Monday, December 29, 2014

#LatePost Weekend From The Red Ants


Malam sebelumnya, Bas Bbm-in mau ngajak jalan gw. "Kata Fuad suruh ngajakin elu, Ning". Gw iyakan, dengan syarat minta dijemput karena gw ada urusan kerjaan dulu pagi harinya. Sebenernya gw masih ada kerjaan ke luar kota pagi hari itu, tapi bisa diatur lah kami berangkat setelah dzuhur. Nyatanya di hari H, pukul 14.00 WIB gw baru sampai rumah. Masih mandi lagi, shalat, baru bisa berangkat. Setengah jam kemudian datang si Bas. Tapi, kok sendirian...

"Lah Engkong mana?"
"Fuad nyusul nanti katanya."
"Kok nyusul? Trus kita berangkat berdua duluan gitu?"
"Iya, Lo Bbm-in dia aja bilang kalau kita udah berangkat."

Sebenernya gw udah agak merasa bakal ada yang nggak beres nih kalau sudah begini. Hawanya sudah nggak enak duluan soalnya di awal mau berangkat. Orang tujuannya sama aja pakai berangkat misah-misah. Tapi ya sudahlah. Gw hanya berkonsentrasi pada mendung yang mulai menghitam di atas langit Kota Solo. Waah, tebakan gw betul, baru jalan beberapa kilo dari rumah, hujan gerimis turun. Bas lantas ngeluarin mantel dari bagasi motornya. Setengah mikir sambil menepuk jidat, dia bilang kalau mantel si Fuad ada di bagasi motornya, dititipkan sama dia. Well, Bas....what happen next?

"Ning, coba lo tanyain dia, kehujanan nggak?"
"Bentar. Iya ini lagi gw tanyain dia butuh dianterin mantel apa nggak, kasihan dia kalau kehujanan. Mumpung kita masih di sekitar sini, bisa belok arah balik, belum kejauhan kok." 
Tapi, sekian menit gw nunggu balasan Fuad, hanya delivered doang. Mana kami berdua sudah makin jauh. TIK TOK TIK TOK....
"Gimana nih, Ning? Apa kita terus aja?"
"Ya udah deh lurus aja. Belum kebaca pesan gw sama dia."

Ternyata hujan sore itu sangat deras, hingga membuat beberapa genangan tinggi di beberapa titik sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Gw sama Bas memilih berkonsentrasi pada lalu lintas yang padat, serta badan kami yang mulai basah juga karena hujan deras. Sesampainya di parkiran lokasi tujuan, gw baru buka pesan dari Fuad.

"Ning, anterin gw mantel ke Pom Bensin Jurug. Ini masih berteduh di sini, deres banget hujannya"
Hah? Jurug Ad? x____x
"Yakaliii Koooong, kami udah nyampai SS ini. Masa musti balik jauh bangeeet? Ya lo beli mantel lah di sekitar situ."
"Di sebelah gw nggak ada orang jualan mantel, Bening."
YA IYALAAAH... Mantel mah dijual di toko, bukan di pom bensin -___-
"Ya sudah kalau gitu tabahkan hatimu yak Boy, tunggu hujannya reda. Gw  juga basah kok ini. Gw tunggu sambil ngeringin kaki dulu di food court :)"

Itulah kami, suka aneh-aneh nggak jelas maunya kalau masalah 'janjian' waktu. Walaupun sempat berdebat masalah waktu janjian (again? *sigh*), tapi ketemu mereka (minus Benny a.k.a Bendot) setelah stress berpanas-panas karena kerjaan di luar adalah obat mujarab. Walaupun setelah itu kami pun sama-sama tertawa konyol setelah ketemu, setidaknya bisa ngilangin sepet karena gagal ke Karimun Jawa bulan ini iyesss ~,,~

Ps: Anyway, gw sejujurnya ngerasa bersalah sih sama si tuyul Fuad kalau nyeritain bagian ini. Maaf ya Boy! :D

 






Have nice boxing day! ^^


Regards,

Bening Rahardjo


Sunday, December 28, 2014

"Sar Klewer Kobongan!"

"Sar Klewer kobongan!".

Kira-kira begitulah bunyi pesan berantai di Bbm dan Wa dari kakak dan beberapa teman yang mengabarkan kalau sedang terjadi kebakaran di Pasar Klewer, sekitar pukul 22.00 WIB. Saya yang sudah tidur dari pukul 20.00 karena badan sedang tidak fit karena flu, baru membaca pesan tersebut pukul 01.45 dini hari. Ingat belum shalat Isya' saya terbangun dan mendapati banyak pesan masuk ke handphone saya. Pasar Klewer kebakaran? Masih sambil di atas kasur, saya lantas membuka timeline twitter. Benar saja, pukul 01.00 dini hari saja masih banyak yang bersliweran di timeline sembari memberikan berita teraktual kondisi Pasar Klewer yang terbakar sekitar pukul 20.30 WIB itu. Saya tidak tahu sampai separah apa kebakarannya, karena mau membuka link gambar saja bandwidth server dari handphone payah dikarenakan bad signal Indo**t di rumah saya sudah hampir di tahap S-O-S. Saya hanya mengirimkan pesan ke Ibu dan beberapa orang dekat saja dini hari itu.

Pagi hari ini, pukul 05.53 WIB saya coba lagi koneksi internet dari handphone saya yang lumayan agak sedikit lebih baik. Begitu gambar-gambar di timeline bisa ditampilkan...innalillahi wainnaillaihi roji'un...ternyata saya baru tahu bahwa kebakaran semalam begitu hebatnya sampai melahap ratusan kios di deretan timur dan barat. Entah apa penyebabnya. Well, sejujurnya, pikiran buruk lantas menghampiri analisa saya sendiri pagi tadi. Saya ingat master plan Pasar Klewer yang pernah diajukan beberapa waktu lalu namun ditolak oleh para pedagang. Berbagai macam sumber akurat memberikan informasi mereka mengenai kondisi Pasar Klewer terkini. Hingga saat ini pukul 11.56 WIB, sudah tidak terlihat api yang menyala dari sisi luar pasar, tapi sisa kain-kain yang terbakar di dalam masih mengeluarkan asap yang bisa menjadi potensi kembalinya api membesar. Ya Tuhan, apapun yang menjadi penyebab kebakaran itu, semoga bukan karena sabotase oknum-oknum tertentu. Kita tunggu saja kabar hasil olah TKP dari tim forensik Jawa Tengah selanjutnya nanti.

