Sunday, December 11, 2011

Megamendung

subhanalloh....allohuakbar....

sore-sore, waktu kenarsisan gw muncul setelah lelah kerja, gw poto-poto sendirian dari model alay sampai model gulung-kayang.....
udah puas poto-poto modal kamera hape,
gw sempet mengarahkan kamera ke langit.....langit waktu sore itu ceraaaah banget! biru! subhanalloh....
mana gw liat mega-nya cantikcantik banget.....
langsung deh gw arahin ke mega yang ada....

dan....pertama, gw belum ngeh'..... *loh? ko ada bentuk aneh yak....
sekali lagi gw poto....*cekrik....

hoh? subhanalloooooh.....gw merinding....


mega tadi berlafalkan kaligrafi ALLOH.....!!!

believe it or not, yaaa...tergantung kita juga sih, bisa saja itu tipuan kamera, bisa juga konstruksi ato apa terserah menurut anda-anda semua,
tapi saya percaya, bahwa Alloh, sekali lagi, menunjukkan kuasa dan tanda-tanda keAgunganNYA....


*cekrik-an pertama, gw masi ndomblong....

*cekrik-an kedua, gw dah mule ngeh....

ini paling jelas, ketika gw zoom....SUBHANALLOOOOH..... :O

uda mule ilang mega-nya...

uda mule kaga jelas.....

.(foto ini diambil tanggal 11.12.2011 at depan samping Ndalem Martanan :5.22 pm)

Saturday, August 13, 2011

Canda Sebelum Ajal Menjemput...

"Ucapan adalah Doa"

Pernah denger ini guys? Mungkin udah banyak orang yang ngucapin kalimat sederhana itu. Yup, sederhana dan simpel. Buat kalian yang nggak percaya dan merasa nggak logis bahwa ucapan yang kalian keluarkan dari bibir itu bisa jadi doa, maybe...true story ini bisa jadi gambaran betapa ucapan adalah sebuah granat buat kita sendiri. Salah lempar, bisa jadi malah balik mengenai kita...

So, jaga ucapan, please.. :)


Gw baru saja baca di Twitter yang lagi heboh, (awal-awalnya gw baca tweet salah satu orang yang ada di TL gw sih, biasa aja...I mean, hal yang lumrah, biasa, wajar, jika setiap manusia yang berjiwa pasti akan kembali menghadap pada RABBnya...hanya pada masalah waktu yang kita sedang mengantri dan tidak tahu kapan pastinya)...

But, trust me... kalo lo dah baca sampe akhir postingan ini, baru lo bakal ngerti apa yang gw maksud...
Tweet itu dari salah satu rekan yang bilang tentang sebuah kecelakaan ketika SOTR (Sahur On The Road) SMA 28 Jakarta, yang merenggut nyawa dua siswa mereka yakni disitu disebutkan pemilik nama dan

Awalnya gw nggak respect, karena gw juga punya 2 temen yang habis ngalamin kejadian serupa, kecelakaan dan dua-duanya meninggal juga sebelum bulan puasa ini. Then yang bikin gw penasaran sebenarnya adalah wajah dari kedua anak tadi. So, gw check dan buka tuh profile mereka satu-satu. Biasa lah...gw sempet ngebaca twit mereka sebelum-sebelumnya. And....OH MY LORD!

Lemme tell you this, guys....saat gw baca TL yang terjadi adalah gw merinding! Serius, merinding... daann...miris ngebacanya....T,T
Jadi Aisah ini sempet ngetwit sesaat sebelum kejadian kecelakaan (yang akhirnya membawa nyawanya juga), hanya beberapa menit, dan saat itu mungkin gambaran ketika dia di dalam mobil bersama dengan keempat temannya (salah satunya adalah cowok yang dia panggil Bowcik, yang menyetir mobil),

dia bilang ke salah satu temennya : lo dimana ken? Gue lagi dibawa au nih kemana-_- wakakakka

Sebelumnya dia juga sempat ngetwit: Cuussssss balapan lagi guyssssssss. Banyak setan nih-_-

And yang dibawahnya lagi (semuanya hanya berselang beberapa menit): Dibawa balapan sama bowo guyssss.. Gue vera acid ratna langsung meleekkkkkkkk :O

So, bisa dicheck dari TL dia, bahwa temen cowok bernama Bowo ini yang ngebawa mobil dan ngebut. Setelah gw buka TL gw sendiri, bahkan sampai ada artis yang ngasi ucapan bela sungkawa gitu dan bilang bahwa mobil itu melaju dengan kecepatan 200 km/jam dan berhasil....menabrak pembatas jalan di depan Sarinah. Tragic.

Twit ketiga Aisah itu juga sempat di RT oleh
dan akhirnya bernasib sama....I say it once again....tragic! 
sebelumnya, acid ini sempat ngetwit juga yang bingung dengan nasib dia... : Bingung gimana nasib gue besok☹ bakalan capek bangettt haaaah :''(

Habis ngebaca itu gw merinding juga....guys, anak-anak itu bahkan nggak tahu bahwa becandaan mereka itu akan menjadi granat yang mengambil nyawa mereka.
Ngebut di jalan, siswa SMA pula...well, jujur...entah gw jadi netting sendiri, kenapa mesti ngebut-ngebutan sih? buat dibilang jago? (karena ndak cuman sekali sih si cowok ini ngebut, terlihat dari twit Aisah dibawah-bawahnya ada kok....yang jelas suka balapan (entah balapan sama siapa...she says banyak setan...yaa diajak balapan sama setan beneran tuh....)

And, satu lagi twit Aisah ini yang bikin gw dan siapapun yang baca ngelus dada: bisa jadi TT ini mah-_-wakaka lawak
Yes...and see....dia bener-bener jadi TT bagi dunia pertwitteran Indonesia....but, kalau teman-temannya semobil yang ikut dalam 'petualangan pembalap' itu ngebaca, believe me...pasti nyesek dan nyesal banget....

Akhirnya Aisah tau, dibawa kemana dia pergi...begitu juga Acid...yang sempat galau dengan nasibnya besok...


Semoga kisah ababil-ababil ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua....



Deep condolences to and student SMAN 28 jkt who passed away this morning may this be value lesson for us..
I don't know who you are, but I'm prayer for you guys :) may God bless you.




Friday, August 12, 2011

Piwucal Luhur

Wonten ing ngandap punika seratan sae ingkang ngemu piwucal luhur kangge sangu urip laladan wonten ing donya, serat punika kapethik saking Tembang Kinanthi, sareng kula bikak-bikak seratan Eyang Swargi ingkang sakdangu punika kasimpen rapet wonten lemari, kula malah kejot amargi mboten nyana, taksih wonten seratan sae kados Wedha Tama punika ingkang saged kangge piweling lan angger-angger kita sami:

“Ajwa sembrana ing kalbu
Wawasen wuwus sireki
Ing kono jekti karasa
Dudu utjape pribadi
Marma den sambadeng sedya
Wewesen praptaning uwis.”

Kapethik saking piwucal sae Serat Weda Tama (anggitanipun Swargi Sampeyan Dalem Kanjeng Gusti P.A.A. Mangkunagoro IV ingkang angadaton ing Nagari Surakarta  Hadiningrat-1959)


Kula lajeng kemutan, ugi tansah kula ugemi piweling luhur saking Sibu ingkang asring dipun tularaken dateng para putra putrinipun sambung rapetipun kaliyan rasa bungah injih punika:
“Ojo kesengsem ing bungah-bungah
   Awit adate nyuda kaprayitnan
   Wekasan nyuda ajining diri”

Mugi atur cekak punika sageta kangge piweling luhur utaminipun kangge kula piyambak, lan kangge para maos sedaya. Nuwun.


 

Thursday, August 11, 2011

Process, Life and Living...

" Process is the process, result is the other thing caused by the process. Eventhough, I like to remember the process I've done before separately, even it's bad process ..."

I get that phrase from a friend. Then the phrase led me to think about life and living....

If people are same when they die ... because they're same when they were on earth ...
wouldn't they still be mentally ill after they die? (I know the skeptics will say they don't have a brains) ... but maybe they don't need a brains after they die. Maybe your brain is only used to hold your spirit thoughts. Maybe your body is like a toy robot and your spirit is like the battery ...




Thursday, June 23, 2011

“Separoh Abad Lebih Ndalem Martanan dan Gulawentahan yang Membentuk Pribadi dan Prinsipku, Seorang Bening Rahardjo” PART 6

Berkeras dalam prinsip, itulah aku. Kerasnya watak dan pendirianku atas apa yang kuyakini benar, itu menurun dari Eyang Kakung sendiri sebenarnya. Beliau juga orang yang keras atas prinsipnya. Namun, yang membedakan adalah, Eyangku tidak pernah menaruh dendam dalam hatinya pada orang-orang yang telah sedemikian di luar batasnya menyakiti beliau. Sedangkan aku, aku menjadi orang yang berkeras hati, apabila yang dilakukan padaku telah lebih dari batas wajar. Aku memang berpegang pada prinsip lakon dalam wayang, siapa menabur bakal menuai, cepat atau lambat, setiap apa yang kita lakukan, akan ada balasannya. Tetapi memang untuk hal yang satu itu, entah mengapa rasanya sulit bagiku untuk bisa menerima dan memaklumi tindakan orang-orang yang telah menyebabkan ketraumaan seumur hidup dalam diriku, bahkan tega membuat malam-malamku menjadi tidak indah dengan bunga tidur. Semakin aku mencoba untuk melupakan, semakin rasa sakit itu terkubur dalam hatiku. Jadi, caraku untuk tetap ‘berpegang’ pada lakon wayang yang sabar adalah: Move on! Ya, pergi sejauh-jauhnya dari mereka yang telah membuatku luka. Menciptakan kehidupan baru yang bahagia, tentunya tanpa mereka.

