tamu dari negara lain sebagai calon investor.

Di bawah kepemimpinan Bapak Joko Widodo sebagai Walikota saat itu, beliau bukan hanya menampuk tanggung jawab di atas pundak seorang diri, tetapi disadarinya betul bahwa peran serta para pelaku bisnis dan swasta serta peran dari masyarakat umum sangatlah penting dalam mendukung kesuksesan setiap-setiap kebijakan yang diambilnya. Jadi kesimpulan saya, partisipasi seluruh elemen masyarakat Kota Surakarta adalah yang menjadi kunci kesuksesan pemerintahan Bapak Joko Widodo yang menjabat sebagai Walikota Surakarta saat itu. Namun, dibalik pemimpin besar pasti ada kekurangan-kekurangan pula yang tidak luput dari pandangan kita. Apabila sekarang Bapak Joko Widodo telah resmi sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke-7, tentu perlu dukungan kita semua dari berbagai elemen agar Negara Kesatuan Republik Indonesia di bawah kepemimpinannya mampu menjadi Indonesia yang lebih baik, seperti contoh kecil Kota Surakarta yang telah saya gambarkan tadi. Pentingnya peran seluruh elemen ini juga seperti yang disampaikan oleh mantan Presiden Republik Indonesia ke-6, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya di Istana Merdeka kemarin.

Look how humble he is when he is interviewed by media
Menilik dari retorika, memang sosok Presiden Joko Widodo tidak sama apabila dibandingkan dengan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Tapi bukan dalam tempatnya apabila kita membanding-bandingkan pribadi satu dengan yang lain, yang pasti tidak sama. Setiap pemimpin mempunyai karakteristik masing-masing dalam memimpin, semua ada kelebihan dan kekurangannya. Jika secara penggunaan bahasa internasional Bapak Joko Widodo masih lemah, saya rasa itu masih bisa di-cover dengan 'bilingual translator' yang akan mendampinginya nanti. Tetapi, yang saya yakin adalah 'gaya blusukan dan pendekatan yang memanusiakan manusia' ala sosok Jokowi itu tidak akan pernah hilang meskipun beliau telah menjadi orang nomor satu di negeri ini. Saran saya kepada keluarga Bapak Joko Widodo, mungkin harus dibiasakan mulai sekarang untuk menghadapi media. Tidak hanya media lokal saja kali ini, tetapi media skala nasional dan bahkan internasional. Bagaimanapun keluarga orang nomor satu di negeri ini akan selalu dipandang dalam setiap tutur, sikap dan lain-lainnya. Itu pasti. Tidak mungkin untuk dihindari, karena bagaimanapun Presiden juga butuh media sebagai rekannya. Tinggal bagaimana mengelola 'bentuk rekanan' ini agar terasa ingin 'kaku' atau sedikit lebih 'lunak' namun tetap tidak meninggalkan etika bermedia, semua tergantung kepada Presiden pula. Memang, Bapak Joko Widodo dikenal dekat dengan media. Namun, pihak media juga harus mengingat bahwa sekarang posisi seorang 'Jokowi' yang kini sudah bukan lagi dalam kapasitas sebagai Gubernur atau Walikota, tetapi seorang Presiden. Sehingga, penyebutan-penyebutan yang terkadang 'un-formal' juga harus disesuaikan sebagaimana mestinya untuk seorang Kepala Negara. Ibu Iriana Joko Widodo yang semula hanya ibu rumah tangga biasa, kemudian menjadi isteri Walikota, isteri Gubernur dan kali ini menjelma sebagai Ibu Negara, tentu harus banyak menyesuaikan diri juga. Begitu pula dengan putera-puteri beliau, yang mau tidak mau kehidupannya akan banyak diperhatikan oleh masyarakat luas. Tetapi saya pribadi berharap keluarga ini akan tetap menjadi keluarga yang humble dan jauh dari kepentingan-kepentingan elite politik yang menyimpang. Mari bersama mengawasi jalannya pemerintahan yang baru agar Indonesia menjadi lebih baik di masa-masa yang akan datang.

Mr President, Mr. Jokowi and The First Lady, Mrs. Iriana Jokowi and their children: Raka, Kahiyang and Kaesang

Selamat bertugas Bapak Joko Widodo, Presiden kami yang baru. Semoga tetap amanah selama lima tahun kepemimpinan ke depan. Membawa gaung nama baik Indonesia di mata internasional.