Amukan api di Pasar Klewer semalam. Source: Dari berbagai sumber
(Pukul 00.30 WIB dini hari). Petugas gabungan berusaha memadamkan kobaran api. Source: Dari berbagai sumber
Amukan api sekitar pukul 00.00 WIB dini hari. Source: Dari berbagai sumber
(Pukul 00.56 WIB dini hari). Api terlihat di sebelah barat gapura Klewer. Source: @tentangSolo
Kondisi Pasar Klewer pukul 06.00 WIB. Source: Dari berbagai sumber


Pukul 06.00 WIB, petugas dan relawan membantu pedagang menyelamatkan beberapa dagangan. Source: dari berbagai sumber

Pasar Klewer pukul 09.00 WIB. Asap masih mengepul dari dalam kios. Source: Dari berbagai sumber

Api merembet ke sebelah utara. Source: dari berbagai sumber
(12.00 WIB) Api membesar karena angin, mobil DAMKAR sedang mengentikan kobaran. Source: @tentangSolo
(12.00 WIB) Asap bertambah banyak dari sebelah dalam. Source: @tentangSolo
(Pukul 12.30 WIB) Masih terlihat api dari bagian dalam kios :( Source: @tentangSolo

(Pukul 12.40 WIB) Semoga hujan membantu proses pemadaman api siang ini. Source: @tentangSolo

Baru beberapa hari lalu saya menemani pakde dan teman-temannya mencari oleh-oleh Intip Solo untuk saudara-saudara di Jakarta. Masih lekat kemacetan area Pasar Klewer setiap harinya. Dulu, Almarhum Bapak juga sering mengajak kami jalan-jalan di Pasar Klewer atau Pasar Gede. Sementara simbok rewang di rumah sering minta diantarkan ke Toko Mas yang berada di deretan lantai bawah sebelah timur, untuk menjual atau membeli perhiasan pada cicik-cicik juragan emas. Biasanya kalau jalan-jalan di sekitar Pasar Klewer, Bapak tidak lupa mengajak kami mampir ke Warung Tengkleng Bu Edi di dekat Gapura Klewer. Begitu terkenalnya tengkleng Pasar Klewer sampai bahkan mengundang penasaran banyak orang untuk mencoba mencicip masakan khas Solo tersebut. Pasar Klewer sendiri bukan hanya sekedar pasar tradisional semata. Namun, Pasar Klewer sudah menjadi trade mark bagi Kota Surakarta, selain tempat-tempat belanja batik yang lain seperti Beteng ataupun Laweyan. Saya dan adik saya juga sering berbelanja batik ke Pasar Klewer. Hampir sama dengan Beteng, yang membedakan hanya sepandai-pandainya saja Anda melakukan tawar-menawar di pasar itu. Kabar yang beredar, Pasar Klewer adalah pasar tekstil tradisional terbesar se-Asia Tenggara.

Gapura Pasar Klewer (potret aktivitas normal)

Semoga api di lokasi Pasar Klewer segera dapat diatasi. Begitu juga dengan para pedagang, semoga diberikan kekuatan untuk menghadapi musibah ini. Al Fatihaah. #PrayForSolo #PrayForKlewer



Saturday, December 27, 2014

Mashup OST Kartun 90'an ^^

Hallo pembaca yang budiman! I wanna challenge you. Watch and listen the videos below. Kalau kamu bisa mengingat dan bahkan mengenali penggalan soundtrack berikut ini, berarti kamu adalah angkatan 90'an sejati dan masa kecilmu BA-HA-GI-A! :)

Check this video out!



Sudah bisa mengenali? Ahaa, kalau belum, dengarkan yang ini juga yaa...



Yup, itu adalah Mashup film-film kartun di tahun 90'an composed by Eka Gustiwana featuring Nadya Rafika. What a talent! Oke, yang belum tahu apa itu Mash-up dalam dunia musik, jadi Mashup adalah sebuah lagu atau komposisi yang diciptakan dengan memadukan dua atau lebih pra-rekaman lagu. Biasanya dilakukan oleh musisi atau komposer dengan melapisi jalur vokal dari satu lagu mulus atas lagu instrumental lain. 

Perhaps, some of you guys tidak mengenali lagu-lagu ini dan yaah...you think, "Apa istimewanya coba?". But, heeeyy! Buat kalian yang bisa mengenali lagu-lagu di sini, WAW! Let's high five buat kalian! Kalian anak 90'an sejati! Hahaha. Ingat kan bagaimana masa kecil kita yang begitu indah dihiasi dengan lagu-lagu itu? This is not same as soundtracks in films which are presented to the children in Z generation now. Sama sekali beda! Bisa kita bandingan sendiri geura kalau tidak percaya. Pada generasi Z sekarang, saya rasa jarang sekali anak-anak bisa hafal lagu-lagu anak-anak yang semestinya memang untuk anak-anak (ya iyalaah). Mau hafal gimana, sajian televisi sekarang kebanyakan adult content. Sinetron which is galak, marah-marah, musuh-musuhan, iri hati and bla-bla-bla adalah sajian yang biasa. Kalau ingat masa-masa film kartun berjaya di tahun 90'an, rasanya mau sujud syukur bahagia. Setidaknya, kita masih tumbuh di lingkungan yang semestinya saat itu. Hafal luar kepala lagu-lagu indah yang jadi soundtrack film anak-anak pula dan bukannya lagu-lagu orang dewasa. And the happy thing is....INI OST FILM ANIME DI TAHUN 90'AN YANG LUAR BIASA MEMORABLE! Luar biasa senang bisa mendengar lagu-lagu ini lagi!