Bagi sebagian orang, mungkin itu dianggap sebagai ketidakmampuanku dalam menerima kenyataan pahit. Justru karena aku menerima dan meyakini bahwa Tuhan punya balasan yang sangat adil untuk semua perbuatan, itu yang membuatku menjadi sosok yang arogan, hidup untuk kebahagiaan yang aku ciptakan sendiri tanpa orang-orang yang berlaku picik, berlaku tidak benar. Sedikit ada benarnya, namun ternyata ada juga salahnya dalam aku mempersepsikan kebahagiaan. Setelah aku tahu, bahwa kebahagiaan itu dapat kita rasakan bukanlah dengan sengaja diciptakan, tapi berjalan dengan sendirinya. Itulah yang aku sadari, mengapa aku tidak pernah bisa menemukannya sekeras usahaku untuk mencari dan menciptakannya. Suatu hal bodoh yang menurutku tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Aku tahu, ada beberapa sahabat yang bahkan mengatakan padaku, ia tidak habis pikir mengapa aku sebegitu kerasnya mencari apa itu kebahagiaan. Dia katakan padaku, hidupnya selalu dipenuhi dengan kebahagiaan. Kebahagiaan itu, ia katakan, adalah saat dimana ketika ia jauh dan merasa rindu, mamanya meneleponnya dengan suara yang lembut. Kebahagiaan itu adalah dimana saat ia makan es krim. Kebahagiaan itu adalah saat dimana ia  mendapat sms dari kekasihnya, kebahagiaan itu adalah saat dimana dia tahu bahwa tulisannya dimuat dalam sebuah majalah. Kebahagiaan itu adalah saat dimana dia bersepeda mengelilingi kompleks. Mungkin, temanku ini menganggap aku gila. Orang gila yang tengah mencari hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dicari dan dapat dengan mudah dirasakan dalam hal-hal yang sepele. Yah, mungkin dia benar. Tapi, menurutku dia pun tidak sepenuhnya benar, ketika dia mengatakan “hidupku selalu penuh dengan kebahagiaan”. Aku katakan itu membosankan! Bahagia yang sebenarnya adalah ketika kita merasakan bahagia setelah melewati ketidakbahagiaan. Hidup akan menjadi lebih berwarna.

Tapi seperti apapun, itulah aku, Bening Rahardjo. Wanita yang telah menemukan independensi dalam perjalanan hidupku….



-Best Regards-

Wednesday, June 22, 2011

“Separoh Abad Lebih Ndalem Martanan dan Gulawentahan yang Membentuk Pribadi dan Prinsipku, Seorang Bening Rahardjo” PART 5

Belajar dari semua kepahitan, aku menjadi lebih mengerti kini, begitu kita bertindak, jangan sesali apa yang telah dilakukan. Apa yang sudah lewat biarkan berlalu. Semua orang punya masa lalu, entah pahit, entah buruk, entah baik, entah manis. Masalah seburuk apapun masa lalu kita, itu urusan kita dengan Tuhan. Tuhan yang mendengar dan menerima urusan dosa dan pahala kita. Kalau terus dipikirkan apa yang mesti dilakukan, kita tidak akan pernah maju, dan bisa-bisa pikiran kita terfokus pada satu itu, lalu yang terjadi adalah kita tidak dapat melaksanakan tugas yang sekarang dengan baik. Jadi, aku berkata pada diriku sendiri, “Apa yang sedang kau lakukan saat ini, lakukan sebaik-baiknya. Semua itu akan meningkatkan fleksibilitasmu, Ning!”. Tidak mungkin, dalam setiap langkah selalu mulus. Sudah aku katakan, aku hanya hidup sederhana dan biasa. Sering terjadi kekurangan. Dalam kondisi seperti itulah, aku membutuhkan waktu untuk berfikir, bahkan berfikir dua kali, berfikir sebelum bertindak, berfikir untuk menata ulang, merencanakan option-option tertentu, yang semua ada konsekuensinya tentu. Ini seperti taruhan dalam perang, kalau salah strategi, kita akan hancur dalam kurun waktu beberapa detik; tapi kalau strategi kita bagus, kita akan selamat. Jadi kupertaruhkan harapan dan hidupku dalam rencana itu. Ibu secara tidak langsung telah mengajariku untuk tidak takut mengambil keputusan yang berat, meskipun harus dibayar mahal secara emosional dan menurunkan sedikit harga diri dalam jangka pendek. Terkadang, benar kalau situasi dan kondisi memang menuntut untuk berani menurunkan sedikit harga diri dan ego. Bukan kita tidak lagi berharga, justru itu akan memberikan penghargaan pada diri kita sendiri. Kita tangguh. Kita harus berani menghadapi resiko dan akibatnya, meski tak selalu menyenangkan. Keberanian itu adalah pilihan di antara dua kemungkinan; suatu tekad untuk tidak mundur dan stuck di titik itu saja. Aku sadar, kalau aku terlalu memperhatikan kemungkinan buruk, atau sibuk dengan hitungan rasional, aku tidak akan pernah berani mengambil keputusan. Kalau tidak ada pilihan-pilihan baik, aku hanya berpegang pada “lakukan saja apa yang harus dilakukan, Ning!”. Titik.

                Aku pernah mengalami kondisi depresi, yang aku sendiri sudah putus asa dan tidak tahu apa yang mesti kuperbuat. Badanku tidak karuan rasanya, sejenak aku berubah menjadi sedikit “aneh”, aku bahkan tidak tahu berapa lama aku tertidur, karena setiap malam aku tidak bisa memejamkan mata hingga pagi subuh hari. Siang pun, hanya sebentar memejam lantas terjaga lagi. Hingga aku menawarkan diri menjadi “dokter” bagi adik-adik kecilku di SLB dan Panti-Panti Asuhan. Aku merasa perlu bertemu mereka, untuk membantu mereka, bercanda sedikit dan membagi rizqi dengan mereka. Namun, kenyataannya, sesampai di sana, akulah yang menjadi “pasien” mereka. Aku seperti pasien yang diberi suntikan insulin untuk menanggulangi “gangguan mental yang tidak dapat disembuhkan”. Suntikan itu adalah semangat, senyum, tawa dan keceriaan mereka. Itulah “obat” yang menyembuhkanku.

Eyangku selalu mengajariku untuk mencatat apa-apa saja yang penting dan berkesan dalam perjalanan hidup. Tentang kejadian-kejadian, bahkan tentang prinsip hidup. “Semua yang kau rasa penting, catatlah. Karena ingatanmu tidak akan sama selamanya. Kalau sudah menuliskan semuanya, pikiran akan lebih tertata.” Itu kata beliau. Jadi, aku dari kecil senang mencatat apapun, yang aku rasa menarik dan bisa menjadi cerita untuk hari tua nanti. Seperti saat aku membuat catatan ini untuk diriku sendiri maupun untuk orang lain agar tahu mengenai diriku.

“Separoh Abad Lebih Ndalem Martanan dan Gulawentahan yang Membentuk Pribadi dan Prinsipku, Seorang Bening Rahardjo” PART 4

Sejak kecil, aku menyadari kulitku gelap seperti masyarakat Jawa pada umumnya. Bahkan teman-teman kakakku semua mengatakan kalimat yang sangat menusuk kadang, “Apa kau sungguh adik kandungnya? Mengapa warna kulit kalian berbeda? Kakakmu terlihat cerah sekali.” Menyakitkan bukan? Itu pernah betulan aku alami saat menjalani Masa Orientasi Siswa ketika masuk ke SMA Negeri di daerah asalku dulu. Kebetulan, yang memimpin banjarku adalah anak OSIS, teman kakak (karena aku dan kakak selalu bersekolah di sekolah yang sama, kecuali saat kuliah, jarak kami hanya satu tahun di tiap tingkatan, dia selalu di atasku), jadi kabar bahwa kakakku mempunyai adik yang jadi siswa baru sudah menyebar ke anak OSIS. Aku merasa kesal kalau sudah begitu. Namun, perlahan aku akan tunjukkan bahwa dengan hati yang bersih, semua itu bisa mengalahkan kecantikan fisik. 

Kata saudara-saudaraku dari bapak, Eyang Kakung dari bapak kandungku adalah seorang blasteran, aku tidak tahu persis bagaimana silsilahnya dan dari mana asal-muasalnya. Namun, yang dapat dilihat pasti secara fisik adalah keturunan dari gen mereka sangat kuat: badan mereka yang tegap besar, tingginya yang di atas tinggi orang Indo pada umumnya, kulitnya bersih-bersih putih-kemerahan, gigi putih tertata rapih dan berhidung mancung. Rambut mereka berombak-sedikit banyak condong ke arah keriting kecil. Bapak dan kakak kandungku masih mewarisi ukuran badan besar, tegap, tinggi, dan rambut keriting. Karena itulah kulit kakakku juga bersih, cerah, berbeda denganku yang kecoklatan, postur tubuh tidak terlalu tinggi, bertulang tubuh kecil-kurus, rambutku juga lurus sewaktu kecil hingga remaja (sekarang terlihat sedikit mengombak seperti saudara-saudaraku keturunan dari gen ibu). Saat remaja, kami terlihat kontras. Kakak dengan badannya yang tinggi sekali, kulit cerah dan rambut keriting. Sedangkan aku pendek, berkulit gelap dan berambut lurus. 

Mungkin, karena itulah aku sebagai wanita menjadi begitu mengagumi sosok wayang Sembodro, atau yang memiliki nama kecil Roro Ireng. Sifat anggun, anteng, berbudi halus dan cerdas yang aku kagumi. Sembodro kecil memang kulitnya hitam legam, karena itu dia dipanggil Roro Ireng. Namun, setelah menjadi isteri Arjuna, dia berubah menjadi wanita cantik yang banyak disukai Ratu di berbagai kerajaan, tetapi Sembodro adalah sosok wanita yang sangat menjunjung kesetiaan dan kecintaan pada suaminya. Eyangku gemar mirsani ringgit (wayang), walaupun sudah jarang digelar pertunjukan langsung, Eyang tetap bisa menikmati di layar kaca televisi dulu, yang setiap malam minggu sering ada siaran wayang langsung. Biasanya dalangnya Ki Mantep Soedarsono yang begitu digemari Eyang. Selain beliau berasal dari daerah yang sama dengan kami, dalang yang satu itu juga sangat begitu memahami dan memegang pakem Jawa. Ya, pakem. Semua apa yang dilakukan orang Jawa ada pakemnya, begitu kata Eyang Puteri. Pakem itu aturan atau adat yang diugemi (dipegang dengan sungguh), seperti prinsip hidup. Lakon wayang selalu menggambarkan waktu yang berputar mengikuti siklus. Maksudnya bukan mengajari kita untuk berpasrah pada kekuatan yang tidak terelakkan. Ajarannya justru bahwa hal-hal yang tidak berubah dalam hidup dapat menjadi sumber kekuatan dan pegangan bagi kita untuk menghadapi tantangan, dan untuk mengubah keadaan.

