Monday, February 10, 2014

NBL Indonesia: Solo Series Season 2014

Solo kembali menjadi tuan rumah bagi liga basket kasta tertinggi di Indonesia, Sritex Arena berbenah mempersiapkan diri setelah 3 hari sebelumnya berada dalam suasana berduka setelah meninggalnya pemilik Sritex Arena, Pak Lukminto. Menurut sejumlah pendapat dan pengamatan dari musim ke musim, Seri Solo selalu dinanti-nanti oleh para pecinta basket, karena di Seri Solo biasanya banyak terjadi aksi dunk-dunk hebat dari para punggawa basket tanah air. Mungkin NBL lovers masih ingat bagaimana aksi back-slam-dunk dari Yopie Satya Wacana saat latihan di Seri Solo 2013 kemarin? Yopie bahkan membukukan 3 kali one-handed-powered-dunk saat on the court selama di Seri Solo Season 2013 lalu. Tidak hanya Yopie, Kelly yang notabene masih belum sembuh betul dari cideranya saat itu juga melakukan aksi dunk yang menawan. 

Lalu, bagaimana dengan Seri Solo Season 2014 kali ini? Ternyata benar saja, hari pertama pembukaan Speedy NBL Indonesia 2013-2014 Seri III Solo di Sritex Arena (sabtu, 8 Februari 2014) sungguh sangat memukau. Bagaimana tidak, laga pembuka di hari pertama antara BSC Bandung Utama kontra Pacific Caesar Surabaya sudah ditandai dengan aksi super-one-handed-dunk oleh Surliyadin a.k.a Iton, the rising star asal BSC Bandung Utama. Meski tubuhnya hanya 180 cm, namun sejak mengikuti basket professional di musim ini, pemain ini bersemangat sekali untuk melakukan dunk-dunk manis.

Iton sesaat sebelum melakukan dunk di laga hari pembuka
Hal yang paling dinanti-nanti di Seri Solo kali ini tentu saja dua big match penting di hari pertama dan kedua. Sudah lama pecinta basket tanah air menantikan sajian big match yang apik dan menegangkan, setelah sebelumnya big match di Seri Jakarta antara M88 Aspac Jakarta vs Pelita Jaya Energi. Sedangkan di Seri III Solo kali ini, hari pertama dibuka oleh big match CLS Knights Surabaya vs M88 Aspac Jakarta. Arena basket berkapasitas 3.500 penonton ini penuh sesak, tidak hanya oleh penonton, tapi juga tamu undangan, pihak sponsor, tokoh-tokoh masyarakat dan kalangan media. Saya yakin, olahraga basket Indonesia sudah berkembang begitu pesat dari tahun ke tahun, sehingga animo masyarakat untuk menyaksikan laga big match seperti ini juga lumayan tinggi. Ya, bayangkan saja, Sritex Arena yang terlihat "kecil" itu penuh sesak, tidak hanya oleh anak muda saja, banyak keluarga yang datang untuk menghabiskan akhir pekannya dengan menonton basket.

Suasana Sritex Arena saat sebelum big match ASPAC vs CLS Knights dimulai

Mungkin saya pribadi sebagai pecinta klub CLS Knights Surabaya, sedikit kecewa karena big match versus Aspac Jakarta malam itu --yang saya harapkan akan menjadi laga spektakuler-- tapi ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Nyatanya, masih menghadapi problem yang sama, setelah bermain cukup apik dan bersemangat di quarter pertama, CLS Knights mulai melemah dalam akurasi tembakan dan defense di quarter-quarter selanjutnya. Bad. Sebaliknya, penampilan gemilang ditunjukkan oleh Aspac Jakarta yang malam itu dapat memenangkan skor 77-49. Skor yang lumayan jauh. Bukan lumayan lagi, tapi sangat jauh. Aspac yang bermain kurang 'greget' di Seri Jakarta lalu, nyatanya mampu membenahi compang-camping yang terjadi di dalam tubuh mereka. Recovery cepat dilakukan oleh tim Aspac untuk menghadapi Seri III Solo. Pemain-pemain sudah menyatu kembali 'feeling'-nya. Latihan 500 tembakan yang diterapkan oleh Coach Rastafari juga membuahkan hasil (dari kabar yang beredar, Coach Rasta memang menerapkan 500 shots bagi setiap pemain, sebelum sesi latihan di mulai). Di Seri Solo 2014 kemarin, akurasi tembakan 3 point dari pemain-pemainnya sungguh baik.

Lalu bagaimana hari kedua?
Sekali lagi, luar biasa. Laga hari ke-dua antara Stadium Jakarta versus BSC Bandung Utama, juga menyuguhkan aksi luar biasa dari Merio Ferdiansyah. Pemain Stadium ini berhasil mencetak 26 point dengan tembakan-tembakan 3 angka. Sebuah rekor baru yang berhasil dibukukan di tahun ini, setelah sebelumnya Iyus a.k.a Xaverius dari Aspac Jakarta mencetak 24 point di Seri Jakarta lalu. Merio juga berhasil mencetak 36 point dalam pertandingan Stadium versus Bimasakti Malang di NBL Indonesia season 2013 lalu. Mungkin, hal yang paling saya tunggu-tunggu adalah: pemain basket Indonesia yang mampu memecahkan rekor 42 point milik Ary Chandra dalam satu pertandingan, saat Pelita Jaya Energi versus Bimasakti Malang (yang berhasil dibukukan di Seri Jakarta season 2011 lalu). Anyone? :D