Thank to Eka Gustiwana yang sudah berbaik hati mendaur-ulang dan mengumpulkan kepingan-kepingan indah di tahun 90'an ini. Thanks for bringing back our precious childhood memories. Good taste, boy! :)


Regards,

Bening Rahardjo


Friday, December 19, 2014

Dies Natalis UGM Ke-65

Hari ini bertepatan dengan Dies Natalis UGM ke-65, dengan tema "65 Tahun UGM Mengabdi", berbagai macam kegiatan untuk memperingati acara ulang tahun kampus telah diagendakan. Tanggal 14 Desember 2014 kemarin, salah satu pakdhe saya juga ikut serta dalam acara 'Niti Laku: Suci Nyawiji Datan Mangro'. Suci Nyawiji Datan Mangro adalah surya sengkalan dari tahun 2014 yang bermakna secara tulus bersatu, fokus pada satu tujuan, merupakan momentum silaturahmi seluruh anggota Kagama (Keluarga Alumni Gadjah Mada) dan para civitas academica UGM dalam suasana damai, penuh semangat serta kegembiraan. Ya, kebetulan banyak pakdhe budhe dari keluarga saya yang juga alumni dari UGM, mereka termasuk alumni angkatan lawas. Sementara generasi ke-tiga ini, saya dan adik lelaki saya Yostri yang meneruskan. 



Pakdhe kemarin cerita bagaimana acara tersebut berjalan, hari itu yang diagendakan dihadiri oleh banyak tokoh penting negeri ini yang--saya rasa tanpa kebetulan--dilantik dalam Kabinet Kerja Presiden Jokowi. I mean, you know lah... Bapak Jokowi juga alumni dari UGM. Jadi saya rasa pengangkatan menteri-menteri dari almamater yang sama juga bukannya tanpa tidak disengaja. Acara itu adalah acara niti laku perpindahan kampus Gadjah Mada dari Keraton Yogyakarta ke kampus Bulaksumur. Kata pakdhe lagi, peserta diajak menapaki rute perpindahan dengan berjalan kaki bersama, diiringi pasukan dari Keraton Yogyakarta: Pagilaran Keraton - Masjid Gedhe Kauman - Jl. Pangurakan/Trikora - Jl. Margo Mulyo/A.Yani - Jl. Malioboro - Jl. Kleringan - Jl. Margo Utomo/P. Mangkubumi - Tugu Yogyakarta Jl. Jend. Sudirman - Jl. Cik Di Tiro - Bundaran UGM - Jl. Pancasila/Boulevard - dan finish di Balairung UGM.

Seharusnya, acara niti laku itu bisa dihadiri oleh banyak tokoh menteri, pejabat, Sri Sultan Hamengkubuwono X, juga Bapak Jokowi sendiri sebagai alumni UGM. Namun, berhubung telah terjadi  bencana alam longsor di Banjarnegara dua hari sebelumnya, maka para petinggi itu pun mengalihkan agenda yang sebelumnya di UGM langsung menuju ke Banjarnegara. Sehingga niti laku tersebut sedikit terasa kurang spesial. Ibu Rektor baru pun juga langsung meluncur ke lokasi bencana, karena beliau alumni Geologi, mengikuti instruksi Bapak Basuki Hadimuljono (Menteri PU). Jadilah acara tersebut hanya dipandu oleh Bapak Ganjar Pranowo selaku Ketua Kagama. Tetapi setelah selesai acara niti laku pun, beliau langsung meluncur ke lokasi bencana, dikarenakan beliau juga Gubernur Jawa Tengah. Hari itu, pakdhe tidak mengikuti acara sampai selesai. Beliau bersama beberapa temannya sesama anggota Kagama hanya meninjau beberapa proyek orang Geologi di sekitar Gunung Kidul dan Wonogiri, lalu pulangnya mampir ke Solo.

Ya, setidaknya Bapak Jokowi sudah membuka Festival Anti Korupsi beberapa hari sebelumnya di Grha Sabha Pramana bersama dengan ketua KPK. Setahu saya sih, sebelum Bapak Jokowi menjabat sebagai Presiden pun, beliau aktif dalam kegiatan Kagama. Bahkan saya pernah melihat langsung beliau datang saat acara Lustrum Kehutanan, almamaternya. Waktu itu beliau masih menjabat sebagai Walikota Surakarta. Begitu juga dengan almarhum Prof Suhardi, mantan Ketua Umum Gerindra yang juga alumni Kehutanan. Beliau juga seangkatan dengan salah satu pakdhe saya. Cerita dari pakdhe, beliau juga selalu aktif apabila ada acara-acara yang mempertemukan Kagama.


Ya, begitulah kekeluargaannya alumni Gadjah Mada dan kecintaan mereka kepada almamater. Seperti makna Panca Prasetya Alumni UGM yang terucap dalam pengukuhan. Luar biasa, di masa-masa kuliah, saya selalu ikut serta setiap tahun dalam sosialisasi pendidikan tinggi ke sekolah-sekolah, baik yang pelosok maupun di perkotaan. Saya selalu mengulang-ulang cerita yang sama tentang asal mula Kampus UGM. Universitas negeri tertua yang di bangun atas prakarsa pribumi. Begitu haru-nya, saya selalu bangga ketika mereka--teman-teman lain sesama almamater--memberi ejekan pada warna almamater UGM yang--honestly, I dunno what color is it--saya justru dengan bangga menceritakan asal mula warna almamater ijo lumut khas UGM itu. Bagaimana perjuangan kalangan terdidik pribumi kita dan juga kerelaan dari Keraton Ngayogyakarta yang memberikan ruang bagi UGM untuk berdiri.