Regards,

Bening Rahardjo


Monday, October 20, 2014

Keroncong in Lounge: First Love & When I Fall in Love





 

"First Love"
By: Nikka Costa

Everyone can see
There's a change in me
They all say I'm not the same
Kid I used to be

Don't go out and play
I just dream all day
They don't know what's wrong with me
And I'm to shy to say

[Chorus:]
It's my first love
What I dreaming of
When I go to bed
When I lay my head upon my pillow
Don't know what to do
My first love
Thinks that I'm too young
He doesn't even know
Wish that I could show him what I'm feeling
Coz I'm feeling my first love

Mirror on the wall
Is he care at all
Will he ever notice me
Could he ever fall

Tell me teddy bear
Why love is so unfair
Will he ever find a way
And answer to my pray

[Chorus]

My first love 










Seberapa Pantas by Sheila On 7




Sedikit nostalgia lagu jaman SMP, a song by Sheila on 7 "Seberapa Pantas"


Saturday, October 18, 2014

How To Care Turtle as A Pet?

Hi guys!

Now, I wanna share to you about one of lovely pet that I have, yes....it's turtles! Before I told you that I had pets, they were two baby turtles and one baby ornamental fish. I gave names for the two baby turtles, Tora and Sasha. And the baby ornamental fish named Milo. Unfortunately, Sasha and Milo died when they were about 1 years after I bought them. Now, I just have Tora which is about 6 years old. And I wanna share to you about how to take care a turtle.


1. First at all, identify the type of turtles you have. You can identify its type from the physical characteristic. If you have no information yet, you can search on Google or by some book as reference.

2. Identify the habitat. For example, Brazilian turtle is aquatic turtle. So you have to make sure that they are live in a well water. Not too much but not too less.

3. Identify the gender, if you don't know how to identify it's male or female. You can ask someone who have lot knowledge about turtle, or you can read some book for reference.


4. Please take them in a stable water temperature (between 20-28 Celsius Degree).

5. You need to give your aquarium some area where the turtles can actually be dry basking in the sun or a special lamp for reptile. I prefer to sunning Tora within 6 to 7 am.

6. Give them good nutrition. If the turtle are still a baby, give it special food nutrition like pellets. But if they are mature enough, you can try to give them vegetables and fruits. But you have to selectable for their food, as long as it contain of good nutrition. 


7. Clean their habitat at least once per 2 days. But I always keep Tora's habitat clean for one day. So I always take him for bathing and brushing its shell slowly. But for baby turtles, don't too often clean them, because they are still susceptible to the temperature difference and habitats.

8. Give some decoration on their habitat, such like small decorative stones, or small water plants. 

9. Identify their breeding period. Believe me, it's important to know. 

10. Identify the kinds of turtle diseases. You should have knowledge about physical change or other symptoms that affect bad changes in your pet. 

That's 10 ways to care your turtles. So, are you interest to have a turtle as your pet? :)



Regards

Bening


The Baby Boo


For the dearest baby boo: Bas, Bendot and Fuad...

Hai kampret! Saat ini, kita semua tahu bahwa kita berempat sedang dalam kondisi peruntungan yang kurang baik. Yaa, mau gimana lagi. Semua seluruh dunia juga tahu gimana nasib kita berempat yang kurang lebih sama-sama ngenes dalam hal romance ini. *ngelapin tembok rumahnya Tyler Hoechlin dengan muka suram* What the heck, kalau datang ke nikahan temen jaman SMA, and finally we've came together (ya habisnya, mau gandengan tangan sama siapa coba, selain sama mereka bertiga?). Then, muncullah pertanyaan-pertanyaan yang bikin mules perut dari teman-teman sejawat kami seperti: "Eh, Ning, kok lu bisa dateng sama mereka sih? Emang elu pacaran sama Fuad sekarang?". Sebisa mungkin gw hanya pamer muka nyengir. Gila aja, pacaran sama makhluk klimis bermuka datar yang doyan BF itu? *Ketok palu tiga kali*. Begitu melihat keakraban gw sama Bendot, ada lagi yang nanya, "Lah, jad lu sekarang sama Bendot to?". Ghost! Ini lagi, lebih sabar dari apa coba gw yang selalu jadi tempat nyampah mahkluk kampret melankolis pecinta dunia Apostolik itu? Parahnya, saat ketemu kakaknya Fuad di suatu tempat kongkow, ada lagi pertanyaan yang ditujukan ke Bas, "Loh, Bas. Sekarang ceweknya dah ganti lagi ya?". Seketika Bas langsung nepuk mantap lengan gw yang di sebelahnya sambil ngejawab "Oh, kenalin. Ini pacar gelap saya, Mas!". Kamvret gila jawaban tuyul satu ini *dalam hati misuh-misuh*. Bening oh Bening... HOW COME?? How come lu bisa sahabatan bertahun-tahun sama makhluk-makhluk semacam mereka? Coba check suhu tubuh dulu gera, jangan-jangan selama ini ngigau lagi...