Cerita-cerita wayang tidak berubah selama berabad-abad, tetapi tetap kaya dan luwes. Di dalamnya selalu banyak misteri dan hal baru. Lagipula, dalang selalu menyisipkan masalah-masalah yang menyangkut desa, politik, kondisi ekonomi, sejarah, dan cerita-cerita baru. Tapi satu yang tidak pernah berubah. Setiap wayang menunjukkan perbedaan tajam antara yang baik dengan yang jahat, dua sisi jiwa dan tindakan manusia. Bahwa kebaikan selalu menang. Mungkin, karena salah satu ajaran inilah, Eyang gemar menceritakan tokoh perwayangan dan lakon wayang setiap setelah makan malam. Kebaikan menang atas kejahatan. Itu yang kemudian kupegang menjadi prinsipku. Aku bisa menunggu bertahun-tahun karena aku berpegang pada apa yang kuanggap benar dan aku yakin bahwa semua akan menjadi beres suatu saat nanti. Sikapku ini sering kali mengherankan teman-temanku. Apalagi setelah menginjak bangku pendidikan tinggi, aku memiliki teman yang beragam latar budaya dan daerah asalnya. Teman-teman dekatku sendiri, ada yang dari Palembang, Jakarta, Banyuwangi, Padang, Batak, Sunda, Kebumen, Blitar, semua berasal dari watak yang keras dan kuat tegas semua. Walaupun aku sudah cukup lama bersahabat dekat dengan mereka, aku tetap memiliki mentalitas Jawa yang terpendam begitu mengakar. Sikapku ini yang sering mengherankan teman-temanku yang kebanyakan dari luar Jawa. Aku dibilang terlalu lemot dan sabar. Bagiku, inilah sikap orang Jawa yang ditampilkan dalam wayang, suatu kepercayaan tentang kesabaran. Aku begitu sabar dengan orang yang telah menghianatiku, menipuku bahkan memfitnahku. Aku menunggu saja dengan tenang, hingga akhirnya orang-orang itu akan berjatuhan sendiri. Itu pula yang diajarkan Eyang Kakungku semasa hidup beliau mendidik aku.

Meskipun lembut, Eyang selalu menerapkan disiplin yang ketat di Ndalem Martanan itu. Tidak boleh bersuara gaduh saat makan. Makan di meja makan. Tidak usah mengeluh apa yang dimakan saat itu, disyukuri saja, semuanya akan menjadi nikmat saat makan. Eyang juga akan mengikatku di cagak (soko rumah) dengan jarik (kain jarit) lalu mencambuki tubuhku dengan cambuk rotan. Itu jika aku melakukan kesalahan yang sangat tidak bisa ditolerir atau aku berbohong. Beliau menekankan pentingnya kejujuran. Kalau kami mengulangi kesalahan yang sama, hukumannya akan lebih berat. Walaupun di rumah kami banyak yang ndherek (istilah untuk rewang yang mengabdi), beliau berdua tidak pernah memanjakan kami untuk hanya duduk di depan saja, ongkang-ongkang istilahnya. Beliau mengajariku hal penting: “Jangan menunda pekerjaan. Kalau bisa dilakukan sekarang, lakukan segera!”

Aku tidak pernah merasa hidup miskin, meskipun aku kira memang begitu. Kami tinggal di Ndalem Martanan yang sederhana. Sebuah rumah joglo tua yang sangat luas. Bangunan itu masih terhitung baru, bangunan utamanya dibangun sebelum kemerdekaan RI, tahun 1940. Namun, pendhapinya baru dibangun tahun 1961. Terdiri dari 4 bangunan: Pendhapi (pendopo); Omah Ndalem (bangunan dalam utama); Gandhok Samping (bangunan samping sebelah bangunan utama); dan Gandhok Wingking (bangunan dapur belakang dan rumah di pekarangan belakang). Rumah luas itu pernah menjadi saksi kelahiran setiap putera-puteri Eyang yang berjumlah 9 orang. Rumah itu menjadi saksi betapa kuatnya Eyang dalam bekerja keras demi anak cucunya. Setelah semua merantau, hanya tinggal Eyang Kakung-Puteri, Ibu, Kakak, dan aku di sana. Hidup kami sederhana. Tapi begitu bahagia. Kami merasa lengkap dengan adanya mereka dalam hidup kami. Eyang Kakung pernah berkata padaku: “Hidup prihatin memang sakit, namun akan banyak hal indah di dalamnya yang bisa menjadi pelajaran dan penguat untuk pribadimu ke depan nanti. Kau harus tersenyum dan kendalikan raut mukamu di depan orang. Jika keadaanmu telah berubah, bersikaplah luwes dan tetap pada prinsipmu. Jangan ada rasa iri, dengki, dendam, merendahlah, merunduklah. Yang berbudi lebih baik akhirnya.” Aku begitu terkesan dengan kalimat itu.

Tuesday, June 21, 2011

“Separoh Abad Lebih Ndalem Martanan dan Gulawentahan yang Membentuk Pribadi dan Prinsipku, Seorang Bening Rahardjo” PART 3

Aku lahir dan menjadi bagian dari kebudayaan Jawa yang sudah berkembang beribu tahun lamanya, dan bertahan di tengah perubahan jaman. Kata Eyang Kakungku, orang  Jawa biasanya anteng, tenang. Mereka menghormati orangtua, serta menghargai hierarki dan atasan. Pada umumnya orang Jawa tidak suka menunjukkan emosi. Bahkan ketika marah, mereka tetap sopan. Orang luar Jawa sering salah kira dan menganggap sopan santun Jawa sebagai tanda kerendahan hati. Sopan santun ini sering membawa masalah, karena orang lain tidak bisa menduga apa yang aku pikirkan. Karenanya, aku juga harus punya prinsip tegas, “Kadang dalam situasi tertentu, kita harus punya garis batas ketegasan sikap kita atas: ya, tidak, hijau, merah, baik, buruk. Itu semua agar kita tetap berpegang pada prinsip. Dan orang tidak menjadi salah sangka karena kelemahan kita atas ketegasan.”

Aku begitu sangat amat akrab dengan budaya Jawa. Karena semenjak kecil, dari aku lahir, aku ikut tinggal dan dibesarkan oleh Eyangku. Bukan karena Ibuku tidak sayang padaku, tapi karena rasa sayangnya itulah, beliau ‘menitipkan’ aku pada orangtuanya. Istilah menitipkan dan dibesarkan itu, disebut ‘ngengger’ dalam bahasa Jawa. Ibuku tidak lantas melepaskan begitu saja, beliau juga ikut tinggal di Ndalem Martanan itu bersama kami. Hanya saja aktivitas serta pekerjaannya yang terkadang ‘membatasi’ kedekatan kami, kedekatan yang seharusnya terjalin alamiah antara Ibu dan anak. Kedua Eyangku, beliau orang yang sangat memegang adat Jawa. Orang yang sangat berbudi halus dan sopan dalam Jawanya. Ajaran dan gulawentahan yang sangat menjunjung tinggi adat serta kesopanan Jawa. Banyak hal dan pelajaran yang kuperoleh dari masa kecilku di Ndalem Martanan. Kalau bertamu di lingkungan orang Jawa, duduklah dengan merapatkan kaki. Orang Jawa tidak pernah menyilangkan kaki ketika bertamu atau menerima tamu, karena dianggap tidak sopan. Mereka juga tidak pernah menaruh kaki di atas meja, jika Anda melakukan itu, bisa dianggap kurangajar. Budaya orang Jawa juga percaya pada ‘ngelmu’, atau kekuatan ilmu gaib. Di masa kecilku, Eyangku—maupun melalui rewang-rewangnya—selalu memberiku jamu-jamuan tradisional untuk menyembuhkan demam atau luka. Jamu itu dibuat dari tumbuh-tumbuhan empon-emponan, akar-akaran dan daun-daun pepohonan lain. Sambil meminumkan jamu, Eyang Puteri membisikkan doa, lalu meniupi bagian badanku yang demam. Untuk obat infeksi, Eyang Kakung biasanya memberi getah daun pohon dapet ke bagian yang luka. Sedangkan Eyang Puteri, ia mengunyah daun-daunan dan akar-akaran lalu meludahkannya di atas lukaku. Aku tidak merasa jijik. Tak lama, luka itu cepat mengering, darahnya juga dibersihkan. Saat kecil, aku pernah disengat lebah di bagan kelopak mata, rasanya sakit bukan main, sampai badanku demam. Eyang Kakung segera  mencari daun-daunan, mengunyahnya, mencampurnya dengan tembakau lalu diludahkan di bekas sengatan itu. Beliau menggosoknya dengan kuat hingga rasa sakit sedikit hilang. Sekali lagi, aku tidak merasa jijik, sekalipun bercampur dengan ludah.

Tentunya Eyangku mendapat ilmu itu dari warisan moyang kami dahulu. Kadang-kadang beliau membuat ‘eksperimen’ dengan berbagai tanaman obat di pekarangan belakang rumah kami. Aku percaya saja, bahwa keakraban dengan alam merupakan kunci dasar penyembuhan. Belum ada rasio semasa aku remaja.