Saya ingat bagaimana ketika saya datang sebagai mahasiswa baru di tahun 2006, yang masih menikmati kuliah dengan bangku-bangku tua dan gedung tua Fisipol, baik kampus Sekip maupun kampus Socio-Yusticia. Para kakak tingkat yang waktu itu masih ada bahkan yang berpakaian seadanya dengan sandal jepit ke kampus. Masa dimana kantin Fisipol masih sering digunakan sebagai tempat diskusi berbagai macam aktivis. Saya ingat beberapa nama kakak tingkat yang kebetulan tinggal di depan kamar indekos. Salah satunya Mas Didi, dia punya banyak sekali teman-teman dengan berpenampilan 'nyentrik' yang datang dan pergi masuk kamarnya. Saya selalu menyapa mereka dengan sebutan 'Oom'. Semuanya anak-anak aktivis yang sering sekali ngobrol dengan 'tema berat' ditemani cangkir-cangkir kopi dan rokok. Wajah mereka tatkala menyapa saya "Hi, Bening!" terlihat kusut, sekusut teori-teori klasik yang saya dengar meluncur fasih dari mulut mereka. Pada masa itu, bahkan teman-teman saya anak Komunikasi yang cenderung sedikit lebih 'waw' secara penampilan, akan melontarkan pertanyaan: "Kenal dimana Ning sama mas-mas itu?". Entah dengan maksud apa, atau apa yang salah dengan look mereka. Memang sih, siapa yang tidak serem kalau melihat mas-mas itu. Ada yang berambut gondrong, kaos oblong seadanya, sandal jepit swallow usang, celana cargo pendek, tas ransel, rokok, belum lagi yang bertato atau pasang tindik di telinganya. Ada salah satu dari kawanan mas-mas itu yang saya panggil 'pakdhe', hingga teman-teman saya menyangka bahwa dia adalah pakdhe saya sungguhan. Bukan. Saya mengenal mereka dari pemikiran-pemikiran mereka yang luar biasa. Orang-orang luar biasa yang pernah berjuang di Tahun 1998 bersama para mahasiswa UGM lain di angkatan itu. Beruntung, saya bisa mengenal mereka, duduk bercengkerama menikmati kopi buatan saya di tempat indekos saya kadang-kadang. Ya, mereka adalah orang-orang yang menjadi saksi perubahan roda pemerintahan negeri ini di tahun itu. Mereka menceritakan kelamnya masa-masa itu. Kepanikan dan keinginan untuk bangkit yang disertai dengan pertumpahan darah. Sungguh pertumpahan darah, kata mereka. Bahkan tidak jarang mereka berpindah-pindah tempat indekos karena harus menghindari militer saat itu. 

Berbeda sekali ketika saya melangkahkan kaki di kampus Fisipol yang sekarang. Tidak ada lagi bangunan tua itu, kini berganti gedung baru berlantai 5. Sudah tidak ada lagi tangga-tangga tua Fisipol yang biasa saya naiki terengah-engah saat telat kuliah dulu. Tidak nampak lagi bangunan Gedung Kuliah Umum milik Fisipol dan Hukum yang salah satu ruang besar di lantai 3-nya sering dijadikan tempat kuliah bersama. Tidak ada lagi ring basket di Gedung Kuliah Umum yang sering saya gunakan untuk bermain basket bersama anak-anak dulu. Tidak ada lagi Lapangan Sanshiro tempat anak-anak laki-laki biasa bermain futsal. Semuanya berubah. Namun, kenangan dan semangat dari Mas Didi dan kawan-kawannya itu tetap ada dalam ingatan saya. Semangat sesama warga Fisipol tidak ada yang berubah.

Selamat ulang tahun almamaterku, jayalah UGM!



Bening Rahardjo
-Fisipol Angkatan 2006-


QuoteOfTheDay: 19.12.2014

"How a person would grow stronger if she/he blame other for her/his matter?

Do you think everyone should feel sorry for the sadness? Oh come on! Life is WILD!"



Wednesday, December 17, 2014

A Convo From The Red Ants: "Ngopi Sek Ben Ra Edan"

Kemarin gw ada janjian meet up lagi sama The Red Ants. Lagi-lagi. Hah...nggak tahu deh musti share apa di sini, sepertinya ulah kami kok nggak ada beresnya yah? KO-to-the-NYOL semua. Hadeeh, usia sudah di atas 25 masih aja berulah layaknya anak kuliahan.

Kemarin gw dapat pesan dari Bas, si kampret setengah lurus di antara kami.
From: Bas
"Bening jelek, ntar malem ngopi yuk?"
Send to: Bas
"Boleh, kalau nggak hujan yah tapinya." 
From: Bas
"Kalau nggak badai juga tapinya...kalau nggak petir juga tapinya...Hahaha"
*Sialan -___- tahu juga ni bocah kalau gw rada trauma sama hujan*
Send to: Bas
"Iyee Boy. Jam berapa? Berdua itu dah dikasih tahu?"
From: Bas
"Jam 7 ya, di tempat biasa. Orang ini yang punya ide si Engkong."
Kriik kriiik. Si Engkong Fuad yang ngajakin? Janjian sama dia aja kagak pernah beres. Gimana bisa bikin janji jam 7? Sudah tahu tempatnya tutup jam 9. Ngaretnya saja bisa sampai jam 8. Really a bad plan.
Send to: Bas
"Bilang habis maghrib aja deh sama mereka. Kayak gak tahu aja kingkong berdua tu gimana..."
From: Bas
"Ok kalau gitu."
Sudah dikasih tahu Bas jam 7 aja, masih pada nggak jelas juga.
From: Bendot
"Yang bener jam 6 apa jam 7 sih, Ning?"
*Hellooo, I wanna koprol sambil tereak 'aaaaaaaa' panjang*
Send to: Bendot
"Nanya lagi. Sebelum jam 7 Ndoooottt! Lu nggak baca ya?"
Send to: Afu
"Ad, habis maghriban cuss berangkat ya. Jangan ngaret."
From: Afu
"Hla mau kemana emangnya?"
*Waa iki.. Really crispy joke! Suwe-suwe iso ngelu sirahku cah -___-*
Send to: Afu
"Ngapeli bapakmu Ad!" *:D*
Singkat cerita, habis maghriban gw buru-buru prepare ke lokasi. Baru mau berangkat aja, si Benny udah Bbm'in. Feeling nggak enak nih, gw mau berangkat aja dia masih Bbm. Sudah dapat dipastikan kalau orangnya masih belum siap. What the heck sodara!... *again*
From: Bendot
"Bening sayang, gimana? Lu dah berangkat? Gw masih kejebak macet parah nih di Jalur Pantura."
Pantura-pantura jidatnya jenong! (-______-) Padahal, if you know nih, rumah Benny itu paling dekat dari lokasi ngopi kami. Lima menit juga dah sampai.
Send to: Bendot
"Sial lu Ndot. Udah cepetan berangkat. Gw udah di teras di atas motor nih." *sewot*
Sesampainya di lokasi, bisa ditebak. Gw adalah orang yang paling pertama datang. Masih sambil dilihatin orang-orang di situ, gw nyari table yang biasa kita pakai. Untung masih kosong. Seorang cafe waitress datang sambil bawa menu list, gw bilang gw masih nunggu orang. *Yakali gw pesen lasagna dan hot espresso duluan, bisa sampai laper lagi nunggu kemunculan para laki-laki itu* Lumayan lama datanglah Bas bersama Bendot. Tinggal nunggu Fuad nih... 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit. Oh my GOD. Kami bertiga sampai gatel sendiri pengin telfon ke handphone si Engkong. Tapi nggak dijawab, sepertinya sudah on the way. Well, on-the-way.... Setelah lumayan agak lama, datanglah Fuad dengan muka tengilnya sambil cengar-cengir tanpa merasa bersalah. Dasar kingkooong, apalagi alasannya kalau bukan En-Ei-Es-El-Bi-Ei-Eic alias N-A-S-A-B-A-H.... *long sigh* -_____- *Oh, haaai! Ada yang tahu tempat enak buat koprol gulung-gulung?