Huff, itulah kami. Dibilang Red Ants, katanya mereka udah minta ganti nama geng aja biar peruntungan fengshui kita berubah. Jadi FYI nih, nama The Fourth Kampret aja masih sama nggak jelasnya peruntungan kita. Kadang gw mikir, "Gila, ini pasti ada yang salah sama kami!". Sampai Bas suatu ketika pernah ngasih unpredictable advice: "Eh, kita kayaknya musti minta maaf satu-satu ke orang-orang yang pernah kita bully deh, terutama Dita yang sudah duluan nikah. Kalau perlu sungkem sama dia, minta supaya kutukannya buat kita berempat segera DICABUT". *Glek! Bas, ngomongin soal kutukan, gw selama ini aja mikir, habis nginjak kodok dimana sih gw ini?* Kalau si Fuad, ngasih saran yang lumayan Islami bin menyejukkan hati banget: "Kita berempat ini musti banyakin sedekah bro, biar kehidupan kita ke depan lebih tenang". Oke, dua advice tadi emang masuk akal. Nah, mungkin advice terakhir dari Bendot ini yang jauh melenceng dan bikin kita bertiga ngakak-ngakak, dari dia ngasih advice untuk ganti nama geng, sampai bahkan pernah dia datang ke rumah gw dengan muka desperate abis: "Ning, lu tahu nggak, kemarin gw lihat lowongan menarik hlo!". Gw pikir ini lowongan tentang dunia tulis-menulis, nggak tahunya dia bilang: "Kemarin gw lihat ada iklan jual jasa gini: Terima Jasa Sebagai Pasangan Jagong Anda! Tarif 50.000/Jam. Nah, gw mikir Ning, kenapa nggak kita berempat buka jasa serupa? Seru kan? Siapa tahu coba nanti peruntungan kita berubah gara-gara jagong!" Hahahaha. Sumpah! Gw melongo dan selanjutnya ketawa ngakak. Sayangnya, saran gw waktu minta supaya nama geng diganti jadi BAROKAH aja nggak pernah di-acc sama mereka, malah dengan cepat dan tegas mereka kompak bilang NGGAK!! *Hadee, yasudah deh jon...*

Mungkin, jalan cerita kita nggak sama-sama juga sih, hanya peruntungannya aja yang sama NGGAK jelasnya. Tapi lucunya, ini mungkin yang bikin kita jadi tambah dekat. Gw inget kalimat menarik dari seseorang "Burung yang warnanya sama, akan terbang bersama-sama". Duh! Tapi kok kesannya jadi nggak enak gini ya? Hahaha, wateva lah! Gw inget banget gimana mereka ngasih support ke gw untuk jadi pioneer ngerubah fengshui kami yang serba suram ini menjadi sesuatu yang lebih ada 'geliatnya'. Well, ya... semoga ya, kita berempat bisa sama-sama segera mencapai satu titik dengan kata 'KEJELASAN'. Entah apapun itu bentuknya.