Aku begitu ingat, pasti, setelah sholat maghrib, Eyang Kakung mengajakku duduk di teras, melihat bintang di langit. Kondisi dulu masih bisa melihat langit dengan lapang, tidak seperti sekarang, sudah banyak tertutup bangunan. Beliau lalu menjelaskan padaku, hitungan bintang menurut orang Jawa. Mereka menyebutnya mongso. Ini mongso tandur (bertanam), mongso ngrabuk (merabuk), atau mongso panen, mongso ketigo (kemarau) atau mongso rendeng (penghujan). Rasi bintang, tanda-tanda bintang di langit malam, itu yang mereka pelajari. Aku selalu kagum dengan ilmu orang Jawa yang begitu hebat, semua didasarkan pada alam. Mereka mempelajari kebiasaan alam dan tanda-tanda alam dengan begitu hebat. Padahal di sekolah saja, aku lupa-lupa ingat mengenai pelajaran seperti itu.

Monday, June 20, 2011

“Separoh Abad Lebih Ndalem Martanan dan Gulawentahan yang Membentuk Pribadi dan Prinsipku, Seorang Bening Rahardjo” PART 2

Lama kelamaan aku makin pintar melupakan sesuatu. Tapi aku tidak pernah bisa mengatasi rasa rinduku pada desa kecil itu. Seperti ada sesuatu yang hilang di sana, entah apa itu, aku sendiri tidak tahu. Yang pasti, sesuatu menungguku di sana. ini bukan bicara mengenai Ndalem Martanan. Karena aku yakin, tanpa kutuliskan di sini pun, semua yang ada di Ndalem itu akan selalu kurindukan dan menunggu kedatanganku setiap saat dengan tangan terbuka. Kalau dipikir-pikir, agak konyol juga, bagaimana mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang bahkan tidak dapat kutentukan apa itu?

Semakin beranjak usiaku, semakin menapaki masa dewasa sebagai seorang wanita yang cukup independen, aku merasa banyak perkara-perkara lama yang belum selesai, kemudian muncul lagi menghadang, yaitu perkara yang mestinya masih dapat kita lakukan atau yang harus kita lakukan, padahal sebenarnya sudah tidak mungkin kita lakukan. Mula-mula, aku merasa biasa saja, kemudian terjadi pergolakan dalam diri. Awalnya masih aman-aman saja, putaran kilasan adegan masa lalu, muncul dengan tenang. Tapi lama kelamaan kilasan adegan itu tidak mau pergi, malah seperti mengatakan sesuatu padaku: “Siapa bilang kamu tidak bisa? Semua ada pilihan. Jalan masih terbuka lebar. Tinggal memutuskan yang mana, dan bertindak.”

Pada mulanya hanya dengungan biasa, tapi pesan yang sama dengan frekuensi dengungan yang terus-menerus, lama-lama membuat aku mulai mendengarkan juga, dan akhirnya aku mampu berfikir. “Oke. Jangan-jangan suara itu benar. Pilihan memang selalu ada. Jalanku masih terbuka.” Dan saat itulah, pikiran serasa kembali muda dan fresh.

Akhirnya aku memutuskan:  Aku akan datang membuktikan semuanya pada desa kecil itu, pada semua yang ada di dalamnya! Aku akan membuktikan atas masa lalu itu dengan masa depan dan kehidupan yang terbaik!

Sebagai persiapan, inilah yang sedang aku jalani, yang hingga saat ini masih kujalani. Semua berproses. Kita tidak bisa menyalahkan pada apa yang telah terjadi. Masa lalu, itu semua dialami oleh setiap pribadi orang yang bernafas di muka bumi ini. Dalam ingatanku, paling tidak sudah seumur pohon jati aku tinggal di sana. Padahal yang sebenarnya hanyalah baru seumur jagung. Aku sadar, ingatanku bisa tertipu, oleh hal-hal yang seharusnya tidak begitu berat kupikirkan. Aku menapaki persiapanku ini dengan berdebar-debar. Orang Jawa sangat percaya pada ‘lakon’. Kalau ada yang tidak mengerti apa itu lakon? Yang dimaksud adalah ‘apa yang akan terjadi ketika seseorang menjalani hidupnya; akan seperti apa cerita hidupnya.’ Itulah lakon. Dan dalam lakon hidupku, semua memang ‘harus’ berjalan begitu. Dan aku harus membuktikan.

Sunday, June 19, 2011

“Separoh Abad Lebih Ndalem Martanan dan Gulawentahan yang Membentuk Pribadi dan Prinsipku, Seorang Bening Rahardjo” PART 1

Bening Rahardjo, begitu aku menyebut dan memanggil diriku sendiri. Nama depan cantik yang diberikan oleh pamanku (adik kandung ibu) saat ia tengah berlayar. Sedang nama belakang itu adalah nama belakang Bapak, ayah kandungku. Aku sisipkan setelah beliau meninggal awal 2009 lalu, untuk berusaha tetap memuliakannya sebagai ayah kandung. Walaupun sudah dari lahir aku tidak bersamanya, dan hanya menikmati pertemuan beberapa saat sebelum ia meninggal. Namun, hubungan darah ayah dan anak perempuannya tetap ada hingga bahkan aku menikah nanti. Aku menyatakan diriku sendiri sebagai seorang wanita yang menemukan independensinya dalam perjalanan hidupku. Aku tumbuh dan berkembang sehat, alhamdulillah, sesuatu yang pantas aku syukuri. Walaupun tahun 2006 lalu pernah dinyatakan ada sedikit gangguan besar dalam kesehatanku. Gangguan itu seterusnya sangat mempengaruhi aktivitasku sehari-hari, mengharuskan sedikit ‘harus mentolerir’ kondisi fisikku. Namun, semua tetap aku syukuri, sebagai bentuk rasa sayang Alloh SWT untuk pribadiku. Dokter spesialis yang menanganiku selalu menghibur dengan guyonannya, meski aku rasa dia sendiri sudah terlalu tua, dan lebih pantas dihibur. Dulu, sempat sebelum memasuki ruang bedah pertengahan tahun 2008 dengan kondisi yang sangat sedemikian pasrah, aku bahkan tidak sampai hati mengucapkan sesuatu pada Ibu. Aku sendiri begitu khawatir akan keselamatanku karena aku mencintai keluargaku. Bahkan, rasanya kecemasanku sudah kuserahkan kepada Tuhan. Ketika akan masuk ruang operasi, bertanyalah aku pada dokter yang bertanggungjawab atas anestesi: “Dok, kalau Tuhan Pencipta Yang Hebat dalam hidup ini, mengapa DIA tidak menciptakan tombel reset untuk hambaNYA ya?”. Dokter yang sebenarnya sudah membuat surat perjanjian dengan ibu—sebab kondisiku yang tidak stabil, dia sendiri tidak yakin bahwa operasi akan berjalan mudah—kemudian menjawab pertanyaan bodohku itu dengan bijaknya, dan inilah yang membuatku senantiasa bersyukur atas segala kondisi kesehatanku yang sampai sekarang tidak stabil kadang: “Nona, Tuhan sudah menciptakan tombol reset yang luar biasa dalam hidup kita, tombol itu namanya rasa sakit. Karena tanpa merasakan rasa sakit, kita tidak akan pernah melakukan perubahan.” .Aku pikir, perkataannya itu bisa ditarik secara general bukan hanya terkait masalah kesehatan, tetapi juga kehidupan kita. Ya, sakit ataupun senang perjalanan hidupnya, semua harus disyukuri. Aku sungguh berterimakasih kepada dr.Purwanto, Sp.An.  yang telah memberikan kalimat bijak untuk seterusnya sangat berguna membentuk diri menjadi pribadi yang selalu bersyukur, optimis dan tetap bersemangat.

Aku bersyukur dengan hidupku dan seluruh yang telah menemaniku—mereka yang kusebut dengan keluarga. Ibu, wanita utama yang ingin dan akan selalu kumuliakan dalam hidupku, yang dalam keterbatasannya telah memberikan pendidikan yang terbaik bagiku. Eyang kakung dan puteri yang telah mempersiapkan diriku untuk menghadapi segala perubahan dan menatap kerasnya fakta kehidupan ini. kebijaksanaan mereka semua tak akan pernah pudar selama perjalanan hidupku mengarungi petualangan, kesulitan hidup dan mencapai prestasi. Semua yang berada di sebuah tempat sederhana dan nyaman, yang kami sebut dengan Ndalem Martananis that all—yang begitu luar biasa memberikan inspirasi. Tanpa meninggalkan masa lampau, mereka tetap bekerja keras mengukir masa depan. Tujuan mereka adalah memberikan tempat yang menyajikan setiap orang untuk hidup bermartabat dengan dirinya, tidak ada ruang bagi kepicikan, atau bagi tindakan yang tidak bertanggung jawab dan tidak benar.

Jika banyak orang bertanya, mengapa rasa-rasanya aku seperti ingin melupakan desa asalku. Mengapa aku sedemikian arogan untuk bisa bersosialisasi lagi di sana seperti orang kebanyakan yang kembali pulang dari rantauannya. Biasanya ada alasan mengapa orang melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Bagiku, dengan hidup di desa itu, membangkitkan kenangan pahit masa lalu. Sesuatu yang pahit di masa lalu, yang tidak akan pernah bisa dimengerti oleh seorang pun. Pada malam hari sering aku tidak bisa tidur oleh karena memendam depresi yang luar biasa di perantauan. Itu terjadi setiap aku mengingat desa asalku, sebuah desa kecil yang menyimpan banyak cerita pahit di dalamnya. Aku bukan melupakan semuanya, tidak. Karena Ndalem Martanan, tempat aku tumbuh dan dibesarkan hingga usia 18 tahun, aku masih tetap mencintai seutuhnya. Walaupun Ndalem itu letaknya berada di pinggir jalan besar penghubung kabupaten, sampai saat ini masih berdiri kokoh dan menjadi bagian dari desa itu. Aku juga merasa, dengan tetap tinggal di sana, maka aku tidak akan berkembang. Dengan segala watak kepicikan di masa lalu, aku telah sangat terluka, jadi bagi pribadi sangatlah wajar apabila aku menjadi arogan karena rasa sakitku. Itu saja alasanku. Bagiku, kediaman setiap orang berada di masa depan, bukan di masa lalu. Berbagai tantangan yang produktif dan menggairahkan memenuhi kehidupanku. Lalu, mengapa harus melakukan wisata ke masa lalu yang hanya akan membangkitkan perih-getirnya kenangan lama?