Setelah ngumpul, ada saja yang dibahas. Mulai dari rencana trip ke Karimun Jawa yang pending karena gw harus ada acara mendadak ke Jakarta dan lagi Bas agak kurang sehat. Plus, nggak pas banget kalo kami nekat berangkat ke sana di saat hasil prakiraan cuaca dari BMG saja nggak mendukung. Akhirnya, kami ribut berempat menyusun acara pengganti untuk ritual malam pergantian tahun. Gw pribadi sih ingin sekali ke pantai, tapi setelah kami pikir-pikir lagi, tarif home stay semalam di sekitar pantai gunung kidul lebih mahal dari tarif Villa di pegunungan. Apalagi para lelaki itu nggak tertarik untuk melewatkan malam tahun baru di pinggiran pantai. Katanya, "Lu pikir mau ruwatan Ning!" *Ya sudaaaah....manuuuttt....* -_____-




Fuad: "Eh, gw punya kenalan pemilik Villa di Tawangmangu. Tempatnya luas dan bagus kok."
Bas: "Berapa tuh?"
Fuad: "Masalah harga entar gw nego deh, itu milik temen bokap sih... Tahun lalu kan gw sekeluarga ke sana dan gratis."
Benny: "Ya sudah, lu minta bokap lu aja yang lobby."
Gw: "Ya jangan atuh... Nggak apa-apa deh kita bayar, asal agak miring. Lokasinya bagus nggak, Ad?"
Fuad: "Bagus kok view-nya, di depan ada kebun strawberry, di belakang ada taman cukup luas dan ada bukitnya juga. Tempatnya luas, bersih, nyaman. Recommended deh."
Bas: "Ya sudah itu aja. Tapi lo bisa pastiin kan, Ad?"
Fuad: "Ya gampang, entar gw yang ngurus masalah Villa."
Gw: "Okay, kalau gitu gw yang nyiapin perbekalan. Ntar bikin api unggun ah..." (^_^)
Bendot: "Lo pikir kita lagi kemah pramuka?!" 
Gw: "Ya bukan gitu Ndoooot... Gw mau bakar-bakar jagung nanti." (-_____-)
Fuad: "Sip, gw cari tempat, lo yang urus konsumsinya aja Ning"
Bendot: "Kita berangkat duluan aja, nyari jagung di Pasar Tawangmangu itu juga bisa kan?"
Bas: "Bisa diatur deh nanti."
Gw: "Jangan bisa diatur Bas, tahu sendiri kita pada ngaretan semua. Kalau nggak disusun rapih dari sekarang, bisa kaya kejadian mau ke tempat lo kemarin ntar... Gw nggak mau ah!"
Bendot: "Ya kita berangkat siang aja kalau gitu."
Fuad: "Eh tapi....gw nggak bisa bareng kalian berangkatnya, palingan nyusul ntar ke Villa-nya..."
Gw: "Lah? Kenapa gitu?"
Bas: "Dia kan akhir tahun Ning, tutup buku. Lo lembur ya Ad?"
Fuad: "Iya gw musti lembur laporan Ning...."
Gw: "Sampai jam berapa?"
Fuad: "Yaaa... Nggak tahu. Tahun lalu sih sampai malam."
Bendot: "Iya malam tu jam berapa , Cuk?" *nggak sabar*

Fuad: "Ya.....jam berapa ya?....Emmm..... jam 10-an mungkin baru selesai."
Gw: "HAH??" *melongo*

Bas: "Serius Ad??" *tersedak minum*

Bendot: "BAGUSSS!!"
*seperti biasa si makhluk tengil itu cuman cengar-cengir tanpa beban ^_^*
Fuad: "Ya memang gitu..."
Bas: "Wah, jam 10 aja dia baru keluar dari kantor... Belum perjalanannya..." *mikir sambil ngelirik gw dan Bendot*

Gw: "Sampai jam berapa lo ntar di atas? Jam segitu mah udah macet kali Ad!"
Bas: "Lo sampai atas sudah lebih dari jam 12 nanti. Kembang api aja udah lewat."
Gw: "Tauk tuh... kalau gitu ngapain kita nyusun rencana kayak gini? Masa iya kita bertiga doang di Villa segede gaban gitu? Buat gulung-gulung bertiga sambil galau nungguin Fuad doang?"
Bendot: "Kenapa nggak sekalian aja lo datang pagi-pagi, jam 6 di depan pintu Villa gitu, sekalian bangunin kita sambil bilang 'HAPPY NEW YEAR'?!" *sambil ngakak*

Fuad: "Hahahaha, kampret kowe Ndot!"
Bas: "Lagian... lo aneh Ad, jam 11 udah macet hlo di atas. Lo mau ngapain jam segitu?"
Gw: "Tauk...Kalau gitu, sekalian aja lo datang ke villa pagi-pagi pas kita mau pulang. Sekalian JEM-PUT namanya."
Bendot: "Atau nggak pas kita udah pulang gitu, dia baru dateng...sambil bawa terompet. SELAMAT TAHUN BARUUU!" *ngakak puas sekali lagi*

Fuad: "Hahahaha.....sial kalian! Gimana lagi, gw kerja e Coy!"

Hadeeee....
Nggak tahu deh gimana nanti cerita malam pergantian tahun kami berempat. X______X


Kalian? Sudah ada rencana untuk malam pergantian tahun baru?

Regards,


Bening Rahardjo

Sunday, December 7, 2014

Dari Kisah The Red Ants: Korban PHP Bendot

Hello world! 