Untuk kalian, laki-laki gila yang selalu setia buat gw dan rela jadi tempat sampah ketika gw penat, ingatlah ini:
"If you love someone, let them go. If they return to you, it was meant to be. If they don't, their love was never yours to begin with..." - (unknown)
Guys, we don't marry someone we can live with, but we marry the person who we cannot live without. Sok bijaksana abis ya gw jon? Nggak apa deh, demi kita berempat. Kalian akan selalu punya gw untuk berbagi. Selama kita belum melangkah dalam hal yang lebih sakral nanti. Gw tahu, kalian akan merasa sedih ketika gw akan menjadi serupa seperti Dita sekarang (yah, you guys know what I mean kan yaaa?), gw mengerti itu karena rasa sayang kalian ke gw yang besar. Thank you so much! Gw masih akan tetap sebagai Bening yang sama yang kalian kenal sejak pertama kali. Gw juga akan selalu bangga dengan persahabatan kita. Itu bukan janji, tapi afeksi. Kalian juga tahu itu.


Dari, 

-sahabat gila kalian yang selalu sok manja tapi minta ditoyor ini-

Wednesday, October 15, 2014

Comfortable Within Marriage (?)




"Pada akhirnya apa sih yang kita cari itu? Kenyamanan kan? Ya sudah, mungkin itu yang bikin saya mantap untuk menikah" 
- An actress who has just married

Saya teringat sebuah jawaban dari artis yang sedang diwawancarai oleh awak media mengenai pernikahannya. Kenyamanan. Sebuah kata menarik untuk dikupas jika menyangkut pernikahan. Sebuah pernikahan tentu membutuhkan komitmen dari kedua belah pihak. Jangankan ikatan dalam pernikahan, sebelum menikahi anak orang saja anda juga butuh komitmen untuk meyakinkan wanita yang ingin anda ajak menikah, ataupun keluarga dari wanita tersebut. Lalu, cukupkah semua dibangun dengan komitmen? Saya memang belum berada dalam fase tersebut, hampir. Namun, kita bisa kupas bersama-sama dari berbagai sudut pandang.

Pernikahan memang tidak pernah sesederhana yang kita ucapkan. Banyak hal detail yang terkait satu sama lain yang penting untuk kita kompromikan bersama kedua belah pihak sebelumnya. Ada ungkapan mengatakan "Hati orang yang dewasa tidak hanya membutuhkan perasaan, tetapi juga kesiapan".  Tentu saja kesiapan juga sangat dibutuhkan bagi seseorang dalam menentukan keputusan 'bersedia atau tidak' untuk menikah dengan pasangannya. Bukan masalah 'kapan', sebab pertanyaan 'kapan' itu sudah berhubungan dengan waktu yang berada jauh di luar kuasa manusia. Ini tentang 'bersedia atau tidak'. Kesiapan juga bisa diartikan mental, fisik maupun materi.

Jika rupa yang menjadi tolak ukur seseorang dalam mencari pasangan hidup, bukankah pada akhirnya rupa yang tampan dan cantik bisa keriput hanya dalam beberapa tahun? Kecuali, jika anda memang sanggup membiayai apabila pasangan menginginkan operasi plastik, tanam benang, atau bahkan suntik botox yang banyak dilakukan orang. Lalu, faktor materi kah yang menjadi tolak ukur juga? Well, kita semua tentu sudah dengar bahwa materi tanpa bisa dinikmati hanyalah sekadar penghias dunia. Memang materi penting, ada juga mereka yang memilih menikah karena dilandaskan kepada kepentingan materi. Ada. Namun, untuk menjadi pasangan hidup, itu tidak sama.

Betapa mahal harga yang harus dibayar untuk menghabiskan sisa hidup bersama seseorang dalam tekanan, kepura-puraan, ataupun kegamangan. Kembali lagi pada jawaban aktris tadi. Ya, saya rasa memang benar. Orang yang memilih pacaran sebelum menikah, mungkin sudah merasakan gagal-coba lagi-gagal lagi-coba lagi hingga pada akhirnya dia akan menemukan titik di mana seseorang merasa jenuh dengan kegagalan terus lalu memilih untuk segera mengakhiri ketidakjelasan hubungannya dalam suatu hal yang lebih sakral, pernikahan. Pada akhirnya, jawaban 'kenyamanan' ini memang yang dicari oleh orang-orang yang memang menginginkan untuk mencari pasangan hidup. Sekali lagi, pasangan hidup. Jelas akan sangat berbeda jika niatannya hanya berorientasi pada kata 'pacar' ataupun sekadar 'status'. Beda pula kondisinya jika yang dicari adalah pasangan yang sekedar untuk 'one-night-stand-love', kata 'love' di sini mungkin sedikit agak 'berlebihan', tapi sungguh anda mungkin tidak perlu berkompromi sedemikian rumit hingga mendapat titik temu sebuah kata 'nyaman' tadi. Nyaman pada diri sendiri, juga nyaman pada pasangan.