Aku berusaha melupakan kepahitan. Mula-mula aku gagal. Misalnya, ini terjadi beberapa saat lalu setelah aku mengalami masa panjang depresiku. Aku merasa dipermainkan mentah-mentah oleh seorang teman, hanya gara-gara sebuah kalimat sms ya/tidak. Sedemikian marahnya aku hingga melontarkan kalimat yang sangat keras, sekeras prinsipku—jangan jadi orang dumeh. Seorang teman itu, hingga akhirnya merasa sangat tersinggung dengan kalimatku, dan hubungan kami menjadi tidak begitu baik. Walaupun sudah kusertai rasa dan kalimat permintaan maaf yang tulus, bahkan sudah kujelaskan alasan-alasan utama mengapa kalimat itu sampai hati terlontar dariku. Tapi, no respons.  Tak apalah. Aku cukup memahami dan memaklumi saja. Aku berharap, semua akan berjalan membaik seperti semula. Tentunya, ini juga menjadikan pelajaran bagiku, untuk lebih bisa bersikap elegant, realistis dan tidak hanya bicara omong kosong. Karena orang yang berpendidikan dan terhormat, tidak akan melukai harga diri mereka hanya untuk perkataan yang stupid.

Wednesday, June 1, 2011

Hari Kelahiran Pancasila

Yeee...ketemu lagiiii (setelah sekian lama gw ngilang untuk fokus pada satu hal yang sangat berarti buat masa depan gw, halah! :p),
hari ini, sekalinya ketemu, pas tanggal 1 Juni, bukan masalah tanggal gajian atau apa sih...tiba-tiba aja tadi gw buka-buka situs jejaring sosial, ada yang bilang kalo hari ni tuh bertepatan dengan hari peringatan sumpah pemuda, ops....ngaco! Hari kelahiran Pancasila maksudnya....*Yeeee!!!!
So, WHAT???
Sebenernya, gw gak terlalu interest aja sama ni hari...lagian apa sih makna Pancasila? toh, tiap hari gw udah mengamalkan lewat perilaku (beeehh! :D). Gw aja dah dikit-dikit lupa kalo tiba-tiba ditodong suruh ngapalin pembukaan UUD '45,... Jangankan itu, Pancasila aja, gw lupa-lupa inget di Sila ke-4 :D *eeengg inggg eennnggg

Sebagai Warga NKRI yang baik dan bertanggung jawab, gw merasa agak sungkan juga kalo gw gak hapal ama Pancasila. Hapaaalll siiihhh, tapi kadang kalo ditodong dengan cepat gw suka lupa, entah ngacak gitu di Sila ke-4, hehe...
So, Mr.President, maafin saya yaaah, bukan berarti saya gak cinta Indonesia looohh....saya cinta banget Pak, cuman yaa...ingatan jangka pendek hehe, apa daya :D
Ohya, ini ada urutan Pancasila ama lambang-lambangnya, kali aja buat refresh otak kita ke pelajaran jaman SD dulu, jaman pengamalan P4 atau apalah dulu itu...hihi, cekidot :)




Wednesday, March 23, 2011

Bis Ugal-Ugalan = I called it Bis Setan :D

Postingan gw kali ini mengenai alat transportasi darat di Indonesia yang sudah sangat merakyat sekali....bis!

Yah...namanya bis atau yang dalam bahasa baku disebut bus, angkutan umum yang merakyat. Mulai dari kecil, sedang, gede; mulai buat pribadi, umum, pariwisata.....Bis terkadang sering terlibat dengan masalah 'kecelakaan di jalan raya'. Bisa memakan korban tewas, bisa juga korban luka ringan, bisa juga korban yang jadi cacat seumur hidup (naudzubillah...semoga kita selalu dalam lindungan Alloh, amin). Semua itu terjadi entah karena sopirnya ugal-ugalan, atau memang kendaraan lain yang tidak beres juga, atau mungkin bisa juga dikatakan sebuah 'takdir' terjadi seperti itu *ngeeek ngookkk T,T*

Pengalaman saya ini baru saja saya alami kemarin dengan adik saya, sebut namanya Hayu. Kami berdua melakukan perjalanan Solo-Jogja untuk bimbingan dosen ke kampus dan ada sedikit urusan bisnis kecil. Jadi kami putuskan untuk berkendara motor saja, karena kalau kami naik kereta, nanti ribet di sananya mau wira-wiri gimana. Jadilah kami motoran berboncengan berdua. Saat berangkatnya, Hayu yang di depan, karena saya sebulan lalu habis ditabrak orang 2x dalam semalam, jadi saya masih agak trauma sedikit di jalan propinsi itu, mana kaki saya masih njarem di bagian betis dan mata kaki ( :baca postingan saya 2x apes 2x ditabrak di lampu merah). Sudah, di jalan, kami juga gak ngebut banget, namanya juga cewek. Sampai di daerah  Kalasan, Prambanan, Jogja, tiba-tiba ada sebuah bis gede Sumber Kencono dari belakang yang mepet sekali sama kami ( baca: mepet--tepatnya hampir menyerempet, kurang beberapa centi). Padahal, kami sudah sangat minggir sekali di situ. Bis itu mau menyalip beberapa mobil-mobil kecil di sebelah lajur kanan, lalu dia dengan 'arogannya' mengintimidasi kendaraan kecil di lajur kiri. Sampai saya dan adik saya jantungan, tidak tau apa jadinya kami kalau sampai tiba-tiba Hayu kaget dan lepas setir, atau tidak lihai mengendalikan motor..........


Pulangnya, dari Jogja, sudah malam, ba'da maghrib kami sampai di daerah Pabrik Gula Gondang Klaten. Saya yang memegang kendali di depan, gantian, Hayu sudah capek. Ketika di sekitar lokasi itu, ada bis gede Mira menyalip dari sebelah lajur kanan. Saya sudah minggir, mewanti-wanti diri saya sendiri ( baca: minggir--lebih tepatnya mepet sekali ke pinggir!). Sudah itu di belakang bis Mira ada satu bis lagi, entah karena kondisi cuaca saat itu hujan gerimis besar, jadi saya tidak begitu jelas membaca, tapi bisnya berwarna kuning-hijau. Dua bis itu jalan biasa saja (artinya, yaa... jalannya bis normal di jalan propinsi gitu). Namun, tanpa kami duga, inilah yang jadi malapetaka bagi kami......sebuah bis besar lagi tiba-tiba mengklakson kami (tanpa pandang bulu dan rasa manusiawi dikit lah), kami dipepet sampai hampir masuk ke lubang di pinggir jalan. (baca: benar-benar DIPEPET!). Syock!!!!

Setelah saya baca tulisan belakang bis: Sumber Kencono!!! (LAGI-LAGI????!!!!!)
HAH! gimana saya dan adik saya gak marah2....ngedumel sepanjang jalan sambil ndremimil berdoa?? Dua kali, kami hampir jadi santapan lezat bis yang sama!

Kami lihat, si Sumber Kencono ini ingin nyalip Mira dan bis satu lagi yang ada di depan. Jadi, entah itu membahayakan pengendara motor, atau kendaraan laen, kayaknya dia gak peduli, ok bisa saya perjelas lagi GAK PEDULI! Seolah pengendara motor itu gak ada nyawanya mungkin, bagi mereka!
Dan gak cuma kami loh korbannya! Di depan kami pun, bis itu juga 'mengintimidasi' pengendara motor juga mobil lain; serta 'memonopoli' jalan. Rasanya melihat bis itu berusaha menyalip bis lain saingannya, serasa jantung mau copot. Bukan apa-apa, saya sih, terserah aja dia mau njungkel di sawah atau gimana (selama gak membahayakan penumpangnya); dan juga selama dia gak nyerempet orang aja!
Bener-bener seenaknya sendiri di jalanan, gak mempedulikan keselamatan kendaraan kecil seperti mobil, motor (apalagi sepeda onthel T,T).....Sebenernya sih, kadang saya baca tuh di belakang/ di samping, tulisan layanan pengaduan masyarakat, kalo gak salah gini bunyinya: Laporkan apabila kendaraan ini ngebut/ugal-ugalan di jalanan .Trus ada nomor teleponnya gitu. Tapi gak tau juga yaa, ini masih berfungsi atau enggak. Masalahnya, kalau udah di jalanan, itu yang susah dikendalikan. Yaa, mungkin orang bilang kadang teori ama praktek itu susah penerapannya, benar adanya.... :(




SO, hati-hatilah kalau ketemu bis itu di jalan Solo-Jogja/ Jogja-Solo. Lebih baik menyingkir! *saya udah mepet pinggiran aja masih hampir diserempet juga >,<*  
Lebih baik, biarin aja sono mereka lewat duluan, salip-salipan, kita pelan aja dulu. Gak usah terlalu mepet/deket ama mereka!
Karena, kalo udah salip-salipan kayak gitu, mereka suka bahkan kayaknya gak mempedulikan nyawa 'kecil' selain mereka yang juga sama-sama pengguna jalan. Ok. Then, berdoalah dan dzikir terus sepanjang perjalanan, biar diberi keselamatan..... :)
GAK SEMUA sopir bis Sumber Kencono kayak gitu sihhh, tapi kebanyakan emang kayak gitu juga kalo pas kebut-kebutan ugal-ugalan di jalan, jadi mungkin hati-hati aja buat yang lain.


Semoga, sopir-sopir ugal-ugalan itu disadarkan yaaa......kasihan lah pengendara kendaraan lain, jangan merasa karena besar lalu menguasai jalan seenaknya.....

Terpenting lagi, PATUHILAH UNDANG-UNDANG LALU LINTAS! 



(korban dua kali ditabrak penerobos lampu merah, dan korban jatoh ke lubang gara-gara hampir diserempet bis besar yang ugal-ugalan!)

Friday, March 18, 2011

Blusukan Jogja (Part 2).....