Gimana weekend kalian? Sibuk melancong? Me time? Belanja? Atau ngumpul aja sama orang-orang terdekat? Mungkin gw adalah orang yang lebih senang dengan opsi terakhir, ya kumpul bersama orang-orang terdekat. Bisa jadi keluarga, bisa jadi sabahat-sahabat. Seperti kemarin, gw menghabiskan waktu seharian bersama pasukan The Red Ants--which is sudah mengalami perubahan nama berkali-kali, dari Lima Sekawan, The Jomblo, The Kampret, The Barokah, Geng Rahmatan Lil'alamin, whatever--sekaligus memenuhi janji kami untuk ngumpul dan ngasih support ke Bas yang lagi dalam kondisi down karena kerjaan.

Singkat cerita, kami sudah janjian dari Jumat malam hingga sabtu pagi. Mulai dari sms; bbm; telponan; but yes....I tell you this, sebagus apapun gadget mendukung komunikasi manusia, tapi kalau manusianya yang nggak nyambungan satu sama lain, ya sudah. Berharap saja alam yang membantu di situ. Sama seperti cerita kami kemarin. Rencana yang udah disusun manis-manis aja bisa jadi miss communication satu sama lain, akibat: MOLORRR.

Entah ya, gw sih merasa selalu powerful kalo janjian sama mereka. So, kalau sampai rencana yang sudah disusun rapat-rapat dalam forum bersama itu bisa meleset jauuuuuh banget dari semula, berarti ya sebisa-bisanya para lelaki itu saja yang mo-lo-ran alias tukang tidur dan menggagalkan rencana awal. Apalagi kalau weekend, paling hafal deh gw sama kebiasaan mereka, setelah subuh paling juga tidur lagi. Di musim penghujan seperti ini, gw ibarat forecaster yang selalu merasa hujan akan turun di siang hari antara jam-jam habis dzuhur. Actually, gw selalu mengamati perubahan cuaca dari langit dan keseharian di bulan itu. Gw sebenarnya sudah ngajakin mereka berangkat ke tempat Bas jam 10-an pagi. Apalah daya, dari pagi gw kirim pesan ke mereka belum ada yang ngebales. Si Benny doang yang ngebales. Akibatnya, tebak saja sendiri cerita kami nanti.
*Jam 07.30 WIB*
Send to: Bendot
"Ndot, si Fuad gw hubungin kok belum dibales-bales ya? Gimana nih?"

From: Bendot
"Dia jam segini tuh masih di Jakarta Ning, atau malah masih di Arab."

Send to: Bendot
"Trus gimana dong? Siangan dikit pasti dah hujan nih..."

From: Bendot 
"Takut tuh sama Alloh, bukan sama hujan." *ngeekk -__-*

Send to: Bendot 
"Iyee pak ustad. Atau gw siap-siap trus langsung ke rumah lo aja? Biar ntar kalo si Fuad sadar, lekas mandi dan nyusul ke rumah lo, gitu?"

From: Bendot
"Kalau itu menurutmu baik, ya udah. Pilih dan jalani aja." *sok bijak*

Send to: Bendot 
"Sarapp lo!"

From: Bendot 
"Elu stress.....Hahahaha"

Bener kan, yang ada malah jadi kalimat-kalimat gila yang tidak berujung kalau nyusun rencana sama mereka itu. Ya sudah gw putuskan untuk mandi dan siap-siap. Begitu keluar dari kamar mandi, ada 3 panggilan tak terjawab dan satu pesan dari nomor Fuad. "Ini nih, si Engkong jam segini baru sadar..." Batin gw.
From: Afu 2
"Sorry sorry Ning, gw baru bangun. Ke tempat Bas jam 1 aja ya? Gw siap-siap dulu."

Send to: Afu 2
"Jangan siang-siang Kingkooong! Ntar siangan dikit hujan pasti...Habis dzuhur, shalat, langsung cuss ketemu di Bendot! Nggak Pake Lama!"

