Saturday, November 14, 2015

Sugeng Ambal Warsa Kaping 98, Karanganyar!

Semalam cuaca cukup cerah, meski sempat terdengar gemuruh petir tetapi hujan tidak turun deras, sedikit gerimis saja. Kebetulan, di tengah kota kami, tepatnya di alun-alun kota/plaza alun-alun, sedang diadakan acara bertajuk Soloraya Creative Expo 2015. Acara ini diadakan dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Karanganyar ke-98. Tahun ini sedikit berbeda dari tahun sebelumnya, saya merasakan banyak sekali perubahan positif dari tata ruang kota di tempat kelahiran saya ini. Pemimpin baru, perubahan tata ruang yang baru, kebijakan baru, UMR yang naik lebih signifikan, tentunya semua ini juga berdampak positif bagi semangat baru warga Karanganyar. 


Saya selalu suka acara-acara yang merakyat, Anda bisa menyebutnya 'kampungan', 'ndeso', or whatever. Tell you, I don't care. Bagi saya yang pecinta budaya lokal ini, tentu saja acara-acara seperti Expo atau pesta rakyat menjadi sebuah pertunjukan menarik untuk dikunjungi. Saya tidak hanya akan menemui pemandangan penuh sesak dengan berbagai macam aroma keringat di sana, sebab itu sudah pasti jelas, tetapi juga pemahaman baru akan hal-hal baru. Ada seorang kawan yang ketika saya ajak mengujungi tempat-tempat dan acara-acara merakyat, kemudia ia merasa itu adalah tempat/acara yang membosankan dan membuat dia pusing. Tidak demikian dengan saya.

Mungkin lebih cocok baginya untuk duduk bersantai di kafe-kafe dengan alunan musik, menyantap menu mewah meski dengan isi kantong yang dipaksakan. Asal bisa mengisi album elektronik di akun Instagram-nya. Mungkin, tempat-tempat dengan lampu-lampu menyorot tajam di sana-sini, gemerlap dan penuh dengan aroma pengharum ruangan yang dingin. Asal bisa berpose layaknya fashionista sejati untuk bisa dipajang di lama Instagram-nya. Ya. Bukankah ini hampir sama dengan situasi dimana seorang teman yang jarang berjumpa dikarenakan kesibukan masing-masing, lantas mengajak Anda untuk bertemu di suatu tempat yang cozy, dengan headline 'meet up', but then, believe me, after she/he asks you to take a wefie or selfie, then she/he stuck on their smartphone to upload the pictures, and forget to talk to you. Selfish, yes, we are. They ask you to meet up, but disregarding you with their attitude. No, you're welcome.

Sebuah pelajaran besar bagi saya. Itulah mengapa saya lebih senang pergi ke tempat-tempat merakyat bersama orang-orang yang memang benar-benar tertarik. Mendatangi event bertajuk 'meet up' hanya jika saya merasa benar-benar dirindukan oleh mereka, bukan seperti berjudi untuk menentukan akhir cerita 'meet up' tadi. Apakah saya akan diacuhkan karena smartphone-nya atau kami akan benar-benar menikmati obrolan yang memang menyenangkan. Sekali lagi, itu pilihan. Saya memilih dengan pertimbangan dan sebagian besar adalah pengalaman.

Saya senang sekali bermain ke tempat-tempat yang masih kental dengan budaya, saya senang sekali bahkan turun menyusuri bukit sebentar hanya untuk bermain air di kali pegunungan ketika sedang bepergian. Saya senang memotret aktivitas sosial yang dilakukan orang-orang di tempat merakyat, seperti pasar tradisional, acara budaya lokal, dan lain-lain, dengan mata dan hati saya sendiri. Indah. Menenangkan.

Damai mengunjungi tempat yang tidak hanya bisa dijangkau oleh orang-orang dari kalangan sosial atas, tetapi juga terjangkau bagi mereka, orang-orang kampung yang memiliki rasa penasaran dan ketertarikan yang besar pada keramaian. Jangan mengeluh ramai berdesakan, pusing dan bau kalau Anda mengunjungi pasar tradisional, pasar malam, pameran, bazaar buku, pasar tiban dan sejenisnya. Sebab saya pastikan, Anda pasti akan mendapati semua itu.