Hi! Gw dateng lagi....sekalian dapet jatah ngeshift pagi, sekalian gw mau ajak lo semua buat blusukan lagi, hehehe....
Masih seputar kota Jogja aja sih, lanjutan dari postingan sebelumnya yang to be continued.... Kenapa kota Jogja? Ya karena gw tinggal di Jogja, JELAS LAAHHH! :D, dan gw cukup menguasai kota ini dengan lumayan baik selama 4 tahun lebih (hampir lima tahun malah T,T). Sebenernya bukan itu aja yang bikin gw cinta banget sama Jogja sih, bukan karena gw kuliah di sana terus gw jadi ngerasa comfort banget. Ya itu salah salah satu dari sekian banyak reasons. Tapi ada juga kok kota yang membuat gw sangat-sangat cinta selain Jogja, is.....Bogor! Sejauh ini sih dari pengalaman gw ke luar pulau (baru ke Bali ama Sumatera sih) dan di dalam pulau sendiri, ya baru dua kota itu yang berhasil mencuri hati gw dengan segala pesona kotanya yang mempunyai kekhasan masing-masing.


Satu-satu aja yaa postingnya, pokoknya kali ini gw lanjutin dulu tentang Jogjaaaaa yang begitu awesome!

Yuk, blusukan! :)


Nah, guys....kemaren gw sempet sedikit nyinggung beberapa lokasi di seputar area kampus gw dan deket-deket kosan. Ini, ada lagi yang musti lo coba kulinernya,

kota Jogja tentunya sangat khas ama makanan yang satu ini, ya, gudeg! Penjual gudeg di Jogja udah menjamur dimana-mana, tapi ada yang menurut gw khas banget dari jaman baheula, karena dari gw SMP/SMA lah, sodara gw kalo dateng suka bawain nih gudeg, dan rasanya emang masih sama kek dulu....gimana yaa, okoknya di lidah tu udah khas banget deh! Ummm, mungkin buat lo yang dari luar Jawa (terutama yang masakan daerahnya taste banget ama rempah dan asin juga pedas), pasti gak cocok makan gudeg. Soalnya gw punya temen orang Padang dan orang Banyuwangi, mereka sama-sama suka pedas, cuman kalo Padang lebih suka santan-santan dan gurih kan, mereka bener-bener gak cocok makan gudeg. Katanya sih rasanya terlalu manis. Emang semua masakan Jawa (khususnya tengah) itu berasa manisnya. *jangan bilang karena orangnya manis-manis, hahahaha....yang ada BLETAK! dilemparin sepatu noh ama orang seindonesia raya merdeka! :D*

Jadi, kalo lo bertandang ke Jogja, jangan lupa mampir ke daerah Barek (baca: mBarek, biasa....pengucapan orang Jawa harus pake huruf M di depan huruf B untuk penyebutan nama suatu kota :p)
Daerah mBarek ini, adalah dulunya pusat gudeg yang asli *emang ada gudeg palsu? :D* ,maksudnya asli dari jaman awal-awal penjajahan Jepang and Kumpeni dulu (kalo ini, lo gak usah terlalu berat memikirkan keabsahannya yak, heheheh :p). Beberapa gudeg yang emang berasa taste banget dan sudah dapat reputasi juga awards yaitu Gudeg mBarek Yu Djum, dia beralamat di Jl. Kaliurang Km 4,5 Gg. Srikaton No. 2 Yogyakarta 55281 ato sebelah utara kampus Kehutanan UGM (ato juga orang kenal utara selokan mataram UGM). Dia juga buka cabang di Jl.Wijilan (selatan plengkung wijilan).


bentuk rumahnya juga masih orisinil nih yang pusatnya

Dia jualan paket-paket gitu, ada paket besek (bentuk kotak segede kardusan, dari anyaman bambu) juga paket kendil (wadah dari tanah liat untuk tempat nanak nasi jaman dulu, atau tempat makanan), harganya juga ada sendiri-sendiri. Walopun bentuk rumahnya masih dipertahanin rumah jaman dulu, orisinil, tapi yang dateng ke sini, beuh! Jangan salah....mobil-mobil halus juga banyak!



Habis jaman kejayaan gudeg itu muncullah gudeg-gudeg lain bertebaran di daerah mBarek ini, dia jadi pusatnya gudeg Jogja. Ada juga warung gudeg yang ada di lokasi lain, yang juga betebaran cabangnya di Jogja. Misalnya: gudeg Yu Sri, gudeg Yu Narni, gudeg Hj.Bu Ahmad, gudeg Pawon, gudeg Yu Yati, banyak deh....tinggal lidah lo aja cocok yang mana (rasa kan relatif ya di lidah masing-masing orang), kalo yang gw saranin sih ya itu tadi....


Kalo mo mau taste yang lebih seru lagi, bisa tuh Gudeg Pawon jadi pilihan juga,
Gudeg ini bukanya mulai dari jam 23.30 WIB sampe habisnya tu gudeg jam berapa, tapi kata penjualnya, biasa jam 1 lebih aja udah habis sih....
Alamatnya ni ada di jl. Janturan Umbulharjo (lo ke daerah sekitar Jl. Kusuma Negara, kalo dari timur/Gembiraloka, itu jalan sebelum Jl. Glagah Sari), kalo lo udah ngelewatin kampus UTY ama UAD, ntar lo bakal nemu rumah yang depannya banyak parkiran motor. Ya situ itu, ntar masuk dikit. Ato kalo masih ngerasa ragu, nanya aja orang-orang di situ pasti pada ngerti kok. 


Awal kuliah, gw pernah diajak keluarga kakak gw ke sini, mereka sempat tinggal di Amrik beberapa tahun, so, bagi mereka wajar-wajar aja makan jam segitu (dinner katanya) kalo gw sih udah keburu protes cacing-cacing di perut T,T. Jadi sebelum ke situ, jam 6 sore kita udah makan kue ama cemilan dulu buat cadangan awal biar maag gw gak kambuh. Habis isya' gw tidur, hampir mendekati jam 23.00 gw dibangunin ama kakak and diajak meluncur ke Janturan *yaa, mata masih merem melek gitu laah, nyawa belom stabil :D*
Sampe sana, orang dah pada antri aja tuh, ternyata emang laris manis bener. Dia dinamakan gudeg pawon karena emang jualannya di pawon (dapur jaman dulu orang Jawa bilang). Jadi lo bisa liat tungku asli, masak pake kayu bakar gitu di dandang atau kuali besar! Mantap deh pokoknya!



Note: Kalo lo mau nyoba makan di sini, jangan lupa nyamil apa kek terlebih dahulu, apalagi buat lo yang punya penyakit maag. Trus begitu nyampe sana, antrilah yang baik dan benar, jangan asal langsung nyerobot aja masuk ke pawon....ntar ujung-ujungnya juga lo pasti di suruh balik dan antri paling belakang :D




Trus, lo bisa lagi nyobain nih kuliner di Jogja, di jalan Solo, sebuah warung makan di utara jalan namanya Soto Ayam Miroso tepatnya di Jl. Laksda Adisucipto No 168 A
Kebetulan, yang empunya masih sodaraan ama keluarga besar gw, hehehe, jadi sekalian promosiin aja :p. 



Yaah...walopun udah menjamur soto ayam di mana-mana, tapi....hehe bolehlah lo mampir cobain ke sini, citarasanya yang terkenal sampe bahkan namanya Miroso ini dipakai untuk penjual soto dimana-mana. Tapi yang asli teteepp kok ada di sini.
Nyuumy banget dah pokoknya!



Kalo lo mau nyobain sate ama tongseng yang juga khas dari jaman baheula, nih ya..... lo ke timur dikit, ke arah bandara Adisutcipto, ada sebuah warung tongseng dan sate Mbah Dharmo di timur bandara, selatan jalan.



Warung ini udah terkenal citarasanya dari jaman dulu ternyata, tiap sore kalo gw lewat pas pulang ke Solo gitu, antreannya banyak. Warungnya juga kecil sih, ada payung tendanya gitu di depan. Dia bakar-bakar satenya juga di depan, keliatan kok dari jalan Solo.

haduuh gambarnya bikin ngiler T,T



Trusss....yuk kita melancong ke barat....gantian kita muter, luruuuusss aja terus sampe barat Tugu Jogja, tepatnya di pasar Kranggan *ebuseeettt, kejauhan muternya T,T*
ada ayam rendang Pasar Kranggan nama aslinya apaan si gw kagak tau, gw juga sekali doang mampir di situ karena ajakan temen yang rumahnya daerah Godean. Dia bilang ayam rendangnya enak.Terkenalnya emang ayam rendang pasar Kranggan, karena letaknya yang di depan pasar Kranggan, tepatnya di Jl.Diponegoro, nomornya tidak tahu :p
bumbu rendangnya hmmm, berasa rempahnya lah! Gw kagak tau gimana ngolahnya, yang jelas ayamnya empuk dan rempahnya rendang seru di lidah gw yang orang Jawa ini, hoho :D




Bicara soal ayam-ayaman, ada lagi nih yang cukup terkenal juga dan familiar cita rasanya di kalanganmahasiswa maupun keluarga. Di daerah Tamsis (Selatan pom bensin, depan penjara Wirogunan pas) lo bisa temukan ayam goreng dan bakar Bu Ning Tamsis
kalo malem, sambil nikmatin suasana, lo dateng aja ke daerah Tamsis ini, ntar dari utara lo bakal liat banyak motor berjejer di pinggir jalan, dan orang-orang pada lesehan di trotoar. Ya itu dia temnpatnya! Ini juga jadi salah satu tempat tujuan gw kalo pulang les malem, selain lo bisa nikmatin suasana jalan Taman Siswa yang rame, lo juga bisa cuci mata liat tembok penjara :D


note: biasanya kalo lo rame-rame ama temen lo dan di situ lagi penuh banget, gak dapet tempat, lo minta aja ama masnya, ntar dia bakal pulang ambilin tiker, bebas lo pajang di mana deh, asal gak di tengah jalan aja :D, ohya...di sini, gw pernah menemukan pasangan hombreng juga, nyolak-nyolek temen gw cowok (cakep sih dianya....jadi digodain tuh ama om-om :D), udah gitu nyelipin permen karet di tas temen gw lagi, hahaha.....