From: Afu 2
"Oke-oke. Halah! Sama hujan aja takut amat sih, Neeeng..."
Hahaha, asem juga. Kena deh gw dua kali sama tuyul-tuyul ini. Singkat cerita, habis dzuhur gw langsung berangkat ke tempat Benny, start awal untuk berangkat bareng-bareng ke rumah Bas yang notabene jauh dari keramaian kota (baca: PE-LO-SOK). Sampai di sana, gw lihat kok sepi-sepi aja ya. Trus nggak lama, malah ibunya Benny yang keluar.
Ibunya Benny: "Benny sudah pergi tuh Mbak..."
Gw: "Loh? Pergi kemana? Pergi ke rumah Bas, Bu?"
Ibunya Benny: "Iya. Tadi katanya mau ke rumah Mas Bas. Hla apa nggak janjian dulu tadi?"
Gw: "Lah. Tadi kami janjiannya di sini Bu. Kalau boleh tahu tadi Benny sama siapa Bu? Fuad?"
Ibunya Benny: "Wah, saya kurang tahu Mbak. Mungkin...Coba aja di..."
Pas lagi ngobrol, ada telfon masuk dari Fuad. Berhubung microphone handphone gw nggak beres, kita kirim-kiriman pesan aja.
Gw: "Gw sudah sampai rumah Bendot nih. Tapi makhluknya sudah lenyap Ad! Kata ibunya sudah berangkat. Asem bener tu Srintil!"
Fuad: "Wholaa, luwak tenan ki Bendot! Ya udah lo tunggu bentar, gw ke situ. Tapi lo sms dia aja, bilang kalo lo lagi nunggu sendirian, biar dia nggak enak hati. Bilang aja gw udah berangkat ke tempat nasabah duluan."
Nasabah. Again. *sigh*
Gw: "Udaaah, tapi nggak dibales sama dia. Dia ngajuin Bas malah yang sms. Sialan bener nih. Udah deh lo cepet ke sini! Jangan lupa bawa mantel hujan yak. Gw lupa bawa nih."
Mendung hitam pekat sudah menggantung di langit. Setelah ketemu Fuad di rumah Bendot, gw sama Fuad memutuskan untuk boncengan aja dengan motor gw. Sementara motor dia dititipkan di rumah Bendot. Ada hal bodoh dimulai dari sini. Gw lihat si Fuad ngeluarin mantel, dalam hati gw bersyukur untung tuh anak inget, soalnya udah mulai gerimis.
Fuad: "Mantelnya dipake sekalian aja ya? Hujan nih. Bentar gw pake dulu."
Gw: "Oke."
Lah, tapiiii....itu kok mantel egois yang dipake sama dia? Gw melongo. Si Fuad masih sibuk make mantel hujannya. Okaaay, gw bilang kan gw nggak bawa mantel. Maksud gw, supaya dia bawa mantel batman yang muat buat berdua. Ini malah.... Hadeeee -________-
Ibunya Benny: "Loh, kok mas Fuad pakai mantel? Hla mbaknya nggak pakai?"
Gw: "Nggak Bu, saya lupa nggak bawa tadi."
Fuad: "Loh? Mantel lo mana Ning?" *muka polos ^_^*
Gw: "Nggak bawa. Kan tadi gw dah bilang NGGAK BAWA, Fuaaddd..." *nyindir*
Fuad: "Trus, lo jaketan aja?" *gak kerasa disindir ^_^*
Gw: "Ya mau gimana lagi?" *angkat bahu males*
Fuad: "Yaudah, kalo gitu yuk kita berangkat!" *enteng banget ngomognya ^_^*
Well -________- gw sama ibunya Benny lihat-lihatan aja. Dimana-mana kalau jalan sama wanita, biasanya pria nawarin mantel mereka. Lady first katanya. Terlebih lagi, Fuad udah pakai jaket kulit tebal yang kedap air. TAPI........ya sudah deh. *Aku anak bakoh* Gw lantas pamitan sama ibunya Benny. Berhubung makai motor gw, Fuad gw suruh bawa motor di depan. Di sini nih kebodohan kedua dimulai.
Gw: "Eh bentar deh Ad..."
Gw lihat injekan kaki pembonceng masih belum stand by. Jadi gw benerin dulu tuh injekan sebelah kiri, trus sebelahnya lagi.....yang kanan..........dan.........tap.....iiiiii...... tiba-tiba SI FUAD UDAH LANGSUNG NGE-GAS MOTOR AJA DAN NINGGALIN GW DI BELAKANG YANG PLONGA-PLONGO....
Gw: "Ad! Ad!!!" *tereak sambil melambaikan tangan*
Gw berharap orangnya nyadar kalau gw itu BELUM BONCENG di belakangnya.......
Dan bagusnya.............................dia sama sekali NGGAK noleh ke belakang!
Gw: "FUAAAAADDDDD!!!!" *muka hopeless*
"MAAAASSSSS FUAAAAAADDDDD..................... ITUUU TEMENNYA MASIH KETINGGALAAAAAANNNN!!!!"
Tiba-tiba Ibunya si Benny sudah teriak-teriak aja dari belakang gw dan begitu gw noleh ke belakang. Itu tetangga-tetangga sebelah rumahnya Benny pada keluar semua, ngelihatin gw yang gulung-gulung di aspal jalanan sambil ketawa ngakak. Pas banget mungkin, teriakan Ibunya Benny sekeras apa di telinga Fuad, I dunno. But then, suddenly he responses back DAN MENYADARI KALAU TERNYATA GW NGGAK ADA DI BONCENGAN BELAKANGNYA. 

Tuh bocah masih pringisan sambil muter arah balik lagi nyamperin gw yang masih ngakak gulung-gulung sambil nahan perut yang kram karena ketawa. Katanya, "Maaf Ning, gw pikir lo udah naik tadi....". Lalu, tanpa perlu nunggu jawaban dari gw, kami ngakak berdua sejadi-jadinya. Hahahahaha.

Di jalan, hujan makin lama makin deres....lalu deres banget. Baru juga jalan satu kilometer dari rumah Benny, akhirnya kita nyari tempat berteduh. Lumayan lama juga sih. Setelah hujan lumayan gerimis kecil, kami memutuskan jalan lagi sampai rumahnya Bas. Di jalan masih sempet-sempetnya pula tuyul itu lihat ke belakang dan nanya ke gw, "Ning, lo bawahnya kok basah semua gitu? Gw nggak tuh...". YA IYALAAAH. LO BAWA MANTEL EGOIS BEGITU, dalam hati gw cuma membatin. Tapi yang keluar di mulut sok manis dan singkat aja, "Namanya juga hujan Ad!".

Di deket rumahnya Bas, kami nemu pedagang siomay bakso lewat. Dalam pikiran gw, enak banget nih kalau hujan-hujan makan siomay bakso duluan. Ternyata pikiran Fuad sama.
Fuad: "Eh, kita mampir beli dulu gimana Ning? Gw laper..."
Gw: "Emmm......trus mereka?" *galau*
Fuad: "Biarin aja. Kita udah kehujanan gini. Lagian mereka juga ngerjain kita berdua kan?" *ajakan setan*
Gw: "Iya sih....Tapi, entar aja deh Ad. Belinya sama mereka juga. Kasihan, masa kita duluan makan." *sok bijak*
Fuad: "Ya sudah kalau gitu, kita ke rumah Bas dulu..."
Akhirnya nggak jadi beli. Begitu sampai rumah Bas, yang keluar menyambut pertama kami adalah Benny. Sialan, senyuman PUAS-nya itu bikin kami berdua makin kecut aja. Lalu, sambil ngunyah makanan yang masih menyumpal di mulutnya, dia bilang dengan nada santaaaaiii, senyantai kayak di pantai......"Oh, kalian dah nyampai ya? Sehat-sehat aja kan? Kehujanan dikit? Ah, biasa.... Yuk masuk, gw makan dulu ya!".