Archa, top record point NBL Indonesia
Tidak kalah menarik, satu klub yang menyedot perhatian penuh dari saya di musim ini adalah BSC Bandung Utama, sebuah klub baru yang mulai bermain professional di NBL Indonesia musim ini. Sudah saya cetuskan alasan-alasan ketertarikan saya terhadap klub ini di postingan yang lalu. Namun, tetap, pemain-pemain klub ini memiliki semangat yang sangat tinggi untuk membuktikan kualitas, bahwa mereka bukanlah klub yang bisa dipandang sebelah mata. Sebagai klub baru, BSC Bandung Utama sungguh berhasil memukau melalui pemain-pemainnya seperti Iton, Dityo, Jecky, Luke, Andre Tiara. Hebatnya, mereka ini selalu bersemangat untuk nge-dunk! Hahaha. Namun sejauh ini yang sudah melakukan aksi dunk di Seri Solo hanya Iton, dua hari berturut-turut. Setelah di laga pembuka, Itun juga melakukan dunk lagi saat melawan Stadium. Bicara soal slam-dunk, menurut saya dunk bukanlah aksi biasa, tetapi lebih pada sebuah seni. Dunk like a art of precision. Dibutuhkan mental yang besar dan momentum yang pas untuk melakukan nombok di ring lawan. Dunk bisa menjatuhkan mental lawan. Apalagi sebuah prestise jika dunk dilakukan di depan big man kubu lawan.

Malam harinya, ini adalah laga super yang paling ditunggu oleh berjuta pecinta basket nasional, big match antara M88 Aspac Jakarta versus Pelita Jaya Energi Jakarta. Derby Jakarta ini kembali terjadi setelah sebelumnya terjadi di Seri II Jakarta bulan Januari lalu. Saat itu Pelita Jaya mampu mengalahkan Aspac dengan mudah, ya, sekali lagi kondisi Aspac sendiri saat itu sedang tidak begitu baik. Pelita Jaya mampu membuktikan prestasi luar biasa meski tanpa Andi Batam (yang harus absen selama satu musim dikarenakan cideranya). Di season ini pula, muncul the rising star dari klub Pelita Jaya yakni Francisco Yogi Da Silva, pemain sophomore ini berhasil membuktikan kualitas lewat manuver yang sering dilakukannya dalam beerapa laga. Yogi bisa dibilang pemain yang bermain teratur dalam ketidakteraturan. Maksudnya? Ya, apa yang saya katakan tadi, dia sering melakukan manuver tiba-tiba, dan terkadang tidak bisa ditebak. Namun, tentu tidak terlepas dari peran Kelly Purwanto yang sangat apik dalam memberikan passing akurat kepada junior-nya ini. Menurut saya pribadi sih, Yogi masih kurang dalam drible skills-nya, masih harus banyak diasah.
Kelly mengatur serangan
Namun, saya memberikan dukungan 100 % kepada Aspac Jakarta saat big match versus Pelita Jaya malam itu. Saya begitu yakin setelah melihat pertandingan Aspac versus CLS Knights hari sebelumnya. Setidaknya memberikan angin segar, bahwa big match ini akan benar-benar memuaskan dahaga pecinta basket Indonesia. And... what I thought before was true! Big match malam itu sungguh LUAR BIASA! Aspac Jakarta suskes revans dengan Pelita Jaya, satu sama, membalikkan kekalahan di Seri Jakarta lalu. Tidak ada man of the match malam itu di kubu Aspac, karena semua bermain apik, semua bermain cantik, semua bermain semangat dan solid. Bahkan Cacing, pemain senior yang menjadi big man Aspac juga sering memasukkan point melalui tembakan-tembakan 3 point. Iyus yang lebih banyak man to man dengan Kelly, rekan satu tim saat Sea Games. Di kubu Pelita Jaya, Samid, Komink dan Kelly berhasil mencetak point tertinggi. Robert Santo juga tidak kalah menawan on fire 3 point. Rama pun sempat melakukan nice-block sebelum Robert mencetak 2 point. Setiap 3 point dibalas lagi dengan 3 point. Bahkan satu block dari Komink pada Bilboy juga dibalas satu block balik dari Bilboy kepada Komink. Haha... sungguh luar biasa indah!

Rama man to man dengan Yogi
Saya jamin, NBL lovers yang tidak menyaksikan laga malam itu akan sungguh sangat menyesal! Malam itu sudah serasa menikmati late-dinner di restaurat berkelas, dengan sajian makan malam yang supercantik nan mempesona, ditambah dengan tarian passing-ball ala flamingo yang gemulai dan indah. Hayoo tanggung jawab! Siapa yang sudah bikin sajian se-enak itu! :D The teams both were comfortable, karena untuk terus bermain konsisten from first to last quarter, it was not easy at all! Tapi dua tim besar ini mampu mengimbangi satu sama lain dalam fast-drive yang sepadan. Oh, we miss all of basketball arts just like these! Maju terus olahraga basket Indonesia!

Oh, ya, bagi kalian yang melewatkan laga-laga di Seri III Solo Season 2014, ini ada recap-video dari official NBL Indonesia tanggal 8 Februari 2014, cekidot:


Di bawah ini juga recap-video tanggal 9 Februari 2014:

Recap Seri III Solo 9 Februari 2014





Regards,