Ada lagi nih, kalo lo masih di daerah selatan, mampir ke Timoho,tepatnya di samping rel kereta api (jl. Bimasakti) ada warung lesehan yang buka dari pagi hingga malem, namanya Lesehan Lestari ,semacam lesehan biasa sih, tapi yang bikin nggak biasa dan gw angkat ke blusukan gw ini karena harganya realtif lebih murah. Isi menunya ya bebakaran dan goreng biasa gitu, ada dari tahu, ayam sampe nila, bawal, ada juga jeroan sapi bagi yang suka, nasgor juga, macem-macem deh. Pernah dua-tiga kali ke sini, sewaktu sering ke tempat temen di daerah selatan buat ngerjain tugas praktikum dulu. Sesuai ama isi kantong pelajar macam gw :)

Lagi, orangnya baek banget, misal dia salah ngasih pesenan gitu, lo ntar ditambahin lagi ama yang baru yang emang lo pesen. Sebagai gantinya, yang uda terlanjur tadi gratis buat lo *hehe, lumayan kan dapet rejeki? :D, ini salah satu alasan banyak yang dateng, tapi ada juga temen gw yang pura-pura salah service T,T*

note: kalo ke sini, harap maklum, harga emang murah syalalalalala.....tapi pelayanannya kadang terlalu lambreeettt dah, udah gitu, kenapa ibunya suka ngasih gratsi ke orang, karena emang dia pelupa akut, makanya suka salah apa yang kita dapet ama apa yang kita pesen, tapi don't worry, semua ntar diganti kok, dan lo digratisin apa yang udah salah disajiin tadi :D, lumayan...alhamdulillah...dapet rejeki lo kan?

Monday, March 14, 2011

Blusukan Jogja (Part 1).......

Buat lo yang hobi menyia-siakan waktu dengan hal-hal geje tapi seru, berikut ada beberapa tempat yang pernah gw datengin. Gw 'nyasar' ke tempat itu juga kalo bukan karena insomnia juga gak mungkin nyampe sana. Yah....ambil hikmah positif aja, ternyata disorientasi gw ini juga bisa berpengaruh positif biikin jadi hobi nikmatin kuliner dan nyari tempat baru buat semedi, hahaha.....Tempat hangout, plesiran, blusukan, sightseing, walking around and some like that......apapun namanya itu, sumpah! Gw cintah banget ama Jogjaaa!!!! Awesome!!!!

Ok, first.... gw mulai dari tempat yang terdekat dari kosan gw aja dulu, di sekitar area lembah UGM.....

kalo di saban hari, area ini sekarang udah sedikit 'bersih' dari PKL, soalnya pihak kampus emang udah melarang para penjual kaki lima masuk ke wilayah kampus. Tapi, lo bisa menyaksikan betapa crowd'nya tempat itu di hari minggu pagi, area ini dipadati PKL mulai dari pertigaan jembatan merah F.Pertanian - F.Kedokteran Hewan, hingga ke depan Masjid Kampus UGM. Biasa disebut Sunmor (singkatan dari Sunday Morning). Yah....semacam pasar dadakan gitu deh. Barang-barang yang dijual pun aneka macam, mencukupi kebutuhan mahasiswa maupun keluarga. Harganya pun relatif lebih miring dibanding harga toko/swalayan, pinter-pinter yang nawar aja dah!  Aneka kuliner juga teresaji di sini, mulai dari cimol, otak-otak, tempura, mie lidi yang seharga 1000/bungkus hingga coto makasar maupun lontong sayur, takoyaki, dan makanan lain betebaran di sini. Lebih seru lagi kalo pas momen Ramadhan, weew....tempat ini dah kayak pasar tiban aja ba'da azar hingga mendekati azan maghrib. Biasanya, mahasiswa maupun keluarga pada ngabuburit di area ini. Para penjualnya pun kebanyakan mahasiswa, berjualan kolak, es buah, atau camilan jajanan tradisonal lain.

note:
  • Gw saranin kalo lo orangnya punya penyakit migrain, dan sering kambuh kalo di tempat yang overload crowd, sebaiknya gak usah dateng ke sini deh.....PUSING DAN BISA KEJANG2 LO NTAR walhasil malah jadi kerumunan orang!
  • Trus, kalo mo pengen harga yang lebih murah lagi, selain kudu pinter nawar, lo bisa praktekin nih keyword gw satu ini: SOK AKRAB AJA AMA PEDAGANGNYA *apalagi kalo yang jualan cowok*, hasil riset: temen gw orangnya nyablak banget, dimanapun dia pergi, dia selalu SKSD ama yang punya tempat, so...selain dapat diskonan khusus, lo juga bisa nambah banyak temen :D

 


Second, selain area di atas, area lain yang masih di seputar kampus UGM yang mesti lo datengin dan cobain kulinernya adalah warung tenda area kampus UGM. 


Kalo sore, warung-warung tenda mulai didirikan dari sekitar belakang kampus Kehutanan, hingga di sepanjang pinggiran Jalan Kaliurang di barat kantor Gedung Pusat UGM dan GSP (Grha Sabha Pramana), harganya pun bervariatif, rasanya tergantung lidah juga sih, but, minimal, lo cobain dulu dah......yang sering gw kunjungin salah satunya adalah warung Susu Segar Bang Nino, jualan roti bakar juga aneka rasa dan susu segar, pokoknya nyyummy! Trus yang lumayan enak kalo buat bebakaran dan goreng-gorengan gitu, di depan Kampus MIPA, tepatnya di depan Perpus Unit I UGM, *sayang gw lupa apa namanya* lo bisa pilih lele bakar/goreng, ayam, nila, bawal, yang juga rame antreannya di situ....


Ok, lanjut yang di sekitar utara kampus UGM, ohya...jangan lo harap gw bakalan ngebahas tempat-tempat macam Dunkin ato PH area Jakal, absolutely not like that....judul postingannya aja blusukan, so pasti area yang 'pantas' disebut blusukan....:)

di Pogung Selatan (tepatnya sebelum jembatan teknik yang nembus ke Jalan Magelang), ada sebuah warung, catnya khasnya ijo *kalo belum berubah yaa :p* ,di pojokan jalan, belakang kampus Teknik UGM ,namanya warung NR (ato SR yak, aduh gw lupa!).

pokoknya tuh warung jualan makanan bervariasi menu'nya, sering banget dikunjungi mahasiswa dari siang sampe malem, dan kalo tuh warung di dalam penuh, lo bisa makan sambil menikmati asap kendaraan di trotoar belakang kampus Teknik (hahahaha, mampus aja lo!), but, gak usah khawatir....lo bisa makan sambil bawa masker kalo gak mau kena asap hehe :p
cobain dulu lah, kalo gw ngerekomendasiin tu tempat, artinya emang enak makanannya :) 
note: yang agak sabar aja yak kalo mesen menu, mending kalo lo laper berat, cari tempat laen deh, coz pelayanannya agak lama....maklum rame setiap harinya.

Then, selanjutnya, buat lo yang belum pernah nyobain bakso kepala sapi, perlu cobain deh sekali-kali.....cuma jangan marah-marah buat lo yang hobi makan porsi besar kalo ternyata yang lo dapet ntar cuman dikit banget baksonya :p , soalnya temen gw kesel makan di sini karena porsi baksonya kecil kata dia, hehe....
tapi kalo sesekali pas hawa dingin gitu, lumayan juga lah ngangetin perut, apalagi kaldu sapinya kentara banget di lidah *SLLLURRRPPP* 
Di Jalan Kaliurang KM.4,5 ada tuh.... dimana-mana juga udah betebaran kok nih warung bakso....




Berikutnya, agak ke utara....ke Jalan Magelang, di pinggiran daerah Sleman. Tepatnya daerah Niron, Pandowoharjo, Sleman, kalo gak salah tepatnya di KM 11,5 ada JeJamuran Resto , ni macem-macem olahan jamur ada semua di situ.....mulai dari jamur goreng crispy, sate jamur, omelet jamur, sup jamur kuah bening (nama gw dong :p), sup krim jamur, oseng jamur, pepes jamur, apapun lah......semuanya NYUMMY banget!
Harganya lumayan juga laah karena didukung tempat yang lumayan, biasanya ada musik pengiring gitu kayak band Koes Plus'an tapi lagunya lagu jaman sekarang, hehe....Kelasnya ni juga menengah....jadi siapin kantong yang pas kalo ke sini....ada minuman yang dibikin juga dari olahan jamur, namanya wedang jejamuran. 
Pokoknya lo musti cobain!

sewaktu gw ke sana



Ada lagi yang seru, di daerah Klebengan (utara kampus Fak. kedokteran Hewan, tapi daripada ribet, lo masuknya dari gang depan Natasha Jakal KM.5 aja deh....lurus aja mentok sampe ngelewatin turunan dan tanjakan, ntar ketemu pertigaan, lo ambil yang ke kiri, deket ama lapangan futsal), namanya Warung Bebek Warrior


sesuai namanya, menu olahan di sini juga dinamakan aneh-aneh gitu, ada infantri, perang dunia lah, amfibi lah....(pokoknya all about bahasa tentara'an gitu deh). Tapi yang jelas emang menu utamanya sih bebek, apalagi dilumuri sambel hijau....beeeuuhhh! mantap! cuman lo bisa juga pesen yang laen-laen, misalnya ayam....ntar namanya juga beda tuh....(semakin kecil tuh sumber olahan, 'pangkat' namanya juga semakin kecil......auk' lah!)

note: ada warning nih yang musti lo tau duluan di sini, semua pelayan di sini didandanin ala tentara punya gitu, lengkap ama topi penyamarannya yang pake rumbai-rumbaian gitu lah....hahahahaha, jadi jangan sampai lo tiba-tiba ngakak di depan orangnya pas tiba-tiba mereka nganterin pesanan lo.....soalnya temen gw pernah tuh ada yang bener-bener ngakak guling-guling ngeliat rumbai-rumbai dan coretan-coretan hitam di muka mas pelayannya :D


Yang gak kalah sadaaappp dari bakso kepala sapi, lo ke selatan dikit, pas sebelum perempatan MM UGM, sebelah timur jalan, sebelum Kayona Photo, ada warung basko dan mie ayam lezaatt! namanya Warung Mie Ayam Babar


Wooo, kenyang deh porsinya! selaen itu juga sadap rasanya! harga juga pas buat kantong mahasiswa kere macam gw, hehe.... di sini selalu rame, jadi kadang jam 8 malem gitu aja dah abis, enaknya kalo makan di sini pas siang-siang, cobain Mieso (mie ayam bakso), seporsi 7 rebong aja.