Pada akhirnya orang akan memilih pasangan yang betul-betul bisa bersatu sebagai satu tim kuat dalam mengarungi kehidupan rumah tangga ke depan dan yang terpenting adalah untuk 'survive'. Bukan hanya bertahan hidup masalah materi, tetapi juga bertahan hidup dalam banyak hal yang melekat pada kehidupan dua pribadi yang bersatu ini. Kata 'kompromi' akan menjadi lebih sering dibutuhkan di sini ketimbang sekedar komitmen. Namun, akan lebih indah jika, untuk bisa 'survive' tadi, kata kompromi dan komitmen bisa diselaraskan. Kita berkomitmen untuk menjalani sisa hidup dengan pasangan, yang berarti bahwa apapun risiko yang terjadi nantinya, itulah yang harus siap untuk dikelola bersama. Mengenai hal-hal yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan dari diri pasangan, perbedaan pendapat, perbedaan pola pikir, perbedaan penerimaan, akan selalu mewarnai perjalanan tim ini untuk 'survive' atau tidak. Di situlah kata 'kompromi' akan berperan besar untuk menengahi perbedaan di antara keduanya. Should you be like: she/he has to accept me for WHO I AM now? It will only happen if you think that people will not change or evolve. And how's about THE FACT? Just think  it.... You know, feelings are temporary, love is about temporal noun. What we create, the life we share, the children we bare are permanent. BUT NO.

Jadi, kenyamanan yang saya maksud di sini hanya bisa ditempuh dengan kata kompromi dan komitmen. Saya rasa, tanpa keduanya, cinta saja akan menjadi feels no taste. Kejutan-kejutan baru dalam pernikahan juga bisa menjadi magnet perekat hubungan yang ups and downs. Nobody know what will happen later. Being messy, not dressing up to please your partner anymore, gaining weight, swearing, developing annoying habits/manners, not going out on dates anymore, stop being romantic, and so forth,....do you think thats when the relationship starts losing its spark? I do think that way.

I know one couple, even they been after 40 years of marriage, they still act like if they were dating, and they are very much in love. They talk to each other very politely, respect each other's space all the time. Well, sangat-sangat langka pasangan seperti ini. Sang istri tetap selalu menarik di mata suami, begitu pula istri selalu menjadikan suaminya panutan dan tetap mendampingi suami dalam penyakit tuanya sekalipun. Mereka itulah pemenang yang tetap mampu menyalakan obor 'cinta' dalam proses bertahan hidup sebagai sebuah tim. And I really really know, to be a 'superb team' through life is not easy. But they do.






Regards,


Bening Rahardjo


Tuesday, October 14, 2014

Career and Commitment Relationship



I was not sure how to take this. Why is marriage--or, more generally, any long-term committed--would be too distracting when we're working our way up the career ladder. Why is marriage nowadays become something you put off until you've accomplished certain things, rather than having someone to accomplish them with. Ideally, the joy of long-term commitment is having someone beside you, with you, to share the joys and the burdens of life. But then, people would prefer to place it in the last position among other options from their life goals list, such as education and career. When a commitment to your partner do matters to other options of your life goals, then it's not a good relationship. Some of the circle of power thought it was an impossible dream of a foolishly idealistic poser. Many people became afraid to be confronted with 'commitment', whatever its formed. They enjoyed what they achieved, without feeling 'distracted' by something that based on responsibility. Yes, we now have a culture in which people are frightened of what the future might hold and are terrified of taking risks--such like 'commitment'. We rose the career ladder, traveled the world and had a 'freedom'. Yes, we were--and still are. Most of us, still feel 'safe' when there lot of people around us were holding on a similar thought. However, it would feel like a 'scary thing' when we are in touch with reality, where one by one people around has been found their own commitments on 'marriage'. There is something forgotten by these people in this case. We are likely to need yet another revolution and a powerful vision that makes our life better and keeps the people in charge of their wisdom. Yes, life need wisdom and ingenuity within. If we have learned anything, we have learned that marriage is the vocation to which you committed yourself.




Regards,


Bening Rahardjo