Tahun 2015 ini, hari jadi Kabupaten Karanganyar diisi oleh banyak event menarik, mulai dari launching logo Burung Derkuku untuk Kabupaten Karanganyar (ada sejarah lokal yang ingin diangkat oleh pemerintah yang baru, salut), pengajian akbar, kejuaraan beberapa cabang olahraga, napak tilas Raden Mas Said (ini adalah sejarah lokal yang menurut saya sangat bagus untuk diangkat juga), lomba tradisional (maksudnya permainan tradisional yang sudah hampir mulai dilupakan seperti bakiak, balap karung, tarik tambang, dll), gerak jalan massal, bazaar buku, pagelaran wayang kulit, trail adventure di lereng Gunung Lawu (kakak saya pun menjadi salah satu peserta di acara ini), jambore karya inovatif masyarakat Karanganyar, khitanan massal, TNI Military Expo, Soloraya Creative Expo (namun saya lihat semalam acara ini bukan hanya diisi oleh stand-stand dari Soloraya saja, ada juga dari daerah Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara), lomba karawitan dan masih banyak lagi.

Stand yang paling saya minati adalah stand milik TNI, menurut saya TNI mencoba menghilangkan kesan seram para tentara yang masih hinggap di benak masyarakat. Mereka sangat ramah menyambut masyarakat yang antusias untuk mengetahui seluk beluk senjata, kendaraan, pakaian, dan lain-lain. Beberapa juga menyambut saya dengan sangat ramah, mempraktekan cara memegang senjata yang berat, kemudian menjelaskan dengan serius. Meski banyak pertanyaan meluncur dari bibir saya, mereka juga sangat sabar menjawab, bahkan sesekali diisi dengan lelucon. Bahkan, salah seorang memasangkan topi baretnya di atas kepala saya ketika hendak berfoto. Ya, ramah sekali. Merakyat. Mereka menyapa, menyalami dan menggendong anak-anak kecil yang takut-takut ingin mengajak berfoto bersama. Bahkan mereka mengeluarkan sebuah tank tempur yang sengaja diparkir di halaman depan plaza alun-alun agar masyarakat bisa melihat, memegang bahkan memasuki ruang sempit di dalam tank tersebut. Apresiasi tinggi kepada TNI kita!



Apalah arti sebuah tanah tempat tinggal jika tidak bisa menjadi sarana yang baik untuk masyarakat yang ada di dalamnya? Mungkin ini yang digagas oleh pemerintah daerah yang baru. Perbaikan city walk di sepanjang jalan utama membuat jalan terlihat lebih lebar, tatanan Pedagang Kaki Lima juga lebih rapi. Area publik dimanfaatkan dengan sangat baik untuk bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Area publik tidak hanya dikuasai oleh pedagang-pedagang yang mangkal, sehingga tidak ada tempat nyaman untuk publik berkreasi. Perbaikan Monumen Kasih Ibu di pusat kota, perbaikan Taman Gajah dengan air mancur warna-warni, penataan Taman Pancasila, masterplan untuk public area di Waduk Lalung, dll. Perlahan tapi pasti, Kabupaten Karanganyar mulai berbenah. Pertumbuhan ekonominya pun terasa lebih baik dengan standar UMR yang lebih signifikan, layanan sosial yang juga lebih baik di bidang pendidikan, kesehatan terutama. Meski banyak hal yang masih perlu diperbaiki di sana-sini. Kenyamanan orang ketika memanfaatkan ranah publik untuk tempat berkreasi, mulai dijunjungnya nilai-nilai sejarah dan budaya lokal tidak hanya dalam pendidikan formal untuk generasi muda di sekolah saja, tetapi juga untuk masyarakat umum yang masih buta akan sejarah dan budaya lokal.  


Sugeng ambal warsa kutha kinasih Karanganyar ingkang kaping 98, mugi tansah handarbeni hangrungkebi, lan mulat sariro angroso wani. Guyup rukun ngudi tentrem saklawase. Kaya ingkang dadi pemujine, Kabupaten Karanganyar Tenteram.




-Bening Rahardjo-