Masih terkait mie ayam, lo juga mesti nyobain Mie Ayam Syuhada yang dia letaknya di deket mesjid Syuhada
Murah meriah, menu utamanya ya mie ayam pangsit plus es teh. Tiap hari rame anak sekolahan maupun mahasiswa. Awal-awal kuliah, tiap istirahat lepas mata kuliah satu ke yang lain, gw ama temen-temen gw juga hobi nangkring di sini.


Ada lagi yang juga LEZAAAATTT, Mie Ayam Santika *gw gak tau namanya apa, tapi yang pasti karena letaknya di depan Hotel Santika Tugu, makanya terkenal nama mie ayam Santika* 
Tapi kalo makan di sini lo mesti tau waktu juga....soalnya yang ngantri banyak tapi tiker dan tempat lesehannya pun sempit (musti berbagi space ama halte Transjogja di depannya pas). Jadi kalo lo makan di sini, enaknya pas sore-sore, emm...tapi di jam segitu juga biasanya rame orang pulang kantor siihh.....
yaa, sepinter-pinter lo cari tempat aja dah :D




Ada lagi yang seruuu cobain warung lotek depan SD Percobaan II di Sendowo,
bentuknya sih bukan warung rumahan gitu yaa, ini cuman kayak gerobakan gitu, plus dia jualan es-es buat anak SD gitu deh, jadi kalo orang belom tau, dikira warung gerobak penjual es biasa. Buat lo yang hobi makan lotek pedas bisa mesen berapa cabe sama bapak/ibunya yang jual, minta 12 cabe ampe bikin mata lo gak bisa melek juga gak papa :D ,yang jelas porsinya besaaaarrrr!  Gw pernah makan porsi lotek besar kayak gini juga di daerah Baciro dulu waktu awal-awal gw ngekos, cuman kalo sekarang gw udah lupa tuh arahnya di sebelah mana. Cocoknya kalo lo makan ama mendoan anget, lebih mantap! Tapi yaa itu, lo mesti maklum ama posisi lo makan, coz tempatnya emang cuman di gerobakan dia yang juga full jualannya gitu....




Aneka es krim bisa lo cobain di sini, Rumah Es Krim Mirota, yang letaknya cuman di sebelah timurnya Mirota Kampus sekatan kampus UGM, macem-macem dah sajiannya dan dibikin kayak kafe kecil gitu, trus ada meja-meja payung di halaman depan *tapi gak enaknya pandangan di sekeliling isinya mobil doang, soalnya emang di area parkir mobil Mirota Kampus sih*, harga juga sangat terjangkau kantong mahasiswa. Ada camilan french fries, burger, dll. juga....

sorry, malah foto gw yg kegedean, bukan es krimnya :p

Trus, kalo siang-siang pas panas-panas gitu, lo juga bisa nih nyobain salah satu warung es di daerah Sagan,
ada tempat namanya Es Campur Sagan di jl.profesor yohanes 1060 (sagan,utara galeria mall ),


di sini jualan macem-macem es....tapi yang paling ok yang pernah gw cobain sih es campur ayu ama es teler duriannya. Waahh, seger banget kalo pas lo ngerasain temperatur Jogja yang so hot!
rata - rata tiap hari penuh juga pembelinya apalagi kalau lagi panas-panasnya tuh bumi kita, sampai mereka buka cabang yang ke 2 di deket situ juga. Harga standar.

note: meskipun dikata lo dateng ke situ saat bener-bener dahaganya dan begitu panasnya cuaca di luar, lo gak boleh asal ketipu ama gambar yang dipajang ketika lo emsen menu, kadang gak cocok ama es yang lo pesan ntar *bisa jadi kayak fatamorgana di tengah padang pasir yang begitu panas* :D

Oh, iya, ada rekomendasian dari temen gw nih, namanya Es Buah PK, letaknya di pojokan Jl. magelang dan Jl. pakuningratan.
di situ jualan es buah dan bakso, tapi yang paling enak tuh es buahnya....macem-macem buahnya dan susu kental manisnya juga kerasa banget. Bagi yang gak suka susu manis, bisa diganti ama aer perasan jeruk yang gak kalah segernya. Tempat ini rame banget didatengin orang, apalagi kalo pas kondisi cuaca yang panasnya minta ampun....coz' harganya emang murah meriah merakyat sekali, cukup 2 rebong. Murah kan? :)


Kalo lo mau makan yang bener-bener muraaaaaahhh, silakan pilih deh sesuka lo angkringan di seluruh penjuru pelosok kota Jogja....silakan nangkring sambil makan sego kucing plus es teh juga boleh,
tapi yang paling terkenal tuh dan gak boleh ditinggalkan dari dunia kuliner malam Jogja adalah  Angkringan Lek Man (Tugu),
di sini lo mesti cobain spesialnya yang terkenal sampe masuk tipi bahkan, yaitu kopijoss, banyak kawula muda yang pada lesehan di sini tiap malam. Sambil jagongan ngalor ngidul, dicepaki nyamikan plus wedang kopi! wiss....Jogja banget deh!



Selaen angkringan, kuliner malam yang tak kalah taste-nya Jogja banget adalah Wedangan Pakualaman, letaknya di pojok lapangan Pakualaman (nah, lo cari aja muter-muter, haha...),
di sini jualan jadah bakar ama teh poci yang paling khas, jadi pas suasana malem yang dingin gitu lo bisa deh cobain teh pocinya! Disajikan dalam poci dari tanah liat *yaa iyaalaaahh! namanya juga teh poci!*, trus minumnya pake gula batu.....*slurrrruuupppp*
gw dulu pernah nyobain sekali waktu awal-awal di Jogja, sekarang gak tahu gimana yah tu wedangan, tapi yang bisa lo nikmatin juga adalah nasi gurihnya (orang jawa bilang sego gurih) dimakan ama sambal goreng krecek dan lauknya bisa pilih sendiri. 


Rekomendasian gw sih teh pocinya, mantap! gw pernah ngerasain teh poci yang hampir-hampir mirip sewaktu perjalanan dari Cianjur ke Bogor, di daerah Puncak, ada warung kecil gitu yang jualan teh poci, gw ma keluarga gw sempet nyobain....mantap deh! palagi suasana di Puncak juga dingin....penyajiannya juga bener-bener tradisional gitu, dan pake gula batu juga. Khas deh pokoknya!
note: yang gak suka tempat remang, gak usah ke sini....tempatnya agak-agak mistis gitu kalo dari jauh, hahahaha....abisnya di bawah pohon lumayan gede trus kondisi remang-remang gitu, deket ama Kraton Pakualaman pula, tambah horor aja tuh! :D


Buat lo yang suka ama jus, nih ada tempat yang gw rekomendasikan asik buat kongkow juga, namanya Jus Gejayan,  tempatnya di sebelah percetakan Kanisius dan di depan butik Moniq pas, di daerah Deresan.

di sini jualan aneka jus, pofertjes (semacam kue khas Belande), salad buah dll.
Harganya sesuai ama kantong gw lah *mahasiswa kere T,T* 
jadi, lo bisa ngajak temen-temen lo, pacar lo ato selingkuhan mungkin (heehehe...:p), dan nih tempat cocok buat sekadar haha hihi saja sambil nikmatin jus di siang hari yang panas disuguhi pofertjes. Passs! serasa Meneer an Madame Belande :D


Nah, masih di situ juga, ada kafe namanya Gerobag Caffe, 

juga bisa jadi alternatif kalo lo suntuk, lumayan lah....aneka makanan dan minuman di sana dengan harga yang terjangkau, french fries, smooties, apa lah itu....tempatnya sih ok, di luar dengan meja-meja bundar berpayung, di atapnya pohon rindang nan sejuk. Kalo bulan Ramadhan, beuh! rame bener di sini, dan gw saranin kalo lo mau ngabuburit ama temen-temen lo rame-rame di sini, lo dateng jam 4 mesen duluan menunya apaan, biar gak gedubrakan ntar pas bedug maghrib. Soalnya pengalaman gw ama temen-temen gw, kelaparan mampus bahkan bedug maghrib dah lewat saking penuhnya, mereka sampe lupa ama pesenan kita.
note: jangan ke sini kalo lagi ujan, tempatnya gak ada payungannya, jadi bisa dipastikan acara hangout lo jadi gak asik!

Nah, buat kuliner sejati, ada lagi masih di sekitar-sekitar utara juga, ada salah satu warung makan namanya Warung Pak Sangat, yang beralamat di perempatan Kolombo di Jl. Kolombo (deket penjual buah-buahan itu loh...).
Gw pertama kali ke sini dari rekomendasi ex-boy gw dulu, awalnya gw pikir yaa macam warung magelangan biasa lah, karena di sini jualan nasi goreng magelangan, capcay, bakmi goreng/godog, dan susu panas.
dan harganya juga relatif pas di kantong mahasiswa,

Katanya beberapa orang temen gw nih, ...sebenarnya yang paling bikin enak di warung ini ya susu panasnya. Harganya murah cuma 1800 per gelas, susunya kental, disajikan panas. Apalagi kalo cuaca pas dingin hujan gitu. Susunya pun banyak macemnya. Mau dicampur madu, jahe,telor, atau mau yang rasa coklat, manis ,semua ada. Tapi kalo sambil makan juga kok. 
Bakmi atau nasi goreng Magelangan pak Sangat juga enak. Porsinya juga banyakk, harga terjangkau mulai dari 6000an. Ga mau makan berat? Gakpapa makan roti bakar aja. Yang penting rasa susu disini ga kalah sama warung susu Si Jack yang terkenal di Solo.


Segitu dulu deh acara blusukan gw, hehe....ntar berlanjut lagii kok.....CU*