HAH? Makan? Sempet-sempetnya makan dengan nikmat tanpa muka khawatir begitu, sementara gw sama Fuad sudah kepalang basah begini? Okaaayyy Ndot, okaaayyy, fine! *aku anak bakoh*

Begitu gw sama Fuad masuk ke dalam rumah, gw lihat si Bas dengan pakaian sarungnya (habis shalat mungkin), juga si Bendot yang berwajah tanpa dosa karena ninggal kami. Lalu...... LOH ITU KAN... Gw lihat-lihatan berdua sama Fuad....
Gw: "Gila ya lo Ndot! Setan bener! Sahabat lo aja kehujanan susah payah ke sini, elo malah enak-enakan makan SIO-MAY BAK-SO?!"
Fuad: "Kampret kowe Cuk! Wes ninggal uwong, ra nduwe tampang bersalah sisan!"
Benny: "Kalian kok pada jahat gitu sih Kak? Datang-datang kok udah marah-marah aja... Lagi pada dapet ya?" *sambil melahap siomay bakso dengan santai*
Gw: "Sarap lo!"
Fuad: "Jan*uk kowe Ndot!"
Benny: "Ah sudahlah, yang berlalu biarlah berlalu Bro. Ayo itu snack-nya dimakan. Jangan sungkan-sungkan hlo." *muka datar*
Fuad: "CUK!"
Gw: "FAK!"
Bas: "Bening, tadi ketemu si kampret Fuad dimana? Aku khawatir hlo, aku pikir kamu tadi ketinggalan di rumah Bendot. Trus naik motor ke sini sendirian." *sok manis ^_^*
Gw: "Elo juga sama aja Bas, kutukupret!"
Bas: "Loh kok jadi aku yang kena sih Bening sayang? Aku tuh lagi atit..." *sok manja*
Gw: "Ya Elo sama aja! Sekongkolan banget sama Bendot! Alasan atit- atit! Dia nih biangnya, di sms nggak bales-bales." *nunjuk-nunjuk batang hidungnya Benny*
Benny: "Sudah-sudah, kita bahas masa depan saja ya? Yang lalu tidak perlu diungkit-ungkit lagi Ning. Berjalan itu melihat ke depan, bukan ke belakang." *khutbah*
Fuad: "Lo tu kampret bener Ndot! Di sms nggak bales-bales. Di bbm di R doang. Ngajak janjian malah ninggal! Jangk*ik!" *misuh dengan fasih*
Benny: "Perasaan seumur hidup kita temenan gw baru bikin kesalahan sekali ini deh, tapi kok kalian nganggapnya fatal banget gitu sih Kak? Jahat ih..." *sok cute ^_^*
Gw: "Nggak usah sok imut!"
Fuad: "Rasah sok malaikat!"
Bendot: "Ya sudah lah, aku diam saja kalau begitu. Tampaknya persahabatan kita cukup sampai di sini, Ning, Ad..." *lebay*
Gw: "Lo tahu nggak berdua? Tadi di jalan gw sama Fuad mau beli siomay bakso aja nggak jadi karena mikirin kalian yang di rumah. Gw bilang ntar beli bareng-bareng aja. EH, sampai sini kalian malah enak-enakan MA-KAN?!" *es-mo-ji*
Fuad: "Bener tuh. Gw tadi di jalan udah ngajak mampir, gara-gara si Bening masih mikirin kalian aja, kami nggak jadi beli. Ini nih Ning, makanya nggak usah sok baik mikirin kampret berdua ini!" *inget siomay bakso*
Gw: "Loh, kok jadi nyalahin gw sih Ad?"
Bas: "Bendot itu nungguin kalian kelamaan, jadi dia bbm gw, mau berangkat duluan, gitu..."
Bendot: "Iya, lo ditunggu lama amat sih Ad. Gw tahu lo jam 10 aja baru melek."
Fuad: "Ya habis subuh kan gw tidur lagi, tapi bangun gw langsung siap-siap. Alasan! Elo-nya aja yang ninggal."
Gw: "Iya! Lo juga nggak ngebalesin sms dan bbm! Nggak ngasih kabar pula kalo berangkat duluan! Sialan banget sih lo Ndot!" *nunjuk Bendot*
Bendot: "Gw nggak ada sinyal Dab di sini!"
Fuad: "Banyak alasan lo, Ndot!"
Bendot: "Hla Elo juga Ning, katanya berangkat pagi... Dari jam 8 pagi tuh ngapain aja?"
Gw: "Gw kan keramas.... Nunggu rambut kering dulu buat dijilbab-in.... Gw juga udah bilang Fuad kok...." *manyun, nunduk*
Bendot: "Hla berarti ini semua tu karena Elo yang buang-buang waktu!"
Fuad: "Hadeee... dasar cewek..."
Bas: "Habis itu dandannya si Bening juga lama Ndot.... Mandi lama, pakai jilbab lama....Puteri Solo...."
Gw: "KOK KALIAN JADI KOMPAK NYALAHIN GW GITU SIIIIHHHH?????!!!" *taring keluar*
Ini nih makhuk bernama Benny a.k.a Bendot, tampangnya aja dah kelihatan tengil kan?

Ini Fuad a.k.a Crongoh yang ninggal gw

Ini Bas, yang paling 'lurus' di antara kami

Begini muka puas si Benny kalau lagi ngebully

Gw dan Fuad, korban PHP Benny dan Bas. Sekian.

Yap. Itulah kami berempat, kalau lagi ketemu. Bahas hal nggak penting. Marah-marah nggak penting. Tapi habis itu juga ngetawain hal nggak penting. Apalagi kalau bukan karena gw cerita gimana si Fuad yang ninggalin gw gitu aja tadi. Setelah itu, baru sesi curhat-curhatan. FYI, jangan dibayangkan ini bakal jadi curhat dramatik ala-ala cewek begitu, ya jelas lah diselingin dengan celotehan-celotehan nggak penting, teteeup. Malah, si empunya cerita jadi lupa mau nyeritain apa. Gagal fokus lagi. Padahal hari itu cerita gw udah fail banget. Well, ketika gw pasang fake eyelashes di cover photo personal blog ini aja udah failed. Ditambah lagi di-PHP sama Benny. Apapun itu, ketemu dan bercanda seharian sama mereka adalah mood booster buat gw pastinya. Hari itu juga tanpa pikir panjang, kami berempat memutuskan untuk menghabiskan liburan Natal bersama sambil backpacking ke Karimun Jawa. Atau kalau itu belum bisa terlaksana, kami mau menghabiskan tahun baru bersama nanti. Semoga, jadi.

Kalian? Sudah punya rencana untuk long holiday akhir tahun 2014 nanti? :)


Regards,

Bening Rahardjo


Wednesday, December 3, 2014

QuoteOfTheDay: 2.12.2014

"Accepting the challenge is easy. But the execution is something else."